Five

57 1 0
                                    


Driel yang sedang berbaring disamping Ezra tertawa karena Aletta terus memarahi Ezra yang susah untuk disuruh makan.

"Mau sembuh enggak, sih?"gertak Aletta sambil melotot.

Ezra pun mengangguk seperti hiasan anjing yang berada di dashboard mobil. "Tapi Enek, Ta."

"Makannya lo harus banyak makan biar cepet sembuh, trus enggak makan bubur sialan ini lagi!"kesal Aletta yang menatap tajam kearah mangkuk bubur panas ditangannya.
Satu fakta lagi tentang Aletta, ia membenci bubur. Jangankan untuk dimakan, dilihat saja ia ingin muntah.

Ini adalah hari ketiga setelah Ezra masuk rumah sakit namun kemarin sudah diperbolehkan untuk kembali ke rumah, karena kondisinya yang kembali stabil meskipun Ezra masih terlihat lemas dan pucat. Jadi hanya Aletta yang bisa diandalkan untuk hal seperti ini, hanya Aletta yang bisa membuat seorang Ezra menurut dan patuh. Karena jika bersama Aletta ia akan menerapkan metode pemaksaan jika perintahnya -khusus pada orang kesayangannya yang sakit- tidak dihiraukan. Mereka juga menyebutnya sebagai dokter plus suster galak bagi mereka. Dan juga karena hanya Aletta satu-satunya wanita diantara mereka.

Ezra, Aletta dan Driel berada di kamar tamu di rumah Aletta. Driel menemani Aletta yang mengurus Ezra. Ezra ditempatkan di rumah ini agar Aletta lebih mudah mengurusnya, lagipula di rumah Ezra hanya ada dua orang asisten rumah tangga. Kedua orang tua Ezra tidak ingin Ezra dirawat oleh orang lain, demi kebaikan Ezra, Aletta rela mengorbankan waktunya untuk merawat lelaki yang masih Setia memasang wajah memohon.

"Kenyang, Ta."mohon Ezra dengan wajah memelas.

Aletta jengah dan meletakkan mangkuk bubur diatas nakas samping tempat tidur dan menatap tajam ke Ezra.
"Sekarang gue buat pilihan untuk lo. Pertama, makan sekarang dan gue urus. Kedua, balik ke rumah sakit dan diurus sama suster."

"Yah, diurus suster aja deh. Orang elonya galak minta digorok."

"Oke. Yaudah!"Aletta bangkit berdiri dan menatap ke Driel yang sedang menatap mereka berdua dengan malas.
"Anterin dia ke Rumah sakit."

Baru saja ingin melangkah keluar, Ezra menarik tangan Aletta hingga gadis itu terhuyung dan terduduk kembali seperti semula.
Tiba-tiba Ezra memeluk Aletta,
"Maaf deh, becanda. Iya gue bakalan nurut kok sama elo. Janji!"

Buk

Driel dengan cepat memukul kepala Ezra dengan ponselnya membuat pelukan itu terlepas, "Gue aduin ke Angga sama Tama, mampus lo!"ancamnya melotot.

"Co--"

"Udah-udah. Mending lanjut makan deh,"lerai Aletta membuat Driel makin melotot kearah Ezra yang kini meringis, meratapi nasibnya yang beberapa hari kedepan akan diurus orang seorang gadis galak, yang mengalahkan kegalakan Ibu Tiri.

Meskipun terlihat galak dan menyebalkan dari luar, sebetulnya didalam dirinya Aletta sedang berusaha menahan emosinya untuk tidak menangis ataupun bersedih didepan Ezra, yang ia lakukan hanyalah sebuah sandiwara.

Harusnya lo lebih jujur sama kita, Ezra!

🔼🔼

Aletta membuka matanya ketika merasakan tangan nakal yang menarik-narik kakinya seperti menarik leher kambing yang iikat.
Dengan kesal Aletta pun menendang tangan itu lalu bangkit duduk dikasurnya dan tak lupa memberi tatapan tajamnya kepada manusia yang kurang ajar, karena telah membangunkannya sepagi ini.

Pukul 05.20

Orang itu meringis kesakitan akibat tangannya ditendang lalu bercakar pinggang dan membalas pelototan mata dari Aletta.

NeighborsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang