FABLO...
(Pic dari Lana di media)Aku tak mendapatkan klu apapun dimana keberadaan Lana dan aku tak bisa tidur semalaman. Dimana dia? Apa dia baik-baik saja? Apa dia tidur dengan nyenyak? Apa ia sudah makan? Begitu banyak pertanyaan memenuhi otakku hingga rasanya mau pecah. Aku memutuskan untuk segera berangkat ke kantor pagi-pagi sekali bahkan sebelum Gracia datang kerumah. Di kantor aku berusaha untuk memusatkan perhatianku pada klien yang sudah berminat membeli beberapa unit residen mewahku. Namun ternyata fokus disaat ini terasa sulit. Aku meletakkan berkas itu dimeja dan termenung. Aku merasa hampa. Aku tak merasakan ini saat aku berada di dekat Lana. Bersamanya aku merasa hidup. Begitu indah. Begitu berwarna.
Lamunanku buyar saat sekretarisku masuk dan membawakan kopi. Ia tersenyum dan mengangguk kecil ketika menaruh kopi di mejaku.
"I think you need coffee for this beautiful morning, sir," katanya dan aku hanya tersenyum.
"You're right, Alea. Thank you."
Ia hanya tersenyum dan pergi dari hadapanku. Aku segera menghirup aroma kopi dan aku merasa sedikit nyaman. Aku memang tidak sarapan tadi sebelum datang kesini dan tiba-tiba saja aku merasa butuh sesuatu untuk masuk ke dalam perutku. Aku segera membawa cangkir kopi ke dekat jendela dan memutuskan untuk meminumnya sambil menghirup udara pagi yang segar.
Entah sudah berapa lama aku termenung dan kulihat Alea-sekretarisku masuk kembali dan mengatakan ada klien yang datang. Aku memang ada janji untuk bertemu klien ku hari ini. Aku segera mengangguk dan meletakkan kopi yang baru setengah aku minum lalu pergi menemui klien.
Setelah satu jam berusaha meyakinkan klien, akhirnya kami mendapat satu pembeli lagi. Thanks God. Aku langsung berjabat tangan dengan klien itu sebelum mereka pamit. Kembali keruanganku, aku langsung meminum sisa kopi dan sial, kopinya sudah dingin. Aku akan meneriakkan nama Alea untuk membuat kopi yang baru ketika mataku berpusat pada Iphoneku dan mengetahui Donna telah meneleponku 6 kali. Donna? Meneleponku? Apa ini berkaitan dengan Lana? Apa Lana bersamanya? Belum sempat aku menelepon balik, Donna kembali meneleponku. Aku segera mengangkatnya.
"Hello," kataku. Berikutnya yang kudengar hanya suara Donna bercampur dengan tangisan dan aku merasa langit seakan runtuh dan menimpaku seketika. Lana kecelakaan? Ya Tuhan!
***
Aku segera mengendarai Range Roverku dengan membabi buta dan aku tak peduli berapa banyak suara klakson dan teriakan manusia yang menyumpahi aku. Yang aku inginkan hanya berada dirumah sakit sekarang dan melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa Lana baik-baik saja. Ia harus baik-baik saja. Demi Tuhan, apa luka yang ia alami sangat parah?
Mobilku berdecit saat aku memarkirkan mobil di area parkir rumah sakit dan langsung berlari mencari dimana Donna. Aku bahkan sempat menyenggol beberapa orang karena kurang hati-hati dan bahkan ada yang meneriakiku asshole. Wajahku langsung menegang saat aku melihat Donna sedang terduduk di sebuah ruangan perawatan intensif dan ia sedang menangis. Aku langsung menghampirinya dengan keadaan kacau balau. Ia melihatku dan langsung memelukku.
"Apa yang terjadi?"
Ia melepaskan pelukannya dan kembali duduk sambil sesenggukan. Aku masih menatapnya dan menatap ruangan di hadapannya. "Dimana Lana?"
"Dia sedang mendapatkan perawatan intensif dari dokter. Aku sudah berupaya agar dokter melakukan yang terbaik. Aku tidak tahu ia menderita hemophilia."
Sekarang bahkan terasa sulit untuk menelan air ludahku sendiri."Apa lukanya parah?"
Dia menghapus air matanya dan memegang dadanya."Ada luka bagian belakang kepala, siku dan lecet di kakinya. Itu bisa disembuhkan dengan segera jika ia normalnya, masalahnya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER ME... ✓
RomanceKepindahan Fablo ke Swiss untuk mengembangkan usahanya membuatnya harus meninggalkan New Zealand, negara tercintanya. Ia merasa bosan disana apalagi ketika ia hampir saja menabrak seorang gadis yang setelah diketahui bernama Lana Eleanor. Fablo set...