Heart. 15

39 10 0
                                    

3rd POV

"Tenang.. tenang.. dia akan baik-baik saja.." kata Eliezer untuk dirinya sendiri, sambil berjalan bolak-balik di ruang tamu apartemen.

Jujur, ia gelisah dan takut. Siapa didunia ini yang dapat mengira apa yang akan terjadi pada Aria? Bisa saja sekarang ia kesakitan. Bisa saja sekarang, ia telah tiada.

"ARGhhhhh..." Ia menggaruk kedua kepalanya yang tidak gatal itu. Keringat berjatuhan dari keningnya yang berkerut. Pikiran-pikiran negatif itu semua membuatnya gila.

"DAMN Aeneas! Terlalu lama!" Eliezer memukul dinding di sampingnya, meninggalkan retakan kecil. Ia menutup kedua matanya, mencoba berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Oi, ragazzaccio" (Brat)

"Hh!" ia membuka kedua matanya, melihat dirinya yang tidak lagi berada di ruang tamu apartemen.

Di hadapannya, sesosok berdiri dari balik bayangan. Mata krimson merah nya menyala, dari bibirnya tersungging sebuah senyum lebar. Ia berjalan, mendekati Eliezer yang berada dihadapannya, terikat di sebuah kursi rantai.

"Perlu bantuan?" Eliezer menelan ludah sebelum menjawab dengan lantang, "Tidak, tidak akan lagi."
Ein terkejut, matanya melebar sebelum menit selanjutnya, ia tertawa.

"AHahaha.. Aku tak percaya betapa bodohnya dirimu.." setelah beberapa saat, ia terhenti. "Ne, Eliezer, karena dia, kau menjadi tambah lemah kau tahu itu?"

Ia berbisik pada telinga Eliezer, "Apa kau yakin pilihanmu itu rasional?"
Eliezer tersentak.

"Hm? Ya, kau tahu sendiri kan.." Ein menodongkan wajahnya di depan Eliezer, senyumnya makin lebar, ".. bahwa kau tak akan bisa menyelamatkannya kalau aku tidak ada.."

Dari ruangan itu, hanya terdengar suara tawa Ein sekarang.

"Tidak, kau salah..." Eliezer berkata di tengah tawa nya, kepalanya tertunduk ke bawah.

"Huh? Apa? Aku? Salah? Bukankah itu kenyataannya? Kau lupa saat melawan para gang itu!? Dan apakah kau melakukan sesuatu? Tidak!"

"Kau salah.."

"Kau lemah! Dan selamanya akan begitu! Kau tak bisa bergantung pada siapapun kecuali diriku! Apa kau tak mengerti juga!? WANITA ITU MEMBUATMU LEMAH, ELIEZER!"

BRAK!

"KAU SALAH!"

Ein terkaget. Ia sekarang berada dibawah Eliezer yang menimpanya.

Rantai-rantai yang mengikat Eliezer di kursi tersebut telah pecah.

"KAU SALAH! KAU SALAH TENTANG SEMUA HAL!" Eliezer menaruh tangannya di samping kepala Ein, "Aku tak pernah membutuhkanmu, tidak lagi, tidak akan."

Mata safir Eliezer menatap tajam krimson Ein, menusuk bagaikan anak panah yang sangat tajam. "Aku akan menghapus dirimu, bagaimana pun caranya, berapa lama pun aku harus."

"Dan ini semua, demi dia."
Ein terdiam. Ekspresi wajahnya yang tadi memasang wajah licik sekarang hanya datar. "Kau, tak akan bisa menghapusku. Tidak akan, tidak pernah."

"Aku akan" mata birunya menjadi lebih kelam lagi dari yang sebelumnya,
"Walau aku harus membunuhmu sekarang ini, walau aku harus sengsara setelah ini, aku akan."

Ekspresi Ein berubah drop seketika. "A-aku s-ssudah bilang, kau tak bsa menghapusku.."

Ia mengangkat kedua tangannya, melingkarkannya pada badan Eliezer, memeluknya. "Weil wir eins sind, bruder." (Cause we are one, brother)

Ein membuka kedua matanya, air mata jatuh dari kedua pelupuk matanya.
"Vereinigen."

Seketika tubuhnya yang tadi berada dibawah Eliezer menghilang, menjadi pecah-pecahan putih yang kemudian menghilang. Eliezer berdiri dari tempatnya berdiri, masih memakai ekspresi datarnya tadi.

HeartlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang