FABLO...
Lana mengidap penyakit ..hemofilia? Bukankah itu penyakit yang sangat mematikan? Aku terhenyak untuk beberapa saat. Berusaha untuk menerima kenyataan, namun ya Tuhan, kenapa begitu sulit? Dokter di hadapanku langsung membuka kacamatanya dan ia menatapku. Aku masih sibuk dengan pikiranku. Lana.. dia tidak seperti orang sakit, lalu kenapa ia menderita penyakit kronis seperti itu dan ia tampak baik-baik saja? Oh Tuhan..rasanya sakit sekali dadaku menerima fakta bahwa gadis yang aku cintai menjalani kehidupan dengan penuh liku. Apa yang harus aku lakukan untuk membahagiakannya sekarang?
"Biar aku jelaskan sedikit. Hemophilia adalah penyakit kelainan dimana darah penderitanya tidak dapat menggumpal atau membeku seperti orang normal. Jika terkena benturan atau pukulan, nyawa taruhannya, Fablo, karena butuh waktu lama untuk membeku dan akibatnya penderita bisa meninggal karena kehabisan darah."
Aku menutup mataku dan mataku memanas. Ya Tuhan, pantas saja Lana takut jika ia harus terjatuh. Aku masih ingat saat dia memecahkan gelas. Ia bahkan sangat takut untuk membereskan serpihannya. Lalu, saat kami pulang dari Haus Konstuktiv dan ia di menabrak seorang pria tambun dan ia sangat terlihat pucat. Sekarang aku mengerti. Sekecil apapun lukanya bagi Lana adalah fatal. Sangat fatal.
"Wanita biasanya jarang menderita hemophilia, Fablo. Namun bukan tak mungkin. Sayangnya, Lana memang ditinggalkan kedua orangtuanya semenjak kecil jadi kami tidak bisa melacak riwayat kesehatan kedua orang tuanya. Namun dapat dipastikan bahwa ayah Lana menderita hemophilia dan ibunya adalah pembawa atau carrier. Karena hanya itu satu-satunya alasan seorang wanita mengidap hemophilia."
"Darimana kau tahu dia mengidap penyakit ini?"
"Sayangnya, Fablo, bukan aku yang pertama kali memeriksakan kesehatannya. Dulu ia sudah pernah di rawat oleh dokter dan sekarang ia berobat kerumah sakit ini. Jujur, aku kasihan dengan Lana. Ia harus membanting tulang mencari uang untuk pengobatannya dan kau tahu, pengobatannya tidak murah."
"Mulai sekarang, aku akan membayarnya. Kau bilang saja berapa, dokter. Aku akan membiayainya. Semuanya."
Dokter itu melihatku dan tersenyum."Kau pemuda yang baik. Lana pasti bahagia bertemu denganmu."
"Kuharap begitu."
"Dia akan dirawat dulu disini. Dia menderita hemophilia A, yaitu kekurangan faktor delapan protein pada darah sehingga harus banyak melakukan transfusi darah dan suntikan faktor delapan."
Aku hanya mengangguk."Aku mohon dokter, lakukan yang terbaik untuknya. Berapapun biayanya, lakukan saja. Aku mohon."
"Kami akan melakukan yang terbaik, Fablo. Hanya saja, jika Lana sudah diperbolehkan pulang, dia tidak boleh melakukan aktivitas berat atau olahraga berlebihan. Dia juga setidaknya harus berkonsultasi dengan kami seminggu dua kali. Dan sebisa mungkin hindari benturan dan pukulan. Mungkin dia akan sedikit mengalami pendarahan yang berlebih saat haid, jadi pastikan ia harus dibawah penanganan kami."
Aku mengangguk cepat dan segera menatap dokter."Bolehkah aku bertemu dengannya?"
Dokter itu langsung menatapku dan akhirnya mengangguk."Boleh saja. Silahkan keruangannya."
Aku segera berterima kasih pada dokter dan segera keluar dan menuju ruangan Lana. Aku segera membuka pintu perlahan dan aku melihat dia juga sedang menatapku. Namun scepat itu ia mengalihkan wajahnya. Aku merasa hatiku sakit saat itu juga. Tidak ada senyuman atau sapaan untukku. Ia malah bersikap seperti itu. Apa yang terjadi padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER ME... ✓
RomanceKepindahan Fablo ke Swiss untuk mengembangkan usahanya membuatnya harus meninggalkan New Zealand, negara tercintanya. Ia merasa bosan disana apalagi ketika ia hampir saja menabrak seorang gadis yang setelah diketahui bernama Lana Eleanor. Fablo set...