1. Satu atau Dua

4.1K 198 24
                                    

Marsha turun dari mobil pribadi keluarganya begitu sampai di depan gerbang yang terpampang jelas di atasnya bertuliskan SMA BAKTI.

Gadis dengar rambut dikuncir kuda itu terlihat terburu-buru. Dia bangun kesiangan tadi dan saat diingat-ingag, ternyata ia punya PR Kimia yang belum dikerjakan.

"Aduh... matilah gue hari ini kena pukulan kayunya Pak plontos!" Gumamnya masih dengan berjalan terburu-buru melewati koridor ruang guru, kepala sekolah, tata usaha, dan perpustakaan.

Marsha memeriksa tasnya, takut ada yang tertinggal di rumah. Masih sambil berjalan, gadis itu meraih kotak kaca mata di dalam tasnya dan berusaha membukanya.

Bruk!

"Aw..." gadis itu meringis. Marsha tidak terjatuh, hanya saja agak terhempas karena badan seseorang yang terasa keras.

Marsha melihat ke bawah dan mengambil kaca mata minusnya. Ia terperangah, kedua lensa kaca matanya retak.

Lalu gadis itu mendongak untuk melihat siapa pelaku yang telah membuat kaca mata bulat kesayangannya itu hancur.

"Gara-gara l-" makian yang akan dilontarkannya seolah-olah tertelan begitu saja saat melihat penampilan laki-laki yang barusan menabraknya.

Tampan.

"Eh elo gak apa-apa?" Tanya laki-laki yang di bajunya sudah ada tumpahan susu coklat yang mungkin diminumnya saat 'insiden tabrakan' barusan.

"E-eh? Eng...enggak apa-apa kok, Kak." Jawab Marsha dengan rawut wajah yang dibuat-buat imut, matanya berbinar senang lantaran ada pemanis di hari buruknya ini.

"Tapi itu kaca mata lo pecah." Ujar si tampan yang sepertinya merupakan kakak kelas itu. Ia mengambilkan kaca mata Marsha yang sudah hancur.

Aduh! Alus banget tangannya! Batinnya berteriak saat kulit tangan laki-laki itu tak sengaja mengenai kulitnya.

"Gue ganti deh." Ujar laki-laki itu dan memasukkan kaca mata milik Marsha ke saku blazzer OSIS-nya.

"Enggak usah, Kak. Gak apa-apa kok." Jawabnya cepat, walau ia tau sesampainya di rumah pasti akan dimarahi orang tuanya karena harus ganti kaca mata untuk yang kesekian kali.

"Udah... gak apa-apa. Gue ganti ya, nama lo siapa?" Jawabnya santai.

Aih... gak tahan aku mas! Gak tahan! Dia nanya nama gue ahsjahsjah. Jeritnya tertahan di dalam hati, lebay sih sebenarnya. Tapi kapan lagi coba ditanyai oleh Kakak kelas seperti ini, seperti dalam drama korea saja.

"Marsha Finandhita 11 MIPA 3 kak." Jawabnya pura-pura malu, karena sesungguhnya urat malunya sudah putus sejak lama.

"Nama gue Shawn 12 MIPA 1. Ya udah gue usahain besok bawa yang sama. Gue buru-buru nih, maaf ya, gue duluan." Ujarnya lalu pergi meninggalkan Marsha yang sedang senyum-senyum di tempat.

Kringgg!

"Eh iya PR!" Lalu Marsha berlari secepat mungkin untuk menyalin PR Vena.

***

"Marsha! Cepat hormat bendera sampai pelajaran saya selesai!" Titah Pak Ferdi. Guru dengan badan tambun yang beberapa hari lalu terpeleset di koridor kelas 11.

Marsha berjalan keluar kelas dengan lesu. Tadi ia tak sempat menyalin PR karena saat baru saja sampai di kelas, Pak Ferdi juga sudah ada di kelas. Alhasil inilah nasibnya sekarang. Tidak mengerjakan tugas dan bersiap menjalani hukuman.

Marsha baru saja sampai di koridor kelas 12 dan...

Bruk!

Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang