Seven

36 3 0
                                    


Dalam perjalanan tidak ada percakapan diantara mereka berdua. Adam hanya fokus kepada jalan, dan Aletta fokus kepada pikirannya sendiri yang melalang Buana. Namun ia tiba-tiba menepuk bahu Adam dan berucap ketika motor milik Adam melewati terminal yang biasa dipakai siswa-siswi SMA Angkasa saat datang dengan kendaraan umum ataupun menunggu kendaraan umum saat pulang.

"Disini aja," Adam pun berhenti sejenak untuk berbincang dengan Aletta.

"Loh? Sekolah lo masih lumayan jauh nih!"

"Lo itu salah satu siswa dari musuh bebuyutan sekolah gue,"

"Astaga!"pekik Adam lalu kembali berkata, "Aletta. Gue pake jaket dan helm, mereka gak mungkin kenalin gue. Lagipula biangkerok disekolah lo gak mungkin juga datang sekolah sepagi ini, kan?"

"Bukan gitu! Lo--" belum menyelesaikan kalimatnya, motor Adam kembali melaju mendekati kawasan SMA Angkasa.

"Adam?!"pekik Aletta setelah motor Adam berhenti tepat didepan gerbang.
"Lo mau mati?"tanya Aletta kesal sambil turun dari motor tinggi itu.

"Belajar yang rajin. Jangan ingat gue terus, entar jatuh Cinta, gue repot!"kata Adam mengelus singkat rambut Aletta lalu ia menurunkan kacamata yang menyatu dengan helm-nya.

"Makasih untuk tumpangannya!"

"Iya. Gue cabut, byee!"

"Hati-hati!"

Tidak seburuk yang gue fikirin.

🕶

"Pagi cantik!"sapa Detha membuat Aletta terpengarah kaget.

Tetapi sesaat setelah melihat wajah tampan Detha, Aletta tak menggubrisnya dan berlalu pergi, tapi langsung ditahan oleh Detha.
"Kenapa ambekan mulu sih?"

Aletta menepis tangan Detha dan kembali berjalan, namun Detha tak menyerah lalu kembali menarik tangan Aletta menuju kearah belakang sekolah yang biasanya sepi di waktu pagi begini.

Aletta lagi-lagi ingin pergi namun Detha langsung menyudutkannya ditembok belakang sekolah.
Aletta menempel ditembok dengan mata yang mengerjap berkali-kali. Sedangkan, kedua tangan Detha ia letakkan ditembok samping kiri-kanan bahu Aletta. Dengan jarak yang hanya sekitar 4 atau 5 centimeter.

"Lo... Kenapa? Ada apa?"tanya Detha memicingkan matanya, dari tatapannya ia terlihat memaksa Aletta untuk segera menjawab.

Aletta kembali menelan ludahnya dengan kasar. Ia sungguh kesal dengan sikap semua tetangannya yang selalu seenak jidat saat memperlakukan dirinya. Meskipun bukan memperlakukan dengan buruk, tapi tetap saja Aletta belum siap mengahadapi hal seperti ini. Seperti kemarin, saat Driel tiba-tiba menghapus keringatnya dan mencium keningnya. Dan sekarang ada yang sama nekatnya.

"Jauhan, Tha."lirih Aletta berusaha mendorong tubuh Detha. Ia takut jika ada orang yang melihat mereka dan akan berpikiran negatif. Aletta tidak sudi jika dirinya menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Apalagi dia juga tidak suka disorot-sorot saat berada dengan para tetangganya yang merupakan anak tenar di Kotanya ini. Makannya kalau disekolah Aletta meminta kepada mereka semua agar pura-pura tidak mengenalnya. Bahkan Tama dan Angga juga harus pura-pura tidak mengenalnya.
Karena Aletta tidak mau dirinya menjadi tempat penitipan barang seperti coklat,makanan kesukaan tetangga hitsnya, ataupun barang-barang mewah keinginan mereka oleh siswi-siswi di sekolahnya(Penggemar para tetangganya).
Aletta juga tak mau dianggap gadis yang sedang menumpang ketenaran melalui kedua kakak sepupunya dan tetangganya.

Detha tetap mempertahankan posisinya, bergerak menjauh saja tidak. Malahan ia semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Aletta yang kini sudah berkeringat.

NeighborsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang