Di sinilah Rahma sekarang, di rumahnya. Ia tak henti-hentinya menggoda abangnya yang baru saja melangsungkan pernikahan tadi pagi.Sekarang abangnya dan kakak barunya itu tengah bergantian berganti baju di kamar mandi karena acara akad dan resepsi dilakukan pada hari yang sama.
Pakaian pernikahan yang digunakan oleh Fatha dan Arsy adalah rancangan Rahma sendiri. Rahma sengaja mendesain pakaian pernikahan sebagai hadiaholeh Rahma untuk Fatha dan Arsy.
Rahma membantu abangnya memakai perlengkapan pakaiannya, lalu bergantian membantu Arsy kakak barunya.
"Selamat berdiri berjam-jam Abang sayang," goda Rahma, Arsy tersenyum mendengar candaan Rahma.
"Kak Arsy, kalau capek panggil Rahma aja. Karena pakaian Kakak sedikit ribet, nanti Rahma bantuin."
"Oke adik cantik," ucap Arsy. Awalnya antara Rahma dan Arsy memang terdapat jarak, namun sekarang Arsy dan Rahma sudah dekat dan tidak terlalu canggung untuk bercanda. Karena pada dasarnya Arsy adalah orang yang mudah bersosialisasi.
"Iyalah adiknya cantik. Abangnya aja gini," ucap Fatha tidak mau kalah.
"Apa Bang? Bisa di ulangi? Aku mau ketawa nih." Rahma mengejek Fatha sedangkan Fatha menatap kesal kepada adiknya itu.
"Awas kamu selesai ini Abang gangguin terus kamu," ucap Fatha menatap Rahma.
"Yakin mau ngangguin aku? Gak mau gangguin istrinya aja, rela gitu ninggalin istrinya sendirian."
plukk!
Fatha menyentil kening Rahma membuat Rahma mendengus kesal. Arsy tertawa melihat kelakuan suami dan adik iparnya itu.
"Udah, udah, semua udah siap kan? Ayo ke depan, Kak Arsy biar Rahma yang bantuin." Arsy mengangguk.
Rahma menarik lengan Fatha yang sudah berjalan beberapa langkah, Fatha menatapnya kesal.
"Apalagi adikku yang manis, cantik nan imut."
"Makasih Abangku sayang, tapi ini Kak Arsynya jangan di tinggal udah sah juga. Gandeng kek, jadi cowok kok gak peka banget."
Wajah Arsy memerah mendengar ucapan Rahma, sedangkan Fatha menepuk jidatnya lalu menyengir.
Rahma membantu Arsy hingga sampai ke atas pelaminan. Rahma melihat Aqila yang mendadahkan tangannya ke arah Rahma, di sebelahnya ada Alvaro yang sudah berdiri dengan pakaian yang senada dengan Aqila. Rahma mengangguk dan berjalan mendekati Aqila.
Jangan heran bagaimana Aqila bisa berada di sana. Pagi-pagi sekali, Aqila menelpon Rahma mengajak Rahma untuk joging bersama tetapi sayang Rahma tidak bisa. Akhirnya Rahma menjelaskan kepada Aqila yang sudah sedikit merengek mengajak Rahma joging bahwa Rahma hari ini ada acara keluarga, yaitu pernikahan Fatha.
Aqila mencoba mengerti terhadap Rahma namun tetap memaksa Papanya untuk datang ke rumah Rahma. Alhasil Alvaro dengan sangat canggung meminta alamat Rahma dan berkata Aqila merengek ingin menyusul Rahma.
Alvaro yang sudah tau lokasi acara pernikahan kakak Rahma, bersama Aqila bersiap-siap menuju ke lokasi tersebut. Dan pada akhirnya seperti sekarang Alvaro dan Aqila tengah berhadapan dengan Rahma.
Alvaro menatap Rahma beberapa detik, Rahma dibalut dengan kebaya berwarna biru muda di padu padankan dengan sedikit warna pink terlihat sangat cantik di mata Alvaro. Alvaro yang sadar akan pemikirannya segera mengalihkan pandangannya dari Rahma.
"Wah Rahma, kamu serasi banget ya dengan suami kamu. Anak kamu juga cantik," ucap wanita paruh baya yang merupakan saudara jauh Rahma.
"Eh, Bibi ini bukan suami Rahma. Rahma belum menikah, ini bos Rahma dan ini anaknya." Rahma menjelaskan kesalahpahaman dengan memperkenalkan Alvaro dan Aqila.
"Masa? Ya ampun, Bibi kira ini suami kamu."
"Nenek, kenapa ngira begitu? Papa sama Kakak Rahma cocok ya?" tanya Aqila berseri-seri.
"Iya, sayang hehehe..." jawab bibi Rahma dengan sedikit canggung, lalu pamit pergi. Tak lama Rahma 'pun di panggil oleh salah satu sepupunya, Rahma 'pun meminta izin pergi sebentar kepada Alvaro dan Aqila.
"Tuh kan, Papa cocok sama Kak Rahma tunggu apa lagi," ucap Aqila yang masih terdengar oleh Rahma, meski Rahma sudah berjalan menjauh.
###
"Aku gak jadi nikah Don," ucap seseorang yang sepertinya Rahma mengenal suaranya.
"Kenapa? Tapi bukannya memang kamu gak nerima perjodohan itu?" tanya seseorang.
"Iya memang, Riri akhirnya batalin pernikahan dan nikah sama pacarnya. Awalnya semua keluarga marah, tapi untungnya akhirnya bisa nerima." Jelas sosok tersebut.
Entah kenapa Rahma yang sedang meneguk minumannya tertarik dengan pembicaraan yang tak sengaja didengarnya, yang ja sendiri tak tau siapa dengan siapa.
"Bagus kalo gitu, tapi aku kasihan sama kamu di tinggalin nikah sama mantan calon istri, lagian kamu betah banget sih ngejomblo."
"Aku, ada seseorang yang aku suka. Dia cantik, dan sepertinya agamanya baik." Rahma perlahan melihat sosok yang sedari tadi menbuatnya penasaran.
Rahma melihat Doni, sahabat dari Abangnya yang memang sudah Rahma kenal, tapi Rahma tidak dapat melihat sosok yang berada di depan Doni.
"Bagus kalo gitu, terus masalah kamu apa?" tanya Doni.
"Masalahnya aku ngerasa jauh sama dia. Aku udah dua kali ketemu sama dia, dan aku udah suka dari pertama ngelihat dia. Kalau aku ajak pacaran 'pun aku yakin gak mau. Dia itu sepertinya agamanya kuat," ucap sosok di hadapan Doni.
"Gampang, kalo gitu lamar," ucap cepat Doni.
"Ngomong enak mah kamu, tapi bener juga sih. Aku emang niat mau serius sama dia Don. Aku udah dua kali ketemu, kalo sampe tiga kali gak akan aku lepasin Don."
Rahma menjauh dari tempat minumnya tadi, mendekati pelaminan untuk membantu Arsy yang tengah bersiap menyalimi tamu undangan. Rahma masih sibuk menata kebaya Arsy secara perlahan.
"Selamat ya, nikah juga akhirnya."
"Makasih banyak Don, kamu sama siapa?" tanya Fatha yang masih dapat di dengar oleh Rahma.
Rahma yang telah selesai merapikan kebaya Arsy menoleh kepada Doni, sahabat Fatha lalu tersenyum. Senyum Rahma sedikit kaku ketika melihat sosok Arkan di belakang Doni.
Rahma turun dari pelaminan, disusul oleh Doni dan Arkan yang baru selesai menyalami Fatha dan Arsy.
"Eh, Rahma apa kabar Dek?" tanya Doni.
"Baik Mas," jawab Rahma.
"Ya udah, Mas pamit dulu ya Dek." Rahma tersenyum menjawab ucapan Doni. Doni berjalan lebih dulu meninggalkan Rahma dan Arkan.
Arkan menatap Rahma dalam sedangkan Rahma menatap Arkan singkat.
"Pertemuan pertama kita ketidaksengajaan, pertemua kedua kita kebetulan dan saya percaya pertemuan kita ketiga kali ini adalah takdir. Kamu takdir saya, saya percaya itu. Karena kamu saya jadi percaya takdir," ucap Arkan menatap dalam manik mata Rahma.
"Kakakkkkk!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah [Sudah Terbit]
EspiritualSemua orang pasti ingin berubah. Berubah menjadi lebih baik dan dekat kepada-Nya. Tapi, dalam usaha untuk berubah menjadi lebih baik banyak sekali halangan yang berdatangan. Terkadang juga, perubahan tidak selalu mendapatkan respon positif. Tetapi...