4. Lekas Sembuh

2.8K 184 6
                                    

*Happy Reading*
Biasakan Vote sebelum membaca ya :)

***

Bu Tutun menyudahi pelajarannya begitu mendengar bel, ia berjalan keluar dari kelas 12 MIPA 2. Guru berbadan ideal bak gitar spanyol dan bermake-up ala model victoria seceer itu mengedipkan matanya ke arah Edgar.

"Eh Gar! Gila! Lo dikedipin tuh!" Pekik Ihsan teman sebangku sekaligus sahabat Edgar sejak mereka duduk di bangku kelas 10. Sejujurnya tidak bisa dikatakan sahabat, karena tampaknya Ihsan lebih sering terlihat berbicara dengan tembok daripada dengan manusia.

Edgar mendengus, Ihsan memang rada lebay dan agak alay. Kerjaannya setiap hari memang over reacting dan menjodoh-jodohkan Edgar dengan semua orang yang menyukainya. Hal itu tidak pernah dianggap serius oleh Edgar, ya... lagi pula siapa juga yang mau dijodohkan dengan Bu Tutun? Meski beliau itu cantik, tapi usianya sudah di atas 50 tahun. Sebentar lagi juga sudah pensiun, yang benar saja.

Ihsan yang merasa tidak ditanggapi menyenggol pelan lengan temannya itu, yang justru mendapat tatapan tajam dari Edgar.

"Kenapa lo bro?"

Edgar menepis lengan Ihsan yang entah sejak kapan sudah bertengger di bahunya.

"Gak apa-apa."

Wow. Ihsan membatin, setidaknya Edgar menjawab. Dia 'kan lebih sering didiami. Sampai terkadang kalau sedang melamun, Ihsan suka memikirkan kesalahan dan dosa apa yang ia lakukan di masa lalu, sampai-sampai harus merana di masa kini lantaran punya teman jutek seperti Edgar.

"Sensitif banget mas bro, kayak cewek aja." Ihsan tiba-tiba bergidik ngeri, "ih apa beneran cewek ya aslinya."

"Gue masih denger." Laki-laki itu membalas, lagi. Berhenti di depan pintu, memandangi Ihsan. Ia menggaruk belakang kepalanya, canggung karena malu. "Ehehe."

***

Setelah selesai berurusan dengan Ihsan dan segala ketidakjelasannya, Edgar langsung pergi ke perpustakaan dan menyelesaikan tugas sekolah yang membutuhkan beberapa buku milik perpustakaan sekolah. Walau terlihat cuek begitu, kalau soal pelajaran, ia tidak pernah menunda-nunda apalagi sampai terlambat mengerjakan tugas.

Ia menyusuri koridor sekolah yang rupanya sudah sepi. Hanya tersisa beberapa orang yang sedang melakukan kegiatan esktrakurikuler di lapangan. Ada yang bermain basket.

Edgar juga ikut, dulu. Sekarang ia sudah tidak aktif karena murid kelas 12 disarankan untuk fokus belajar, ujian masuk perguruan tinggi sudah sangat dekat. Semua orang sudah memilih ingin berada di jurusan dan universitas terbaik menurut mereka. Sedangkan Edgar, ia belum menentukan pilihannya.

Lama melamun seraya berjalan, pada akhirnya kakinya terhenti. Memerhatikan dua orang berdialog dari jarak yang cukup jauh, tetati suara mereka masih cukup terdengar di telinganya.

"Marsha masih sakit ya? Ya udah deh gue titip salam aja." Itu Shawn, laki-laki biasa saja dan tidak ada keren-kerennya, malahan mirip domba. Menurut Edgar.

"Siap kak, nanti gue sampein."

Shawn pergi dari hadapan gadis itu, Venna. Teman sepermainan gadis pendek yang belakangan sering mengintili Edgar.

Venna juga tadinya ingin pergi bergegas pulang ke rumah, namun berhenti begitu saja sebab di depannya sudah ada laki-laki yang tampak enggan beranjak dari tempatnya, menyorot Venna tanpa alasan yang jelas.

Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang