AUF 64

24K 1.1K 43
                                    

Happy Reading!!!!!
⚠Typo Alert
Jangan lupa add library





###



Rahma memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit, lalu turun dari mobil dengan membawa dua bungkusan yang tadi di belinya. Rahma berjalan menuju ruangan dimana  Arkandi rawat. Jujur saja sebenarnya jika melewati ruang UGD ataupun ICU Rahma merasa sedikit takut, karena suasananya yang berbeda menurut Rahma.

Apalagi di sini ruang IGD dan ICU terpisah dengan ruangan rawat lain, alhasil di sini cukup sepi dan hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang. Belum lagi di tambah dengan lorong-lorong yang hanya berlampukan seperti lampu tidur, membuat pencahayaan di sepanjang jalan sedikit remang-remang.

Selain sudah sepi, cahayanya juga cukup remang-remang dan lagi yang tak dapat dilupakan ini adalah rumah sakit, tidak salah bukan jika Rahma sedikit merasa takut melewati lorong-lorongnya?

Rahma masih berjalan, seakan tak memperdulikan suasana lorong-lorong yang sepi, bau rumah sakit makin mencuat ketika semakin masuk ke dalam. Dibenaknya sekarang hanyalah untuk sampai ke ruang dimana Arkan terbaring.

Padahal, kemarin ruang rawat Arkan bukan di sini. Tapi karena Arkan mengalami koma, jadi di sinilah Arkan sekarang. Rahma terus berjalan, sayangnya lagi di sini tidak memakai lift hanya ada tangga saja. Sebenarnya lift ada tapi hanya untuk pegawai dan pasien bukan untuk umum.

Rahma menaiki tangga lantai 2, di dekat tangga untungnya saja ada pos jaga perawat, sehingga Rahma tak setakut di bawah. Rahma berjalan melewati pos perawat, ruangan Arkan berada di urutan ketiga dari barisan pos perawat. Di depan ruang rawat Arkan terlihat mama Arkan yang sedang menyesap kopi.

"Assalamualaikum, Ma."

"Waalaikummusalam, Rahma. Cepet banget ke sininya, kamu belum tidur nak?"

"Udah Ma, tadi Rahma tidur dulu kok."

"Ini kamu dari mana kok repot-repot bawa beginian?"

"Ini ada buah sama cake, kali aja Mama atau Papa laper kan bisa makan juga dan gak perlu repot-repot keluar lagi."

"Ya Allah nak, Mama repotin kamu terus."

"Apa sih Ma, Rahma gak merasa kerepotan. Mama udah makan?"

"Udah, Rahma udah?"

"Eh, belum sih Ma. Nanti Rahma makannya gampang, lagian Rahma belum laper. Arkan gimana Ma?"

"Jangan nanti-nanti ah yang ada kamu sakit, sini Mama tadi ada mesen Nasi. Mama kira nanti Papa datang, eh taunya ada urusan kantor. Makan ya, Mama ambilin nasinya kayaknya masih hangat. Arkan juga kondisinya masih belum ada perubahan Rahma, masih tidur."

"Eh gak usah Ma, nanti Ra---"

"Udah, jangan protes. Nanti Mama ambilin, jangan ngerasa gak enak. Mama temenin sini makannya, tunggu sebentar ya." Rahma mengangguk pasrah, tak ingin membantah orangtua Arkan.

Mama Arkan masuk ke dalam ruangan Arkan selama beberapa saat, lalu keluar kembali membawa sebuah bungkusan lalu membukanya.

"Ini, di makan." Rahma mengangguk, dan mengambil kotak makanan yang di berikan mama Rahma.

"Mama gak cape?"

"Gak kok, Mama gak akan cape kalau buat Arkan."

"Arkan kapan ya sadar Ma?" tanya Rahma masih dengan mengunyah makanannya.

"Mama juga tidak tahu Rahma, Mana pasti akan tetap menunggu Arkan."

"Rahma juga Ma,"

"Kamu capek gak nungguin Arkan?"

Ana Uhibbuka Fillah [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang