AUF 17.

31.2K 1.5K 13
                                    

'Aduh Rahma, bodoh sekali. Kenapa kamu lupa jika Abangmu itu sudah menikah. Wajar saja jika mereka berpelukan bukan,' batin Rahma. Hingga akhirnya membuat wajah Rahma memerah mengingat peristiwa tadi.

"Abang, Kak Arsy di tungguin Umi buat sarapan aku pergi dulu, lain kali di kunci!" ucap Rahma cepat dan dengan sedikit berteriak. Sungguh ia sangat malu sekarang.

Bagaimana tidak, dengan kecerobohannya Rahma melihat Fatha yang tengah memeluk Arsy. Memang tidak menjadi masalah karena Fatha dan Arsy sudah sah menjadi suami istri, tapi masalahnya karena Rahma yang tidak sengaja melihat perlakuan Fatha terhadap Arsy.

Berulang kali Rahma mengucap kalimat istighfar di dalam hatinya. Rahma berjalan memasuki dapur mendekati umi yang masih sibuk memindahkan nasi goreng ke mangkuk lalu Rahma membawanya ke meja makan dan menatanya.

"Kamu kenapa pucet banget kayak abis ngelihat hantu aja?" tanya umi memandang Rahma yang terlihat sedikit pucat.

"A ... ah ... gak apa-apa kok Mi. Biasa lagi PMS jadi rada sakit perut," ucap Rahma tidak sepenuhnya berbohong.

Yang pasti, tidak mungkin Rahma memberitahukan kepada umi-nya tentang apa yang ia lihat barusan. Sungguh umi pasti akan senang hati menertawakan Rahma jika Rahma menceritakan semuannya.

Rahma membantu memindahkan makanan ke meja makan, tak lama abi datang di susul oleh Fatha dan Arsy yang terlihat sedikit kikuk memandang Rahma.

###

Hari ini Rahma akan pergi dengan Arsy, sedangkan Fatha dengan sangat terpaksa harus ke rumah sakit karena keadaan darurat. Begitulah janji dokter yang Rahma tahu, dalam keadaan apapun seorang dokter harus mementingkan pasien yang membutuhkan pertolongan terutama dalam keadaan darurat.

Kabar baiknya 2 minggu sebelum acara pernikahan kemarin, Fatha resmi di angkat menjadi dokter di rumah sakit tempatnya menjalani koas.

"Kak, udah belum?" teriak Rahma dari dapur. Rahma sengaja berteriak karena kamarnya dan Fatha bersebelahan dan di lantai dua, Rahma takut kakak iparnya itu tidak mendengar pertanyaanya.

"Udah, bentar kakak turun." jawab Arsy. Bagi Rahma suara Arsy sangat lembut dan Rahma menyukai kelembutan suara Arsy yang sesuai dengan sikapnya -lemah lembut-.

"Dek, kamu tuh ya, jangan suka teriak-teriak. Kapan coba dapet jodoh, kelakuannya aja masih kayak anak kecil gini. Umi tuh pengen juga liat kamu nikah cepet Dek," ujar umi menasehati Rahma.

"Umi, Rahma kan masih muda, masih 22 tahun. Kalo Abangkan udh 26 tahun jadi wajar aja. Kemarin Rahma bilang mau nikah dilarang, sekarang Rahma ditagihin nikah terus. Apa salah Rahma yang cantik ini Mi," jawab Rahma dengan nada kesal yang dibuat-buat.

"Kamu bandingin diri sama Abang. Coba kamu liat Kak Arsy, dia masih 23 tahun tapi siap nikah. Dia cuma beda satu tahun loh sama kamu."

"Iya, Umi. Umi tahu kan kalo Rahma baru aja coba berubah lebih baik dan masih mencoba berubah memperbaiki diri. Jadi kadang Rahma masih suka kebawa sifat lama Umi. Umi tahu sendiri kan Rahma dulu gimana."

Umi tertawa kecil yang membuat Rahma bingung, "Umi kenapa?"

"Umi inget aja kelakuan kamu yang dulu, suka pulang malam, main terus, jalan terus, belum lagi ada aja tiap hari cowok yang ke rumah dan itupun berbeda-beda. Kalo Zidan mah Umi udah maklum, dari SD juga suka ke sini, kalo yang lain. Kadang Umi sama Abi suka pusing ini kok Adek pacarnya tiap hari ganti-ganti." Umi sambil sedikit tertawa.

Ana Uhibbuka Fillah [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang