Pdf bisa beli di wa +62 822-1377-8824
Ebook di playstore buku
****
Calista terlonjak saat Satria mendorongnya, hampir saja ia tersungkur di lantai. Calista menatap heran, tidak biasanya ia di tolak.
Ada apa dengan Abi?
Satria menyambar jubah handuknya, mengenakan nya segera untung saja calista belum melepas celana terakhirnya kalau tidak Satria bisa khilaf dan Tuhan masih melindunginya.
"Kau menolak ku Abi?" Tanya Calista menahan tangisannya dengan kedua mata berkaca kaca.
Satria menatap Calista dengan binar kesedihan bukan maksud dirinya menolak Calista maupun membuatnya sedih.
"Bukan begitu Calista, hanya saja kita belum menikah." Kata Satria.
"Omong kosong apa yang kau ucapkan? Bukan kah kita sudah sering melakukannya. Kau sangat aneh." Kata Calista.
"Aku tidak ingat apapun, maafkan aku." Satria melangkah melalui Calista yang berdiri tidak bergeming, setetes air matanya mengalir, hatinya sakit di perlakukan seperti ini, sosok Abimana sangat asing baginya.
Satria mengumpat menatap dirinya di pantulan cermin, wajah dan tubuh ini pun tidak di kenalinya, ia bukan Abimana tapi Satria dan sampai saat ini Satria masih tidak tau jawabannya kenapa bisa ia lupa ingatan dan semua terasa janggal.
Satria teringat dengan sosok karyawan nya..
Wanita itu bernama Kanaya, ia harus bicara pada nya, ada ikatan kuat yang terus tertuju kepada kanaya, setiap kali Satria menepisnya tapi tetap saja tidak bisa.
Satria bergegas mengenakan pakaiannya, ia akan pergi ke rumah Kanaya, semoga wanita itu tau jawabannya.
ğ«ğ«ğ«
Selesai jalan jalan bersama Abimana, Kanaya akan berisitahat mengganti bajunya dengan baju tidur, rasanya cukup menyenangan menghabiskan waktu bersama Abimana, di balik sikap dingin nya itu ada sisi kebaikan dan Kanaya bisa merasakan nya.
Kanaya keluar dari kamar ingin membuat segelas susu ke dapur tapi langkahnya terhenti saat melalui kamar Abimana yang celah pintu nya terbuka, Kanaya mengintip memperhatikan Abimana yang bertelanjang dada hanya mengenakan celana panjang nya sedang berolah raga, Kanaya meneguk saliva nya, raga itu adalah suaminya tubuh Satria rasanya sudah banyak mengalami perubahan, bentuk tubuh Satria yang dulunya tidak berotot dengan perut yang sedikit membuncit karena Satria tidak suka olah raga habis makan pasti ngorok. Kini malah terlihat terpahat sempurna dengan perut yang sudah merata berbetuk kotak kotak.
Kanaya berbalik bersandar ke tembok memegang dadanya yang jantungnya berdetak cepat. Ada apa dengan dirinya?
Kanaya terlonjak saat Abimana sudah di hadapan nya dengan kedua tangan menekan ke sisi tembok mengurung Kanaya di tengahnya.
Deg
Pandangan mereka bertemu dengan jarak yang sangat dekat, untuk beberapa saat hanya keheningan tidak ada yang buka suara.
"Kau mengintip ku?" Tanya Abimana.
"Aku..tadi..aku lewat terus..aku." Jawab Kanaya salah tingkah.
"Kenapa kau gugup?" tanya Abimana lagi.
"Aku ingin kedapur." Jawab Kanaya terdengar seperti sebuah bisikkan.
"Kau tidak menjawab pertanyaan ku." Kata Abimana mendekat lebih merapat mencium aroma tubuh Kanaya.
Kanaya memutar bola matanya ada apa dengan Abimana yang kini semakin merapat menghimpit tubuh nya, tanpa fikir panjang Kanaya menekuk kakinya menghantamkan lututnya tepat di selangkangan Abimana.
"Aakkkkhh..!" Abimana kesakitan melepaskan Kanaya tersungkur ke lantai memegang aset nya yang berharga.
"Syukurin." Ledek Kanaya cuek meninggalkan Abimana tanpa belas kasihan.
"Sialan kau Kanaya, kalau aku impoten bagaimana nanti?" Teriak Abimana.
"Emang aku fikirin...tidak rugi ke aku kok." Sahut Kanaya.
"Oh..shit!" Umpat Abimana kesal.
---------------------
Ada perasaan ragu saat mobil Satria berhenti di depan pagar rumah Kanaya, tapi ia bertekat kuat ingin bertemu Kanaya.
Abimana keluar dari dalam mobil melangkah menuju teras rumah memencet bel hingga beberapa kali.
Tidak berapa lama pintu terbuka menampakkan Kanaya yang menatap kaget pada nya.
"Pak!" Sapa Kanaya gugup.
"Hai , maaf mengganggu mu malam malam begini, aku hanya ingin bertanya sesuatu?"
Kanaya mengernyitkan kening nya, mempersilahkan Satria masuk dan duduk di di sofa ruang tamu.
"Biar saya buatkan minuman pak." Kata Kanaya.
"Tidak perlu Kanaya aku cuma sebantar, duduk lah disini." Kata Satria yang di turuti Kanaya.
"Bapak mau tanya tentang apa?" Tanya Kanaya.
"Tentang diriku." Jawab Satria.
Kanaya membeku mungkinkan Satria sudah mrngingat semua nya.
"Hatiku mengatakan kau mempunyai jawaban nya." Kata Satria.
"Jawaban seperti apa yang harus aku berikan?" Tanya Kanaya tadi ia sempat senang berfikir Satria sudah mengingat kembali ternyata Kanaya salah.
"Tentang aku dan Abimana, aku adalah Satria dan aku sangat mengingat namaku yang kini menyandang nama Abimana yang sangat asing bagiku tidak hanya nama tapi tubuh ini terasa bukan raga ku." Kata Satria.
Haruskah Kanaya mengatakan kebenarannya tapi apa nantinya tidak mengganggu mental Satria yang Kanaya tau masih menjalani proses penyembuhan.
"Sebentar lagi aku akan menikah dengan Calista yang sudah lama menjalin hubungan dengan ku yang lagi dan lagi aku tidak ingat apapun, aku bahkan tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Tapi untuk menolak semua itu aku butuh alasan agar semua paham dan mengerti aku." Kata Satria.
Setetes air mata mengalir di sudut mata Kanaya, di depan nya adalah suaminya tapi sangat sulit di gapai nya. Kanaya sudah tidak tahan lagi , Satria harus tau kebenarannya.
"Kau adalah..."
"Anda perlu penangan dokter pak Abimana." Sahut Abimana yang melangkah menghampiri Kanaya dan Satria yang menatap ke arah nya juga.
"Satria, kau disini, kalian suami istri?" Tanya Satria.
"Ya." Sahut Abimana.
"Aku baru tau."Sahut Satria.
"Sudah terlalu larut malam pak." Kata Abimana.
"Oh..iya..maaf..kalau begitu aku permisi." Kata Satria berdiri mendelik pada Kanaya.
"Tapi...tadi kan bapak mau jawaban." Kata kanaya.
"Tidak mengapa, lain kali saja Kanaya sudah larut malam, aku permisi." Kata Satria pamit pada keduanya melangkah keluar dari rumah.
Kanaya menatap tajam pada Abimana mendekati pria itu mendorong dada bidbidang nya yang sama sekali tidak bergeming.
"Apa maksudmu, secara halus kau telah mengusir suami ku sendiri?" Geram Kanaya.
Dengan cueknya Abimana tidak menghiraukan Kanaya ingin berbalik pergi.
"Jawab aku?" Kata Kanaya mencekal tangan Abimana.
"Ini bukan saatnya dia tau kebenarannya." Jawab Abimana.
"Kenapa? aku sudah terlalu lelah dengan semua ini dan kau hanya bisa tenang."
"Bukan kah ini yang kau mau dulu." Kata Abimana.
Deg
"Apa maksudmu?"
"Semua terjadi karena dirimu Kanaya dan kau tau jawabannya." Kata Abimana.
"Aku? Jangan bicara aneh aneh Abi."
Dengan tatapan dinginnya Abimana mendekati Kanaya.
"Karena kau.." Kata Abiamana menggantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roh Suami Yang Tertukar
RomanceRomance (Sebagian isi sdh di unpub karena sudah tamat) Hal yang membingungkan dalam hidup Kanaya mengetahui dalam raga suaminya adalah roh pria lain. lalu dimana roh suaminya berada?