» Surat dan Mawar

12.6K 1.6K 205
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍿🍺🍿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍿🍺🍿

"Gue udah bilang kan, jangan nyengir."

🍧🍦🍧

Harusnya hari ini seperti hari-hari sebelumnya. Aku mengejar Navy di sekolah. Tapi sejak pagi, cowok itu nempel padaku.

"Navy mau?" Kusodorkan udang goreng tepung, kesukaannya.

Tapi dia hanya melirik sekilas.

"Mau dong, ya, pasti dong? Udang terakhir, nih. Aku nggak tanggung ya kalo kebawa mimpi."

"Nggak."

Aku cemberut. "Trus kamu ke kantin ngapain kalo nggak makan? Mending ngumpul sama temen segengmu aja sana! Berantem lagi!"

Kami saling pandang. Nggak, bukan jenis yang unyu. Aku melotot sebal, Navy menyipit kesal. Kemudian saat aku memutuskan untuk menghabiskan udang goreng, Navy menarik pergelanganku dan melahapnya cepat.

Aku bengong, Navy asik mengunyah.

"Tadi katanya nggak mau!"

Lalu cowok itu menyendokkan nasi dari piringku. Dia menyuapi dengan wajah datar.

"Masukin. Kunyah. Telen," perintahnya.

Mau nggak mau, aku menurut. Pipiku menggembung saat mengunyah saking banyaknya nasi yang disendokkan Navy.

Beberapa saat bersitatap, Navy membuang pandangan, memunggungiku. Bahunya bergetar.

"Jangan ketawa! Nggak ada yang lucu!"

Aku tak mengerti bagian mananya yang lucu.

🍭🍬🍭

Hmmm.

Aku memandangi setangkai mawar dan secarik kertas di atas meja. Rasanya, sebelum ke toilet dua benda ini belum ada.

Sekolah juga sudah sepi, jadi aku nggak bisa nanya siapapun.

Tok tok tok.

Aku menoleh. Navy berdiri dekat pintu kelas, bersedekap. Telunjuknya bergerak-gerak, mengisyaratkan agar aku mendekat.

"Apaan itu?" Navy memandang tajam mawar dan sepucuk surat yang belum kubuka.

"Nggak tau. Aku baru dapet."

Dia menyambar suratku, membaca dengan wajah tegang lalu meremasnya sebelum membuangnya ke lantai.

"Navy ih! Aku belum baca, tau!"

"Nggak usah dibaca," ucapnya singkat, lalu pergi meninggalkanku.

Aku menghentak kesal, hendak mengikuti tapi penasaran. Akhirnya kupungut surat itu meski sudah lecek.

Gue tunggu pertemuan kita selanjutnya. Falu.

"Gue bilang nggak usah dibaca, kan?!"

Suara Navy lebih menggelegar dari biasanya. Aku kaget.

"Aku cuma nggak ngerti. Kamu sampe segitunya sama dia, Nav."

Navy tak menjawab. Dia mengambil mawar di tanganku dan menginjaknya hingga koyakan kelopaknya menyisakan bercak merah di lantai kelas.

"Ayo kita pulang," ucapnya singkat lalu menggamit tanganku.

Aku diam.

Sorot mata Navy menggelap, dan aku benar-benar khawatir.

🍮

"Cian lucu banget sih kayak boneka, pengin gigit. Untung iman gue kuat."

Navy, 17 tahun.
Yakin seyakin-yakinnya, kalau Cian pasti bakal bahagia sama dia.

🍗🍤🍗

Hayoloooh ada apa antara Napi dan Palu? 😂😂 ini kenapa nama tokohku begini-begini amat ya 😂 Napi, Palu, kaCian 😂
Selamat malaaaam! Maaf banget baru nongol. Ada suatu hal yang bikn hatiku kretek-kretek jadinya.... Baru bisa ngetik sekarang. Uhuhu. Maafkan yang late-update ini yaaa 💔💔
07.11.2017

BIRU [antara Cian & Navy] : ON HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang