[ Ekskul!!! ]

448 9 0
                                    

Blenda mengikat rambut pirangnya dengan rapi. Sesekali tangannya merapikan baju olahraga yang dikenakannya itu. Mata birunya terus meneliti setiap sudut wajahnya dari pantulan kaca. Setelah merasa semuanya sudah sempurna,blenda mengenakan tasnya dan keluar dari kamar mandi. Tiba tiba tubuhnya menabrak bahu seseorang dan membuatnya hampir terjatuh.

"Aw!!! Liat liat dong kalo jalan!!!" blenda menunduk memperhatikan penampilannya kembali.

"Maaf blend,gue gak sengaja" ucap seseorang.

Blenda mengenal suara itu. Blenda menatap bryna yang kini dihadapannya dengan baju basket ditangannya itu.

"Oh elo? Ngapain lo jam segini masih disekolah?" blenda bertanya dengan nada sarkastiknya itu. Bryna hanya mampu diam mendengar nada sarkas blenda. "Gue mau ekskul,lo ngapain pake baju olahraga?" bryna berbasa basi.

Blenda tersenyum mengingat hubungannya dengan bryna yang sudah retak. "Gue mau cheers,gue duluan" lalu pergi meninggalkan bryna yang masih menatap punggungnya yang semakin jauh.

Blenda berjalan kearah lapangan. Lana melihat blenda langsung tersenyum dan melambaikan tangannya itu. "WOYY!!! BLENDAA!!!!" teriaknya.

Blenda langsung menuju keasal suara dan menghampiri lana. "Sorry nih ka,gue telat" ucapnya. Lana tersenyum "santai"

Blenda menaruh tasnya dipinggir lapangan. Lalu kembali ketengah lapangan untuk pemanasan. "Kak,udah mau mulai kan?"

Lana mengangguk sambil menyuruh anak buahnya untuk berbaris melakukan pemanasan. "Sekarang kita pemanasan dulu ya!!!!!" teriaknya memberi aba aba.

Disisi lain,bryna keluar dari kamar mandi dengan baju basket yang dikenakannya. Jendra menunggu di depan pintu kamar mandi dengan bola basket ditangannya itu. Bryna tersenyum melihat jendra yang tengah sibuk bermain dengan bola basket sambil menunggunya. "Ehemm" bryna berdehem

Jendra menghentikkan kegiatannya dan tersenyum menatap bryna. "Udah selesai? Kalo udah yuk kita langsung kelapangan aja". Bryna mengangguk dan berjalan beriringan dengan jendra disampingnya.

Sesekali jenda mendribble bola basketnya. Berusaha menghilangkan rasa gugup ketika bryna disampingnya itu. "Gue denger dari zero,lapangannya dibagi dua sama anak cheers" ucap jendra.

Bryna menatap jendra. "Berati gue bakalan ketemu blenda dong?". Jendra mengusap puncak kepala bryna. Dalam seketika membuat jantung bryna berdetak sangat cepat. "Santai aja kali,nanti juga lo baikan ko". Bryna tersenyum "makasih ya"

Jendra menghentikan langkahnya otomatis bryna juga menghentikkan langkahnya. "Gue sayang sama lo,gue ngelakuin ini juga buat lo,jadi lo gak usah terima kasih,cukup ada disamping gue,itu udah lebih cukup buat gue" lalu jendra kembali berjalan. Bryna tersenyum lalu menyusul jendra

Blenda masih melakukan pemanasan. Seketika ia menghentikan aktivitasnya itu ketika melihat bryna dan jendra yang tengah berjalan bersama kelapangan. Hatinya kembali merasakan sakit dan tidak terima dengan ini semua. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa jendra menyukai kembarannya itu

Zero memanggil anak anak basket agar berkumpul dan juga melakukan pemanasan. "PEMANASAN SEMUANYA!!!!" berseru dengan kencang agar semuanya mendengar dan melakukan perintahnya itu. Jendra serta yang lain langsung melakukan pemanasan tapi tidak dengan bryna. Ia justru malah bermain main dengan bola basketnya. Zero melihat itu langsung menghampiri adiknya.

"Kenapa lo gak pemanasan?" tanyanya. Bryna terus saja memainkan bola basketnya itu. "Gue gak mood,lo aja sana pemanasan". Zero hanya menggeleng melihat sifat bryna yang susah diatur. "Yaudah" lalu zero kembali melakukan pemanasan dengan yang lain.

Bryna menghentikan permainannya. Ketika melihat ring tempat anak cheers berlatih. Senyuman terulas di wajahnya. Sebuah ide untuk menguji kemampuannya tiba tiba melintas.

Bryna membidik arahan bola nya ke ring. Dengan tenaga penuh bryna menshoot bolanya  kerah ring. Tapi ia salah perhitungan justru bola itu malah melayang kearah lain dan mengenai kepala blenda.

Blenda langsung terjatuh dan kepalanya terbentur lapangan. Dan mengeluarkan darah. Semua anak cheers langsung panik dan mengelilingi blenda. Bryna panik dan zero langsung berlari kearah blenda.

"Awas!!! Minggir lo semua!!!" teriak zero. Zero langsung menghampiri blenda. Ia melihat luka di dahi adik kesayangannya itu. "Zero,mending bawa ke UKS dah si blenda" kata lana. Zero mengangguk dan langsung menggendong adik nya ke uks.

Bryna langsung mengekor dibelakang zero begitu juga jendra dan nando. Zero meletakkan blenda dan berusaha mencari betadin dan kapas.

"Biar gue aja yang ngobatin blenda" ucap nando dengan betadin dan kapas ditangannya. "Serius?" tanya zero meyakinkan. Nando mengangguk "mending lo ngajar ekskul dulu,biar blenda sama gue". Zero mengusap puncak kepala adiknya yang masih pingsan dengan lembut. "Yaudah,gue titip blenda"

Nando tersenyum dan mengangguk.

Zero keluar dan melihat jendra dan bryna. "Gue udah nyuruh lo pemanasan tapi lo gak mau dengerin gue!! Ini akibat dari sifat keras kepala lo!! Blenda yang kena imbas" teriak zero. Bryna hanya diam. Ini memang salahnya yang tidak mendengarkan zero.

Jendra agak tidak terima dengan ini. "Ko lo nyalahin bryna? Dia kan gak sengaja". Zero menatap jendra "dia cewe lo!! Makanya lo belain dia!!!". Bryna tetap diam melihat pertengkaran itu. "Ya lo jangan tumpahin semua kesalahan ke bryna lah!!" jendra masih membela bryna.

"Gara gara lo!! Blenda jadi ngerasain sakit hati!!! Dan gara gara lo,blenda dan bryna sekarang udah gak deket lagi!!!" ucap zero dengan penuh kemarahan.

Jendra melangkah maju dan menjadi geram ingin memukul zero. Tapi bryna menahan tangannya agar tidak bertindak lebih jauh lagi. "Ini emang salah gue,jadi lo gak usah belain gue" ucap bryna. Jendra berbalik dan menatap bryna "ini gak sepenuhnya salah lo".

Zero melihat itu menjadi teringat dengan blenda yang begitu mencintai jendra dan mengalah untuk kembarannya. Membuat emosi zero semakin meninggi. Zero melepas pegangan tangan mereka. "Gara gara lo berdua,blenda jadi ngerasain patah yang paling hebat!!!" lalu pergi tanpa memperdulikkan ekspresi wajah keduanya.

Bryna berusaha mencerna perkataan zero. Ia berusaha mengejar zero tapi jendra menahannya. "Gak usah dipikirin,zero lagi emosi" ucapnya. Bryna mengangguk mengerti,mungkin ia harus memberikan zero waktu.

****

Nando meniup jidat blenda yang terluka itu. Lalu blenda tersadar dan melihat wajah nando yang begitu dekat dengannya. Jantungnya terasa berdetak dengan cepat karna melihat tatapan nando yang mengunci pandangannya itu. "Kak nando? Ngapain disini?" blenda berusaha tetap tenang.

Nando tersenyum tentu saja senyum yang akan membius siapa saja yang melihatnya. "Ngobatin lo" jawabnya singkat lalu menjauh dari wajah blenda.

Blenda ingin memegang luka di jidat nya tapi nando memegang tangan blenda. "Jangan dipegang,nanti infeksi kena debu ditangan lo" lalu meletakkan kembali tangan blenda agar menjauh dari lukanya.

"Gue khawatir banget sama lo" ucap nando. Blenda terus menatap nando dan entah apa arti dari tatapan itu. "Gue baik baik aja ko,ka". Nando bangkit dan mengecup singkat puncak kepala blenda.

"Gue sayang sama lo blend"

Blenda diam karna masih terkejut dengan perlakuan nando terhadapnya.

"Gue gak bisa liat lo terus terluka karna jendra"

"Jadi....."

Blenda tetap diam

"Lo mau izinin gue buat jadi obat hati lo?"

Blenda menangis.

Bukan karna sedih

Tapi ia bahagia karna ada nando yang begitu menyayanginya. Nando mengusap air mata blenda dengan lembut. "Jangan nangis blend,lo gak suka ya?"

Blenda menggeleng "gue suka,tapi lo bisa beri gue waktu? Gue akan kasih jawabannya nanti dua minggu,lo mau nungguin gue?"

Nando mengangguk "gue bakalan terus nunggu lo,selama apapun itu,karna gue sayang sama lo,blend"

Blenda tersenyum lalu memeluk nando. "Makasih ka"


Blenda and BrynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang