Thirteen

25 2 1
                                    

Aletta menatap mereka satu persatu dengan tatapan yang sulit diartikan. Bibirnya sedikit melengkung. Begitupun dengan hatinya yang tiba-tiba menjadi hangat. Meskipun mereka sering bertengkar tetap saja Aletta selalu mendapat perhatian lebih seperti ini. Disaat-saat ia sedang berada dalam mood yang buruk, mereka selalu bisa membuat Aletta terasa lebih baik dan nyaman. Mereka sangat mengerti segalanya tentang Aletta. Itu mengapa Aletta sulit jika harus merelakan mereka berjauhan dengan dirinya. Sangat sulit.

"Ta. Mau apaan? Biar kita ambilin."tegur Detha gemas karena Aletta malah melamun.

Aletta terkejut dan segera menatap Detha dan Wahyu bergantian, "Gue gak butuh apa-apa. Cukup kalian gak ninggalin gue itu aja udah cukup."

"Gak. Gue gak akan tinggalin lo, Ta. Gue bukan mereka yang lain. Meskipun nanti takdir berkata lain, gue gak papa nanggung dosa untuk lawan takdir yang buat kita pisah."jawab Wahyu membuat Aletta terkekeh sedangkan Detha memperagakan dirinya seolah-olah ingin muntah.

"Widih. Bahas apaan sih? Serius amat."ujar Drien datang membawa Teh Hangat lalu ia berikan pada Aletta, "Itu Teh-nya anget jadi langsung diminum bisa kok. Aman. Bibir gak bakal melepuh."

Aletta mengucapkan terimakasih dan mulai menyeruput teh itu sedikit demi sedikit.

"Badan lo udah enakkan?"tanya Detha yang pastinya pada Aletta.

"Udah mendingan kok. Gak seburuk dua hari lalu."jawab Aletta detail.

"Lo yakin nih gak mau makan apa gitu? Mau apaan gitu?"tawar Wahyu lagi.

Aletta berdecak lalu menggeleng cepat, "Temenin gue disini aja. Udah cukup."

Setelah menghabiskan teh yang dibuat oleh Drien, sekarang Aletta tidur selonjoran di sofa dengan kepala yang ia tumpu dipaha Detha. Kemudian Aletta menarik satu tangan Detha lalu ia letakkan di kepalanya. Detha yang mengerti maksud dari Aletta pun langsung mengelus kepala gadis tersayang didepannya ini.

Bagi Aletta, hal-hal sederhana yang ia dapatkan secara manis dan hangat ini membuatnya sangat bahagia. Bahkan mungkin sekarang Aletta adalah orang paling bahagia di dunia. Sayangnya tidak ada Driel, Salvator, Ezra dan Edward bersamanya. Ia bahagia namun kurang sempurna.

🐦🐦

Aletta berjalan sendirian di koridor sekolah. Ia baru saja mengembalikan buku yang ia pinjam di Perpustakaan beberapa hari yang lalu.
Aletta sadar, dirinya telah menjadi sosok yang kerap kali disorot di sekolah. Setiap kali ia melewati atau bertemu teman-teman sekolahnya, pasti mereka akan berbisik-bisik cantik untuk menggosipinya. Bahkan tak jarang banyak yang terang-terangan menyindir bahkan melabraknya.
Namun itu semua sudah menjadi hal biasa bagi Aletta, mungkin dulu Aletta enggan pergi ke sekolah bahkan ia harus menggunakan masker jika pergi ke sekolah.
Ini semua bermula dari terbongkarnya rahasia kedekatan Aletta dengan The Most Wanted sekolah.

Tiba-tiba pandangan mata Aletta menggelap. Karena sebuah tangan besar menutup kedua matanya sekaligus.

"Lepasin woi!"pekik Aletta sambil memukul-mukul tangan yang menutupi pandangannya itu.

Dengan terpaksa Andre melepaskan tangannya dari mata Aletta, gadis itu memang tidak bisa diajak untuk ber-romantis-an.

"Ngapain lo? Kayak gak ada kerjaan aja!"rutuk Aletta seraya memukul lengan Andre.

"Woi!"

Aletta dan Andre berbalik ke Sumber suara yang sepertinya memanggil mereka berdua.

Betul. Mark sedang berjalan santai menuju ke arah mereka berdua dengan senyum sumringah yang menurut Aletta sangat menjijikan.

NeighborsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang