Heart. 7

60 11 0
                                    

Don't make a promise. You don't know if you can fullfil it or not. And if it's not fullfilled, you either make yourself hurt, other's, or even both


3rd POV

"Addio! Luigi, Sarah." Aria melambaikan tangan pada kedua partner kerjanya itu yang masih berada di meja kerja mereka masing-masing.

"Addio, Aria!"

"Addio"

Hari ini ia memutuskan untuk pulang lebih awal dari kedua temannya itu. Lagipula, besok hari Sabtu dan ia libur. Bolehlah ia sekali-kali pulang lebih awal. Juga, mulai sekarang ada 2 tamu yang akan tinggal di rumahnya.

Selama perjalanan, Aria menyempatkan diri untuk pergi ke apotik terdekat, mengingat beberapa peralatan P3K nya hampir ludes dan juga jika saja pria itu ingin mengganti perban, mungkin tak akan cukup.

Berjalan kira-kira 10 menit kemudian, kini ia sampai di depan apartemennya dan bisa menghela nafas lega. "Tadaima." (I'm home)

"Okaeri." (Welcome home) Sahut sebuah suara yang diikuti langkah kaki yang mendekat menuju pintu apartemen. Entah mengapa ini sama seperti scene di anime-anime dimana seorang istri menyambut suaminya pulang, namun ini sebaliknya. Aria tak bisa menahan diri dan hanya tersenyum melihatnya.

Eliezer terlihat sangat lucu saat menyambutnya, masih memakai celamak Panda miliknya. Sepetinya, ia masih memasak. Ya, beberapa saat semenjak Eliezer mulai tinggal disini tepatnya sejak 2 bulan lalu, mereka memutuskan untuk membuat jadwal memasak.

Mengejutkannya, Eleazar pintar memasak, ya dibandingkan kaum-kaum Adam lainnya. Aria mengakuinya. Apalagi jika ia memasak Pasta.

Eliezer akan memasak di hari Senin, Rabu, dan Jumat sedang Aria memasak di hari lainnya kecuali hari Minggu. Biasanya, mereka akan pergi makan diluar atau hanya memesan takeout pada hari Minggu. Jika tidak, maka salah satu dari mereka harus sukarela untuk memasak.

"Kau pulang lebih awal?" tanya Eliezer. Seingatnya jam kerja Aria mulai dari jam 10 pagi sampai jam 5 sore dan sekarang ini jam setengah 5.

"Ya, aku pulang lebih awal." Jawabnya, menaruh kantong berisi peralatan yang ia beri di apotik tadi di sampingnya dan melepaskan sepatu kerjanya. "Apakah dia sudah siuman? Dimana dia?"

Eliezer mengangguk, "Aeneas? Ya, dia sudah bangun. Mungkin sekarang dia ada di kamar mandi di kamarku, mandi. "

Aria mengangguk mengerti, "Jadi namanya Aeneas? Sou ka. Ah, aku juga harus segera mandi." (Begitukah)

Sebelum sempat hilang ke kamarnya, sekali lagi, Aria berkata pada Eliezer, "Oh, ya. Jangan lupa untuk memasak bubur untuk tamu kita itu."

Eliezer mengangguk dan hendak kembali ke dapur, melanjutkan acara masaknya.

"Dan, Eliezer?" Eliezer, sekali lagi, berbalik, "Grazie..."

Aria POV"Huwaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aria POV

"Huwaa... Mandi di jam-jam begini memang enak ya.." aku melangkah keluar dari kamar mandi, berpakaian pajama putih hitam dengan gambar Panda.

Aku langsung meloncat ke bagian kecil dari Surga di kamarku, kasurku. Mengambil buku terbitan Eleazar. Aku memutuskan untuk membacanya mulai hari ini.
Beberapa hari ini, aku tak sempat kerja dengan enak dan tenang karena adanya beberapa hal-hal tertentu. Kedua orang yang selalu berteriak, misalnya.
Serius, mereka berdua itu kapan bisa berdamai? Aku sudah lelah. Pacaran saja lah!

Aku sangat mengenal mereka berdua dan telah menjadi teman dekat dengan cepatnya setelah mulai bekerja disana. Kadang mereka, tentu saja secara 4 mata, curhat padaku.
Dan lebih tak disangkanya lagi, yang paling banyak curhat padaku adalah Luigi. Ya, Luigi si Tsundere itu. Setiap kesempatan kami chatting via line, ia akan mengatakan betapa ia menyukai Sarah dan begitu sebaliknya. Ini membuat sedikit stres.

Love and Life. 2 kata itu seringkali tiba-tiba muncul dalam pikiranku.
Banyak sudah kubaca buku mengenai kisah asmara. Sebagiannya memiliki happy ending tetapi sebagian besarnya memiliki sad ending. Dan biasanya, cerita roman dengan sad ending, akan berakhir dimana wanita ditinggal mati sang pria.

Aku mulai khawatir pada diriku sendiri. Jangankan ditinggal mati, jomblo seumur hidup pun ia takut. Aku takut. Takut untuk jatuh cinta.

'Jangan pernah jatuh cinta karena semua yang jatuh akan hancur.'

Frase itu. Kalimat itu. Kalimat pertama dari novel Eleazar, entah mengapa kalimat itu 'hit the right spot'.

Bagaimana jika... cinta yang orang tak tahu wujudnya itu sama elastisnya dengan bola kasti? Yang pada saat jatuh, tidak akan pecah melainkan terpantul kembali? Apa yang aku katakan ini?

'Mungkin terlalu stres.' Ya, mungkin aku terlalu stres sehingga banyak ide-ide aneh semacam itu masuk ke dalam otakku.

Aku kembali memfokuskan pandangan pada buku ditanganku. Kalimat per kalimat dan paragraf per paragraf buku itu seolah tersusun dengan sangat rapi. Pemilihan kata nya juga beragam dan indah.
Walau, bagi orang yang mungkin masih muda atau bukan penikmat karya sastra, kata-katanya sangat susah di cerna.

Buku itu tidak terlalu tebal namun juga tidak tipis. Bisa dibilang tebalnya hampir sama jika kau merapatkan jari telunjuk dan jari tengah mu. Jumlah chapter yang ada, 18 dan setiap awal chapter selalu ada kutipan kata entah kah dari orang terkenal atau anonymous.

Bercerita mengenai seorang pria yang  pindah ke sebuah desa di masa SMA nya. Desa itu dahulu adalah desa kelahirannya sebelum ia tinggalkan pada usia 10 tahun karena sakitnya yang sudah bertambah parah dan harus dirawat di rumah sakit Paris, jauh dari desa itu.

Sebelum pergi,  ia membuat janji dengan seorang perempuan seumurannya yang ia kenal dari rumah sakit sebelumnya ia dirawat. Mereka berjanji, saat besar nanti, mereka akan menikah dan hidup bersama selamanya, dengan bahagia.

Namun kabar mengejutkan datang padanya setelah sampai disana. Wanita yang dengannya ia buat janji, mengalami amnesia karena efek dari terapi yang ia jalani. Sang pria akhirnya dengan sabar, memulai lagi dari nol, mencoba mencari kepercayaan darinya. Sang wanita mulai tergerak dan mulai pergi berkencan dengannya.

Sekali lagi, takdir bermain dengan mereka. Kali ini, sang pria terkena kecelakaan dan dinyatakan meninggal setengah jam setelah kecelakaan. Sang wanita yang baru mulai berkencan dengannya sangat terpukul karena cinta yang ia rasakan. Dan yang membuatnya lebih parah, saat itu juga memorinya kembali. Memori akan masa lalu dan janji yang ia buat dengan pria itu. Namun, semuanya sudah terlambat dan ia hanya bisa merelakan apa yang terjadi.

Ia pun kembali menjalani hari-hari biasanya. Monoton dan hampa, sama seperti dahulu saat dia amnesia. Cerita berakhir setelah 2 tahun, penyakit kanker wanita itu kembali dan meninggal 3 bulan setelahnya.

Salah satu yang membuatku tertarik adalah kutipan terkenal tokoh utama yang dijadikan Quote di halaman pertama. 'Apakah kau tau? Harapan dalam bahasa Prancis adalah Espérer..'

Aku sedang seru membaca dan tengah berada di akhir bagian epilogue ketika pintu kamarku mengeluarkan suara ketukan dan dapat juga kudengar suara Eliezer, "Makan malam sudah siap."

"Ah, ya." Aku menutup buku Eleazar, menaruhnya di meja kerja ku, menuju ke ruang makan dimana ada seorang lain menunggu...

HeartlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang