8. Ikut Campur

2.3K 109 3
                                    

Happy Reading😊

***

Marsha keluar dari apotek dengan terburu-buru membawa kantung plastik ringan yang hanya berisi vitamin c.

Gadis dengan rambut coklat itu menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, melihat ke arah mana Edgar pergi. Namun sayangnya Edgar benar-benar sudah hilang dari pandangannya. Tak ada jejak yang ditinggalkan laki-laki itu.

Menghela napas, Marsha berjalan dengan lesu ke arah sepeda dan menaikinya setelah meletakkan vitamin c nya ke atas keranjang bersama dengan belanjaannya dari supermarket tadi. Ia mengayuh sepeda dengan keranjang itu pelan menuju rumahnya.

"Kenapa Kak Edgar selalu menghindar sih? Gue jadi merasa kayak pengganggu banget, ya walaupun nyatanya bener sih. Lagian tadi dia ngapain juga beli obat sebanyak itu? Bikin orang jadi overthinking aja." Gumamnya di perjalanan pulang.

***

Edgar masuk ke dalam rumah tempat Chika tinggal, lagi. Laki-laki itu melepaskan sepatu converse yang dipakainya dan meletakkannya di atas rak dekat dengan pintu.

Laki-laki itu berjalan menuju ke kamar Chika seraya memeriksa apa yang dibelinya tadi di apotek.

"Eh Edgar?"

Edgar mengalihkan pandangannya ke asal suara dan mendapati Citra duduk di sofa dengan pakaian kerjanya.

Laki-laki itu berjalan menghampiri Citra di sofa, kemudian mengamit tangan Citra dan menciumnya, menandakan sopan-santun.

"Kamu baru kemari atau sudah dari tadi?" Tanya Citra melihat Edgar ikut duduk di sampingnya.

"Udah dari tadi, tante." Jawab Edgar.

Citra melirik tangan Edgar yang menggenggam sekantung plastik putih dengan logo sebuah apotek. "Habis beli obat untuk Chika?"

Edgar mengangguk, menyerahkan obat yang tadi dibelinya kepada Citra.

"Maaf ya jadi ngerepotin, tante sibuk sekali sampai gak sempat beli obat untuk Chika."

"Enggak kok, tante. Gak apa-apa, saya gak merasa direpotkan." Jawab laki-laki itu sopan.

Tangan Citra bergerak meraih tasnya yang ada di meja kaca. Mencari-cari dompet dan meraih beberapa lembar ratusan ribu. "Ini tante ganti uang kamu." Citra menyodorkan beberapa lembaran kertas berwarna merah muda tersebut.

Edgar melirik tangan kanan Citra, mendorong pelan. "Gak usah tante, saya ikhlas."

Citra kembali menyodorkannya, "Enggak, tante gak bisa selalu membiarkan kamu bayar obat-obatnya Chika. Kamu 'kan pakai uang jajan sendiri, nanti kamu jajan pakai apa? Ini ambil saja, toh ini memang uang kamu kok."

Edgar kembali mendorong tangan Citra, "Enggak apa-apa, tante. Saya masih ada uang jajan." Tolak laki-laki itu.

Citra menghela napas pelan, menarik tangannya dan memasukkan kembali uangnya ke dalam dompet. "Nanti kalau kamu ada perlu uangnya, jangan segan ya untuk bilang. Tante gak enak nih, berasa lagi morotin kamu."

Edgar mengangguk dengan senyuman.

"Terima kasih ya Edgar, selama ini kamu sudah mau bantuin tante untuk menjaga Chika." Citra menggenggam tangan Edgar dan menatapnya dengan pandangan yang sayu.

Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang