🍖🐩🐩
"Minggir."
🍏🍎🍏
"Neng, mau ke mana? Abang anter deh walau ke ujung dunia juga."
Aku berhenti melangkah. Menoleh ke asal suara, mengerutkan kening.
Ternyata kumpulan abang ojek yang lagi mangkal. Pangeran berkuda putih sih, kalah. Mereka pangeran berkuda mesin jaman sekarang. Jasanya sungguh berharga untuk para jomblo sepertiku.
Tapi, tidak untuk sekarang.
"Maaf Bang, nggak dulu ya. Ujan, nih."
Setelah mendapat lambaian suka cita, aku melanjutkan perjalananku. Tapi siapa sangka, ketika hendak menyempil diantara orang-orang yang berteduh di halte, sesuatu menaungiku.
Payung transparan.
"Hai, Ciandika!"
Cowok itu lagi. "Kamu mau apa lagi sekarang?"
Belakangan, aku sering banget ketemu sama dia. Entah kebetulan atau dia sengaja. Heh, Cian, sejak kapan jadi cewek geer-an gini?
Tampangnya sedikit bengal. Tindikan di telinga kirinya dipasang giwang hitam. Lalu, tiga kancing seragam teratasnya dibuka. Membiarkan kaus putih bergambar pikachu mengintip. Hm, preman jadi-jadian?
"Mau mayungin elo. Boleh, kan?"
Aku cemberut. "Nggak. Kamu bau rokok."
Dia terbahak lalu menjulurkan tangan. "Falu."
"Aku nggak bawa palu, maaf."
Lagi-lagi, dia terbahak. "Nama gue Falu Merra. Salah satu warna favorit di Swedia."
"Trus urusannya sama aku apa?"
Kusambut ulurannya, tapi bingung untuk apa dia menyebut negara lain. Belum sempat kami berbincang lebih jauh, sebuah motor lewat dan mencipratkan genangan air di samping kami.
Seketika aku seperti tikus tercebur dalam got.
Sambil mengembuskan napas panjang, aku menghapal plat motor kurang ajar itu.
B 1741 CN.
Itu plat motor Navy.
🍓🍍🍓
Aku nongkrong di balkon kamar Navy. Mengetuk kaca jendelanya berulang-ulang. Mengganggu cowok itu hingga dia membuka jendela dengan tampang sebal.
"Apa?" tanyanya jutek.
"Tadi kamu sengaja kan nyipratin air ke aku?!"
Wajahnya masih datar.
"Untung aku pake jas ujan. Tapi tetep aja rokku basah kuyup!" sahutku berapi-api.
"Pulang gih. Di rumah gue lagi rame."
"Makanya aku ke balkon biar nggak usah repot-repot lewatin keluargamu."
Tiba-tiba, cowok itu menarik tanganku. Memerhatikan lenganku yang berdarah. Dia menatapku intens, bertanya tanpa berkata-kata.
"Tadi kegesek besi balkon. Makanya, aku mau masuk sekarang, ya."
Belum sampai kakiku menyentuh lantai kamar Navy, pintu kamar cowok itu terbuka. Aku terkesiap, hampir terjungkal ke belakang kalau saja Navy tak sigap menangkap pinggangku.
Tangan satunya yang bebas menyambar gorden hingga kain tersebut menutupi tubuhku sepenuhnya.
Selagi mengobrol dengan ibunya, Navy merapatkan tubuh kami. Menjaga kesimbanganku di kusen jendela, sekaligus menyembunyikanku.
"Iya, sebentar lagi Navy turun."
Berbarengan dengan kepergian ibunya, cowok itu membuka gorden dan berdecak sebal. Memindahkanku ke balkon kamarnya dan menunjuk rumahku.
"Pulang. Mulai sekarang lo dilarang loncatin balkon lagi!" ucapnya kesal lalu mengunci jendela kamarnya.
Aku cemberut.
"Padahal, ini cara tercepet ketemu Navy."
🌰
"Si Palu deketin Cian lagi? Nggak kapok kemarin gue tampol abis-abisan?"
Navy, 17 tahun.
Nabung untuk pesen plat motor impian.🍈🍉🍈
13 Oktober 2017. Haluuuu Cian Navy muncul lageeeh. Ada yang ngeh nggak apa arti plat motornya Navy? 😏 btw.. Ini part 13 di tanggal 13... Bisa pas gitu dah 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRU [antara Cian & Navy] : ON HOLD
ContoMaaf, ceritanya on hold karena banyak hal ^^ . Navy itu jahat. Sering nindas Cian. Guyur cewek itu pake seember air. Ngusir Cian pas malem-malem. Pokoknya, super tega. Tapi Cian nggak pernah bener-bener marah sama cowok itu. Soalnya, saat kecil dulu...