7

2.9K 419 8
                                    

"Ini untuk mu." Kata Abimana memberikan kotak kecil pada Kanaya.

"Apa ini?" Tanya Kanaya.

"Aku tadi sekedar jalan jalan terus ada orang jual kalung cantik dan ku putuskan untuk membelinya ku pikir kau pantas mengenakan nya." Kata Abimana menggaruk pelipis nya.

"Tumben sekali, jangan jangan ini sogokkan ya?" Tanya Kanaya curiga.

"Sogokkan untuk apa?" Tanya Abimana balik.

"Kali saja ada mau nya." Sahut Kanaya.

Puk

Abimana menyentuh atas rambut Kanaya mengacak nya sekilas.

"Jangan berfikir aneh aneh, aku ikhlas membelikan nya untuk mu." Kata Abimana tersenyum kemudian ia berbalik melangkah masuk ke dapur.

Kanaya mengernyitkan kening nya menatap kotak itu dan membuka nya, Kanaya terlonjak ini adalah kalung emas putih kenapa Abimana memberikan hadiah ini harga nya pasti mahal.

"Abi!" Panggil Kanaya.

"Ya, aku mau masak mie." Sahut Abimana.

"Bentar."

"Ada apa Kanaya?" Abi berdiri tidak jauh dari Kanaya.

"Kok kamu belikan hadiah ini padaku, uang mu nanti habis." Kata Kanaya.

"Hari ini kan aku gajian jadi tidak masalah kalau saja roh ku sudah kembali ke dalam raga ku, aku pasti membelikan kalung berlian untuk mu." Kata Abimana.

Deg

Kanaya semakin mengernyitkan kening nya ia heran sikap Abimana pada nya.

"Kau tidak perlu melakukan semua ini." Kata Kanaya.

"Kenapa?" Tanya Abimana.

"Aku..." Perkataan Kanaya menggantung saat mendengar berita di televisi.

Siaran langsung itu memberitahukan rencana pernikahan tuan muda Abimana pemilik perusahan terbesar di Jakarta dengan salah satu putri konglomerat nona muda Calista akan di selenggarakan tiga minggu lagi.

Abimana melirik Kanaya yang membeku mengawasi televisi, raut wajah nya berubah datar.

"Mereka akan menikah." Bisik Kanaya.

"Rencana pernikahan ini sudah lama aku susun bersama Calista." Kata Abimana.

"Lalu apa kita hanya diam saja, kita harus melakukan sesuatu, aku ingin Satria kembali." Kata Kanaya.

"Kalau semua nya tidak akan pernah kembali, kita bisa apa." Sahut Abimana.

"Aku akan memberitahukan pada Satria dan nona Calista bahwa roh kalian tertukar mungkin saja ada solusi nya." Kata Kanaya panik.

"Mungkin ini sudah takdir." Sahut Abimana mengalihkan tatapan nya.

"Apa maksudmu, jangan bilang kau ingin menyerah dengan semua ini?" Tanya Kanaya mendekati Abimana.

"Biarkan seperti ini." Kata Abimana menatap tajam Kanaya.

"Kenapa? Apa kau tidak ingin kembali ke dalam ragamu yang di sana ada roh suami ku, paman mu yang jahat pasti sangat licik, Satria dalam bahaya." Kata Kanaya.

"Masalah paman ku sudah aku urus jadi kau tidak perlu cemas."

"Kau bisa menyelesaikan masalah apa pun tapi kenapa masalah satu ini sangat lama?" Tanya Kanaya prustasi.

Abimana tidak menjawab, ia melangkah keluar dari rumah meninggalkan Kanaya yang menatap nanar punggung nya, setetes air mata mengalir membasahi wajah Kanaya yang di usap nya. Kanaya duduk lemah di kursi tangisan nya pecah. Ia ingin semua pulih kembali tapi kapan?

---------------

Ada perasaan tidak bahagia di dalam hati satria saat rencana pernikahan diri nya dengan Calista sudah di umumkan ke publik, ia merasa asing pada tunangan nya itu, apa benar ia mencintai wanita itu, hati Satria ragu dan bimbang.

Andai ingatan nya pulih setidak nya Satria bisa mengingat masa kebersamaan nya dengan Calista.

Aneh nya bayangan wajah kanaya yang bekerja di kantor nya sering mengganggu fikiran nya.

Semua membuat Satria pusing, mungkin dengan mandi setidak nya merilex kan fikiran nya, Satria melepaskan jas dan kemeja nya terakhir celana panjang nya, ia melangkah masuk ke dalam kamar mandi, menghidupkan air shower membiarkan air membasahi tubuh atletis nya.

Tanpa ia sadari sepasang tangan melingkar di perut nya, Satria tidak bergeming jantung nya berdetak cepat, ia perlahan berbalik menatap Calista yang ikut basah bersama nya di guyur air shower.

"Kenapa kau bisa di sini?" Bisik Satria.

"Apa kau tidak senang dengan keberadaan ku, aku terlalu merindukan mu." Bisik Calista menyentuh dada bidang Satria mengecup nya sekilas.

"Hentikan!" Satria mendorong lembut bahu Calista, ia tidak bisa melakukan hal ini hati nya menolak itu.

"Bukan kah kita sudah sering melakukan nya." Kata Calista mendekat lagi mengecup leher Satria.

Sudah sekuat tenaga Satria menahan gejolak birahi nya yang tiba tiba bangkit, dia pria normal wajar semua ini membuat nya mendesir panas. Apa lagi Calista dengan erotis nya menyentuh tubuh nya kini membungkuk di bawah Satria membuka celana terakhir nya.

"Kau sangat nakal." Gumam Satria memperhatikan Calista.

.
.
.
.
.
.

Prang!

Piring yang di cuci Kanaya tiba tiba pecah membuat Abimana yang baru pulang berlari ke arah dapur.

"Ada apa?" Tanya Abimana.

"Piringnya pecah, tangan ku licin." Kata Kanaya sedih.

Abimana mendekat memungguti pecahan piring itu.

"Jangan sedih cuma piring saja." Kata Abimana memperhatikan Kanaya.

"Aku merasa ada firasat buruk." Kata Kanaya.

"Jangan di pikirkan." Kata Abimana menaruh pecahan piring ke dalam bak sampah." Aku bawakan nasi goreng kita makan yuk." Ajak Abimana.

Kanaya mendelik." Kenapa selama ini kau suka sekali mengkonsumsi nasi goreng?" Tanya Kanaya heran.

"Aku suka saja, emang kamu tidak suka?" Tanya Abimana.

"Aku bosan makan nasi goreng terus." Kata Kanaya merajuk.

"Terus kau mau makan apa?"

"Bakso, aku pengen makan bakso abang abang yang ada di taman kota." Kata Kanaya.

"Jadi kita jalan?"

"Iya, aku bosan di rumah." Kata Kanaya.

"Ya sudah ganti baju sana aku tunggu." Kata Abimana.

Tidak berapa lama Kanaya menghampiri Abimana yang menunggu nya di teras rumah.

"Abi yuk berangkat." Ajak Kanaya.

Seulas senyuman tersungging di sudut bibir Abimana yang memperhatikan penampilan sederhana Kanaya yang hanya mengenakan kaos dan celana pendek nya, rambut nya di ikat asal tanpa ada rias di wajah nya yang sudah cantik alami.

Wanita ini apa tidak bisa dandan, tapi Abimana kok suka melihat penampilan Kanaya yang tampil apa ada nya biasa nya dulu Abimana suka wanita modis dan berkelas seperti hal nya Calista.

Abimana hampir lupa dedengan tunangan nya itu ada apa dengan diri nya?

"Abimana cepatan entar kemalaman." Kata Kanaya merangkul lengan Abimana menarik nya agar melangkah.

"Iya cerewet." Sahut Abimana melangkah bersamaan ke arah mobil nya.



Roh Suami Yang TertukarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang