Two

83 6 0
                                    


Dengan malas Aletta menggerakkan kakinya menuju kearah pintu rumahnya karena ada seseorang yang memencet bel.

"Aletta."sapanya dengan ramah.

"Ngapain lo? Mau nyari mati?!"sambut Aletta dengan sinis.

"Gue mau minta maaf sama elo. Sela--"

"Pulang. Gue gak butuh maaf dari lo."saat ingin menutup pintu rumahnya kembali, dengan cepat tamu itu menahan gagang pintu. Karena perbedaan gender membuat Aletta menyerah dan menatap tajam manusia yang menyandang nama Daffa tersebut.

"Mau apa lagi?!"teriak Aletta yang sudah tak bisa menahan gejolak emosinya.

"Maaf," Aletta menyandarkan bahu kirinya pada tiang pintu dengan tangan yang terlipat didepan dada. "Udah kan? Pulang sekarang atau gue teriakin maling."

Daffa masih tetap berada pada posisinya, tak berniat sedikitpun untuk pergi dari sini. Ancaman Aletta tak mempan baginya.
Daffa maju selangkah mendekat ke Aletta membuat gadis itu sontak berjalan mundur, belum juga dua langkah ke belakang tubuh Daffa terhuyung kebelakang karena ada yang menariknya.

"Lo ngapain Ade gue?!"bentak orang itu, dia Devid.

Terimakasih Tuhan,batin Aletta

"Ade? Bukannya Aletta cuman punya dua kakak cowo ya?"

"Lo minggat sekarang atau muka lo bakal gue rusakin."geram Devid.

"Gue nggak takut!"

"Ba***at!"tangan Devid sudah melayang namun Aletta langsung menahan tangan Devid dan menatapnya dengan wajah memohon. "Jangan, kak. Jangan nambah masalah buat lo lagi!"dengan berat hati Devid mengikuti kemauan Aletta.

"Gue udah maafin elo. Sekarang lo pulang sebelum gue biarin dia nonjok lo."ucap Aletta.
Daffa bernafas lega karena telah dimaafkan dan berpamitan kepada Aletta.

"Dia siapa? Lancang banget jadi manusia!"ungkap Devid.

"Udahlah, kak. Gue gak mau bahas dia. Tapi kok bisa lo--"

"Lo lupa kalo kita tetanggan?"

"Bukan itu, Tapi giman--"

"Tadi gue dari alfamart terus lewat sini dan gue liat ada cowo yang kurang ajar sama elo padahal lo udah ngusir. Jadi gitu deh."jawab Devid yang terus memotong pertanyaan Aletta, kemudian dengan sendirinya Devid duduk dikursi teras dan diikuti Aletta disampingnya. "Tama sama Angga kemana?"

"Tama kan masih di Bandung. Terus Angga ke rumah cewenya."

"Ck."Devid berdecak kesal sembari mengacak rambutnya yang tak pernah rapi itu. "Kalo kayak gini lo mesti pake satpam deh. Kalo lo sendiri trus ada apa-apa gimana!?"

"Im everything always be okay."

"Ta! Ini Jakarta. Lo tau lah ba--"

"Kan ada elo sama yang lain. Ngapain gue takut?"

"Maka itu. Enggak selalu,kita bisa jagain elo. Mikir gak sih!"kesalnya membuat Aletta terkekeh.

"Ngantuk."seru Aletta menguap lalu mengerjapkan matanya yang tak bisa diajak kerjasama untuk tetap terbuka.

"Tidur deh, biar gue yang jagain lo."

"Jangan. Mending lo pulang, kak. Kasian daripagi lo belum balik, pasti lo capek."

 "Sambil jagain elo, gue istirahat juga disini. Masuk gih," Aletta menggeleng keras.

"Keras kepala."gerutu Devid.

"Kenapa sih lo manja banget kalo sama gue? Padahal lo selalu rese sama yang lain?"lanjut Devid bertanya.

"Iyalah. Cuman elo yang first impressionnya sama gue bagus. Padahal kita ketemu waktu tawuran bodoh itu, eh, elonya mulai tegur-teguran sama gue trus lo juga gak pernah ngajak gue berantem sih. Beda kayak yang lain. Kerjaannya pengen dibunuh."

NeighborsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang