6. Chi?

2.4K 131 0
                                    

Happy Reading

***

"Udah berapa lama kenal Edgar?" Ok! Kini Marsha merasa dirinya sedang diintrogasi oleh orang di depannya.

Pada awalnya Marsha pikir gadis ini ramah, karena sempat tadi Marsha lihat Dhira sedang berbicara kepada Edgar dengan kekehan dan senyuman yang terus mengembang.

"Kurang lebih seminggu, Kak." Jawab Marsha pelan. Nasi gorengnya sudah dingin, bahkan belum tersentuh sedikitpun. Mana pesan dua pula, siapa yang mau habiskan?

Sebenarnya Marsha sudah tidak sabar menyantap makanannya, tapi ia urungkan karena sejak tadi Dhira tak kunjung beranjak dari hadapannya.

Bukannya Dhira melarang Marsha, tentu saja bukan. Hanya saja Marsha tak enak hati kalau ia makan seorang diri, sementara Dhira tidak makan. Apa satu piring ini ia berikan pada gadis ini saja ya? Kenapa pula tidak terpikirkan olehnya sejak tadi untuk menawarkan makanan.

Dhira mengangguk mendengar jawaban Marsha. "Sampai mana hubungan kalian?" Nah! Eh tunggu! Sungguh Marsha tidak mengerti maksud pertanyaan Dhira. Kenal saja baru satu minggu, tapi gadis dengan umur satu tahun lebih tua di depannya ini bertanya hubungan?

"Maksudnya, Kak?" Kakak kelasnya yang satu ini tidak curiga kalau mereka punya hubungan serius'kan? Wah ternyata Marsha tidak sejelek yang ia pikirkan.

Dhira menaikkan sebelah alisnya lalu tertawa, ia cantik, tapi Marsha takut, sungguh. "Gak usah pura-pura bodoh, lo ngerti maksud gue apa."

Marsha membuka mulutnya cukup lebar, tidak menyangka. Ternyata Dhira cukup kasar. Tidak kasar-kasar amat sih, tapi cukup untuk membuat Marsha menghilangkan pikirannya bahwa Dhira adalah malaikat cantik nan baik hati seperti apa yang disebut-sebut oleh banyak siswa di sekolahnya. Ia tertawa sebentar, kemudian menggebrak meja kantin. Mengundang perhatian siswa-siswi yang masih duduk-duduk di sana di 5 menit terakhir waktu istirahat.

Gebrakannya tidak terlalu kencang, tapi masalahnya dari tadi ia masih diperhatikan oleh seisi kantin.

"Maksud lo apasih? Gue gak ada ngomong kasar ya dari tadi, biasa aja 'kan bisa. Kita gak dekat, dan ini bahkan pertama kali gue ngomong sama lo ya!" Marsha melotot kesal ke arah Dhira, tak menghiraukan banyak siswi yang berbisik-bisik membicarakannya.

Ekspresi Dhira berubah seketika menjadi sok lugu dan polos. "Kamu kenapa? Aku tadi 'kan cuma bilang rok kamu terlalu pendek, kok kamu jadi marah? Aku cuma mau ingetin kamu aja kok."

Lagi-lagi Marsha terkejut dibuatnya, mendengar jawaban Dhira yang sama sekali tidak ada korelasinya. Bahkan suara Dhira juga berubah, tidak setajam dan sedatar tadi. Rubah licik di kehidupan nyata ternyata sudah datang menghampiri kehidupan Marsha yang tenang.

"WHAT?! Apa-apaan lo?! Lo gak bahas it-"

"Kamu kenapa gak menghargai aku sebagai kakak kelas sih? Aku bicara dengan kamu menggunakan aku-kamu. Tapi kamu? Kamu bahkan tidak pakai embel-embel kakak. Kalau kamu gak suka sama aku, gak apa-apa. Tapi setidaknya kamu tidak perlu bentak-bentak aku." Ujar Dhira panjang memotong perkataan Marsha.

Mata Dhira sudah berkaca-kaca, tak lama kemudian air matanya yang diyakini Marsha palsu itu menitik. Keadaan kantin sudah riuh menyoraki Marsha.

Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang