Eleven

21 2 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 17.42
Aletta meringis. Betapa bodohnya dia ketika tidak berpikir panjang untuk pulang duluan tanpa Driel.
Tempat makan mereka berada didalam sebuah gang yang cukup jauh dari terminal angkutan umum.
Dengan terpaksa Aletta harus berjalan kaki menuju ke ujung gang untuk mencari Taksi ataupun angkot yang masih ada. Hatinya berkata untuk kembali ke tempat Driel, namun sayang gengsinya lebih tinggi.
Aletta sebenarnya bisa saja meminta Angga, Tama dan yang lain untuk menjemput dia. Tetapi, itu tidak mungkin. Jika mereka tau Driel membiarkan Aletta pulang sendirian padahal Driel sedang bersama Aletta, pasti mereka akan menghajar Driel.

Aletta menahan nafas seraya menundukkan kepalanya dalam-dalam ketika ia mendapati beberapa anak laki-laki seusianya yang sedang duduk nongkrong disebuah lopo kecil. Mereka sedang bermain gitar dan bernyanyi-nyanyi.

Dugaan Aletta benar.
Salah satu dari mereka mengahadang jalan Aletta. Sedangkan teman-temannya yang lain hanya bersiul-siul keras.

"Boleh kenalan gak neng?"

"Misi, saya mau lewat."

"Yaaaa!"dengus lelaki itu kecewa, kemudian ia kembali berucap, "jangan takut neng. Kita mah anak sini semuanya baik-baik. Tapi, kalo ada cewe cantik ya gak boleh dianggurin, pamali nolak rejeki."

Tin!

Suara bel dari sebuah motor membuat Aletta terkejut dan spontan menggeser tubuhnya kesamping,untuk menghindari motor yang sekarang berhenti tepat disampingnya. Motor, helm, jaket dan orang ini tak Aletta kenali.

Pengemudi motor itu membuka helm full facenya yang senada dengan motor sportnya. Lelaki diatas motor ini menatap lelaki yang tadi menganggu Aletta.
"Dia cewe gue."

Tiga kata itu membuat mata Aletta melotot, hendak ingin membantah, namun suara lelaki itu lebih cepat dan sontak membuat Aletta berubah pikiran.
"Gue disuruh Driel susulin lo."bisiknya.

"Sorry, tadinya gue kira dia single. Sekali lagi gue minta maaf,"lelaki yang tadi mengganggu Aletta pun minggat dan bergabung kembali di lopo.

Aletta memicingkan matanya menatap lelaki yang mengaku sebagai utusan dari Driel.

Karena merasa Aletta tak percaya, lelaki itu pun mengeluarkan ponselnya kemudian mengutak atik layar ponsel, lalu ia dekatkan ponsel ke telinganya.
"Ini.. Gebetan lo gak percaya kalo gue disuruh sama lo supaya anterin dia pulang."

Beberapa detik, ponsel itu berpindah ke telinga Aletta setelah disodorkan oleh lelaki ini.
Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Driel, Aletta pun mengembalikan ponsel kepada pemiliknya.

"Udah percaya belum?"

"Bukannya dia yang anter, malah nyuruh-nyuruh anak orang."omel Aletta pelan namun dapat didengar oleh Lelaki ini.

"Jadi lo mau dianterin gak sih?"tanyanya gemas sembari kembali menggunakan helm.

"Iya iya jadi."lalu Aletta menaiki motor tersebut.

Sebelum melajukan motornya, lelaki itu melihat Aletta dari spion lalu berucap, "Gue Sabastian."

🏍

Aletta sedang mengemil cantik diruang keluarga. Bola matanya terus ia putar saat mendengar suara teriakan dari kamar Tama yang sedang dijadikan tempat tongkrongan manusia-manusia tampan. Mereka sedang menonton film horor, Aletta sendiri sedang menonton Drama Korea yang ia copy dari laptop milik Sisi. Niatnya ingin menonton di kamarnya sendiri, tetapi itu akan lebih mengganggu. Jadi dia mengalah pindah ke ruang keluarga. Namun, meskipun sudah menggunakan earphone tetap saja suara mereka tak dapat disaingi.

NeighborsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang