» Dibawa Pergi

7.8K 918 247
                                    

🌻🌼🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻🌼🌻

"Cepet, nangis lagi. Cepetan. Mau gue foto dan sebar biar dunia jatuh cinta sama ingus lo."

🍁🍂🍁

"Kamu tau nggak, Nav?"

"Nggak tau dan nggak mau tau."

Aku melirik sebal. Dan Navy asik dengan kumbang yang bergerak-gerak di punggung tangannya.

"Nav, bohong itu dosa. Apalagi bohong sama orang seimut aku. Itu kejahatan luar biasa."

Hening.

"Kamu juga telah membohongi para readers!"

Kali ini dia menoleh. Kusipitkan mataku.

"Nav. Itu bukan pembunuhan!"

"Trus apa?" tanyanya, tajam.

"Cewek itu yang memutuskan buat bunuh diri..."

Sebelah alis Navy terangkat. "Karena apa?"

Aku diam. Mengulang kembali rentetan kejadian yang dikisahkan oleh Navy saat di pemakaman tadi. Dalam teori, mungkin Falu bukanlah pembunuh. Tapi dia adalah sebab kenapa cewek itu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya...

"Harusnya dia bisa lebih baik menjalani hidup, bukannya menyerah. Andai saat itu aku ada di sisi dia, aku pasti bakal kasih dia semangat, bakal kasihtau dia kalau dia bukan perempuan 'kotor', dia masih suci--sesuci sebelum ternodai... Dan pastinya ada laki-laki yang mau terima dia apa adanya. Itu bukan kesalahan dia."

Wajah Navy tegang. Dia tiba-tiba bangkit, menarikku ke halaman rumahnya dan membuka keran air.

"Cepet buka sepatu dan kaus kaki."

"Apa? Kenapa?" tanyaku, bingung.

Wajahku miring, menatapnya yang hanya menunjuk kucuran air. Memintaku untuk segera cuci kaki dan cuci tangan. Dalam sekejap, aku paham sesuatu.

"Kamu pikir aku ketempelan sesuatu dari kuburan?!"

Dia menarik tanganku dan mencucinya dengan telaten.

"Navy!" panggilku, tapi tak digubris.

Dia malah menunduk dan meraih kakiku.

"Yaudah kalo kamu sebegitu pengennya pegang kakiku. Aku bisa apa," ucapku pasrah.

"Kepedean."

"Kan, Navy kan, baru juga kukasihtau. Nggak boleh bohong."

Nggak digubris. Tipikal Navy.

Perlahan tapi pasti, dia membersihkan sela-sela jari kakiku. Aku jadi princess ya, malam ini? Jadi seneng. Terlalu deh, Cian. Cuma karena hal ini kamu lupa kalo beberapa detik lalu si Navy ngatain kamu.

Sungguh terlalu!

Begonya.

"Cian."

"Hm?"

"Gue baru tau."

"Apa?"

"Lo punya tompel di telapak kaki."

Sialan.

"Itu bukan tompel, tapi tanda lahir!"

Dhuak! Kutendang keningnya dengan dengkul dan pergi bersungut-sungut. Mengabaikan jidat Navy yang semerah tomat busuk.

🌞🌈🌞

Sekali lagi, aku nggak percaya kalau cowok yang memakai kaus kaki beda tinggi itu pernah jahatin cewek. Kupikir, dia preman jejadian kayak Navy. Doyan berantem, tapi nggak sudi nyakitin cewek. Apalagi sampai melakukan hal belengcek macem itu.

"Hai, Cian! Main sama Abang, yuk? Ntar dibeliin es krim, deh!" tegur Falu sambil mengekoriku. Udah kayak anak kucing aja.

Tangan Falu yang goyang ke kanan dan kiri rasanya pengin aku cabut, lalu kulempar jauh-jauh biar dia lari mengejar tangannya. Eh, itu mah doggi ya, yang suka main lempar-tangkap.

"Maaf, aku nggak kenal sama abang-abang es krim macem kamu!" balasku akhirnya, setelah mendapat ceramah tujuh hari tujuh malam dari Navy.

"Lo abis diumpetin di keteknya Navy, ya? Kok baru keliatan sekarang?"

Aku bergidik. Ketek Navy kan asem.

"Ngapain juga aku di keteknya? Mendingan bobok di kamar!" Aku berhenti ketika Falu menghadang. "Awas nggak, nanti kutendang!"

Sudah jam sembilan malam, dan aku benar-benar menyesal karena tidak menunggu Navy menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Salah sendiri ngembat basreng pedasku di kulkas! Jadi pup-pup manjah, kan.

"Gue nggak mau~"

Bukannya menjauh, Falu justru merangkulku.

"Gue tau Navy udah cerita tentang dia. Makanya sekarang lo menjauh, nyari jalan memutar biar nggak ketemu sama gue," Falu berjeda, tapi tatapannya setajam silet karatan. "Gue buktiin ke elo, kalo gue yang sekarang udah nggak kayak dulu."

"Kamu jelek, aku nggak suka."

"Hahahaha dasar gila."

Falu tertawa keras, kemudian pandanganku menggelap setelah mendapat benturan keras di belakang kepala.

💄👒💄

"Abis tuh cowok gue gebukin karena bikin Cian nangis. Lagian Cian bego, udah tau nggak bisa berantem, masih aja ngajak ribut. Ditarik dikit rambutnya langsung mewek. Cemen. Tapi, lebih kesel lagi karena dia nangis di tempat umum. Kan, gue gabisa peluk. Huh."

Navy, 17 tahun.

.

🔮🔭🔮

A/N: Nggak apa-apa, marah aja sama aku karena baru update sekarang. Hiks. Sesungguhnya draft ini udah ada, cm tinggal update aja dan... selalu ketunda. Padahal udah mau ending *jujur aja*. Hampir setahun, ya? Huhu. InsyaAllah aku mulai aktif nulis lagi... Semoga bisa dengan segala kesibukan yg ada :') 19 Januari 2019.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIRU [antara Cian & Navy] : ON HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang