[ Terungkap ]

453 12 0
                                    

Zevanna menyesap kopi kesukaannya setiap pagi. Mata birunya terpenjam menikmati setiap rasa yang menyentuh lidahnya. Bayang bayang raya muncul dipikirannya.

Rindu

Ia sangat merindukan sahabatnya itu. Zevanna membuka matanya secara perlahan dan melihat bagas duduk dihadapannya.

Zevanna meletakkan cangkir kopinya dimeja tepat disampingnya.

Bagas memeluk istrinya. Zevanna menangis disana.

Zevanna melepas pelukan mereka.

"Gas,zero harus tau kalo kita bukan orang tua kandungnya"

Bagas memegang tangan istrinya dengan lembut

"Dia gak boleh tau,aku gak mau dia merasa hancur setelah tau semuanya"

Zevanna menatap pigura foto di dinding. Fotonya bersama raya dan zero digendongan raya.

"Tapi gas... "
Ucapannya terpontong karna zero masuk dengan mata berair menahan tangis
"Zero gak salah denger mi?"

"Kamu bukan anak kandung kami ro"

"Gak mungkin"

"Kamu anak dari sahabat kami"

"....."

"Tapi kami sangat sayang sama kamu ro"

"Raya mama kandung kamu"ucap zevanna

"Aku sayang sama kalian. Sama kedua adik aku. Blenda dan bryna" zero mengepal tangannya

"Kamu itu tetap anak kami dan akan seperti itu selamanya ro"

"Kenapa kalian gak pernah kasih tau zero?" ucapnya menahan pedih setelah mengetahui semuanya.

Zevanna menunduk,ia menangis melihat zero terluka.

Zero menatap figura foto,dan melihat ibu kandung sebenarnya. Raya yang tengah menggendongnya penuh kasih sayang.

****

Disisi lain blenda tengah sibuk membaca novel kesukaannya. Dengan earphone menyumpal kedua kupingnya. Tak ada yang tahu blenda tengah menahan rindu yang begitu begejolak dalam dadanya.

Ia sangat rindu dengan nando

Sesekali ia menghentikan kegiatan membacanya dan menyalakan layar Ponselnya. Hanya terlihat wallpaper dirinya bersama nando. Senyuman cantik menyungging bebas dari bibirnya.

"Merindumu adalah hal yang menyenangkan" ucapnya bermonolog.

Lalu nama jendra tertera menelponnya. Blenda bingung namun ia mengangkat panggilannya juga

"Halo kak? Kenapa?" Ucap blenda

Jendra merasa gugup ketika mendengar suara blenda

"Gapapa kok"

Bryna membuka pintu dan melihat blenda tengah bertelpon entah sama siapa.

Blenda dengan sigap mematikan telponnya

Bryna menatap bingung dan menangkap wajah panik blenda. "Lo kenapa?"

"Tadi jendra yang telpon" jawab blenda gugup takut bryna marah karnanya

Bryna diam sejenak menatap nanar kearah blenda. Ia ingat jendra bilang ia akan tidur tapi justru malah menelpon blenda.

"Puas lo,udah ambil jendra" ucap bryna dengan sarkas

Blenda tertegun mendengar ucapan bryna. Hendak berdiri menghampiri bryna tapi kembarannya itu sudah pergi membanting pintu kamarnya

Ini salah

Tak seharusnya jendra menelpon dirinya

Entah lah

Dia tak tau harus berbuat apa




Blenda and BrynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang