Jisoo terbangun dari tidurnya, kedua tangannya terangkat ke atas, meregangkan tubuhnya, mencoba menangkap kesadaran sepenuhnya. Dibagian pahanya terasa berat. Ia mengerjap sebentar mendapati lelaki yang masih terlelap, tertidur di atas pahanya.
"Namjoon-ssi, bangunlah! Ini sudah pagi." Jisoo menggerakkan tubuh lelaki itu pelan setelah sebelumnya melirik pada jam dinding.
Alih-alih menuruti perintah Jisoo, lelaki itu justru mengubah posisi tidurnya. Tangan kanannya meraih pinggang Jisoo, ia menenggelamkan kepalanya di bagian perut perempuan itu.
"Yak! Cepat bangun!!" Perlakuan Namjoon itu berhasil menggelitik Jisoo, segera perempuan itu mendorong tubuh Namjoon sambil menepuk-nepuk lengannya.
"Masih ngantuk." Dengan suara berat khas bangun tidurnya, lelaki itu justru mengeratkan pelukannya.
"Biarkan aku bangun dulu, setelah itu lanjutkan tidurmu!"
"Tidak mau."
"Huft.. Namjoon-ssi, aku lapar. Bangunlah."
"Mau masak?" Akhirnya lelaki itu membuka mata, mengadahkan kepalanya.
"Entahlah."
"Ya sudah, pesan saja makanannya. Aku akan bangun kalau pesanannya sudah datang." Lelaki itu kembali menenggelamkan wajahnya.
Ah, Jisoo bisa gila kalau Namjoon berlama-lama seperti itu. Lelaki itu bukan hanya menggelitiknya, tapi juga membuat jantungnya berdegup berkali-kali lipat dari batas normal.
"Baiklah, aku akan masak." Jisoo mendesah pelan dengan keputusannya. Sebenarnya ia malas jika harus memasak, tapi dia juga tidak bisa membiarkan dirinya terkurung dalam pelukan suaminya sendiri.
Akhirnya Namjoon pun bangun, terduduk di sofa. Jisoo segera berlari menuju kamar mandi. Sedangkan lelaki itu kembali menbaringkan tubuhnya di sofa.
"Hanya ada ramen disini. Tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak." Ucap Jisoo dari dapur setelah membasuh wajahnya.
"Masak saja ramennya." Jawab Namjoon masih dengan mata tertutupnya.
"Kita sarapan ramen?"
"Tak apa, yang penting kita sarapan berdua dan kau yang memasaknya."
Belum selesai dirinya menghilangkan rasa geli bekas pelukan suaminya tadi, sekarang lelaki itu membuat kedua pipinya merona merah muda. Beruntung lelaki itu tidak melihatnya.
Segera saja Jisoo memasak ramennya, daripada terus menerus bergelut dengan virus merah jambu yang tengah menyerang hatinya.
Namjoon segera beranjak dari tidurnya menuju kamar mandi saat mendengar suara kompor gas yang dinyalakan. Ia tidak ingin melewatkan istrinya yang tengah memasak.
Setelah keluar dari kamar mandi, lelaki itu duduk di ruang makan yang menyatu dengan dapur. Kedua tangannya menopang dagu, memperhatikan punggung Jisoo yang tengah memasak, senyum bahagia menghiasi wajahnya.
"Jisoo-ssi,"
"Hmm,"
"Apa kita harus menyewa apartemen atau membeli rumah sendiri?"
"Untuk apa?"
"Untuk tempat tinggal kita berdua."
"Tidak usah. Aku nyaman tinggal di rumahmu." Jisoo mengambil piring kecil, sumpit serta sendok setelah meletakkan panci berisi ramen yang sudah matang di hadapan Namjoon.
"Tapi, aku tidak bisa sering-sering merasakan masakanmu." Jisoo terdiam, ia menatap lelaki itu sedikit kesal. "Selain itu, kita akan melakukan apapun berdua saja tanpa harus diganggu oleh siapa pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS WINGS SERIES] REFLECTION -RapMonster-
FanficYou're Not Lonely Even You are Alone