Alhamdulillah chapter 3 udah selesai😊.
Selamat menikmati yah. Komen ayo komen 😁.
Hening, sama halnya kuburan dimalam hari. Suasana didalam perpus bersih dari polusi suara, tak ada suara yang begitu nyaring terdengar didalam mungkin karena ada tulisan Jangan Ribut yang terpampang hampir disetiap meja dan lemari didalam. Padahal hampir ratusan siswa memenuhi perpustakaan ini. Mejapun hampir tak ada yang kosong, semua siswa sibuk dengan buku mereka masing - masing. Termasuk Jihan yang terlihat sangat hikmat membaca sebuah buku, dari sekian banyak buku yang ditampilkan, Jihan menempatkan pilihannya pada sebuah buku yang berjudul "Kenapa Ayah Begitu?" entah apa yang membuatnya terpikat oleh buku itu. Mungkin ada alasan yang mendalam, atau mungkin kebetulan saja ia tertarik untuk membacanya.
Sementara si culun yang bersama Jihan keperpus, tengah sibuk berjalan diantara rak - rak buku. Melirik kekanan - kekiri, kebawah dan keatas tak ada satupun buku yang pas dihatinya. Sesekali ia membenarkan kacamatanya, berubah posisi akibat terlalu banyak melirik kebawah.
"Akhirnya ketemu juga"
***
Jihan terlihat begitu terbawa akan suasana cerita buku itu. Bahkan, seseorang berhasil duduk dihadapannya tanpa ia sadari.
Entah apa isi cerita buku itu, yang pasti Jihan telah masuk kedalam ceritanya. Ia seakan - akan merasakan apa yang dirasakan oleh karakter dalam buku itu. Iapun tak bisa membendung air mata yang keluar tanpa izin, membanjiri pipinya.
"Nih tisu" seseorang menyodorkan tisu kearah Jihan.
Terus fokus kebuku, tangannya mencoba meraih tisu yang disodorkan padanya.
"Thanks yah kip" pikir Jihan dia hanya berdua dengan Kipli dimeja ini, jadi kiranya tisu itu pasti dari Kipli.
Seseorang yang berada didepan Jihan hanya bisa tersenyum, gemas akan tingkah laku Jihan. Sesekali ia menunduk dengan tangannya disilangkan diatas meja dan dagunya bersandar ditengah telapak tangannya. Melihat Jihan dibalik buku yang dibacanya ia pun mencoba mencari waktu pas untuk memulai obrolan lain. Dan ketika Jihan tengah mengusap air matanya dengan tisu disitulah rasanya waktu yang tepat baginya.
"Sedih banget yah ceritanya?" Tanya orang tersebut. Kemudian mendongkrak kepalanya keposisi semula.
Dengan berderai air mata yang masih mengalir lumayan deras, Jihan mencoba menjawab pertanyaan dari mystery guest.
"I..i..yaa sedih banget Kip" jawabnya dengan suara parau akibat tangisannya.
Kemudian Jihan menurunkan buku yang dibacanya, sedari tadi buku itu memang menutup seluruh pemandangan yang terpampang didepannya. Masih terlihat tenang kemudian Jihan ternganga, terkejut bahkan dia mengucek ucek matanya enggak percaya apa yang dilihatnya.
"L..lo!" Tegur Jihan terbata - bata. Masih terlihat enggak percaya.
Betapa kagetnya Jihan melihat orang yang berada didepannya bukan lelaki berkacamata, behelan, dan rambut belahan. Melainkan lelaki bermata panda layaknya keturunan Timur Tengah lengkap dengan hidung mancung dan alis tebal.
"Gua Farhan" menyodorkan tangannya mengajak berkenalan.
"Farhan Abi Al-Danish. Anak 12 Ips 2". Tersenyum dihadapan Jihan membuat tingkah Jihan sedikit mengkaku.
"Gu.." Mencoba meraih uluran tangan dihadapannya.
"Jihan Putri Permata. Anak Ipa 6. Benarkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KELINCI SEKOLAH
Teen Fiction"Bagaimanapun itu adalah masa laluku yang hanya bisa kukenang dan tak bisa kurubah" Playboy adalah dia. Dia adalah playboy. Bermain dengan perasaan adalah sesuatu yang menyenangkan baginya. Namun seorang gadis benar - benar berhasil membuatnya men...