THIRTEEN

9.6K 602 15
                                    

sebelum baca, vote dulu yaa wattpaders :)

***

LANA...

            Aku ke Allbooks dengan bus. Aku tak ingin diantar oleh Fablo, jadi aku pergi lebih awal dari biasanya. Selama di bus yang ku pikirkan hanyalah pertengkaranku semalam dengan Fablo. Aku memejamkan mata mengingat semuanya. Aku hanya gadis yang putus asa. Itulah alasanku selama ini tak ingin terlibat perasaan dengan pria. Aku takut menyakiti mereka dan juga aku.

            Dan aku sekarang merasakannya.

            Semuanya terasa sulit. Donna menyukai Fablo. Aku juga. Tak bisa kupungkiri rasa cinta itu selalu ada untuk Fablo. Tapi Donna...ia sahabatku. Ia tak pernah mengecewakan aku. Ia tak pernah membuatku terluka sewaktu kami masih SMA. Hanya dia yang mau berteman denganku meskipun ia terkenal di sekolah. Sementara semua orang menjauhiku karena menganggappku kuper. Saat aku kesulitan uang, Donna selalu membantu, terutama untuk pengobatan. Meskipun Donna tak tahu aku penderita hemophilia hingga sekarang.

            Aku segera turun dari bus dan menyeberangi jalan dan berjalan menuju Allbooks. Debora juga sudah tiba dengan menggunakan sepeda. Aku segera berjalan menuju ke arahnya dan ia menyapaku ketika ia sudah memarkirkan sepedanya di area parkir.

            "Lanaaa, kenapa kau awal hari ini?"

            Aku hanya berdiri canggung."Yaaa, aku bangun pagi dan bingung dengan apa yang harus aku perbuat. Jadi aku kemari."

            Ia segera menggandengku menuju pintu utama." Bagaimana hubunganmu dengan Fablo?"

            Aku menolehnya. Ia tersenyum sumringah. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. Hubungan kami sedang rumit.

            "Dia sangat tampan, Lana. Serasi denganmu."

            Aku hanya tersenyum dan kemudian menatap lurus kedepan. Kami segera masuk ke dalam dan mengganti pakaian kami dengan seragam.

            "Lana, kau belum menjawab pertanyaanku."

            "Hubungan kami baik-baik saja."

            "Baguslah..." Dia menghampiriku dan meletakkan tangannya di pundakku."Aku hanya ingin kau tahu bahwa, jika kau ada masalah dan kau butuh teman cerita, maka aku siap mendengarkan."

            Aku merasa terharu dan mengangguk. Saat ini tak ada yang ingin aku ceritakan padanya. Bukannya aku tak percaya, aku hanya belum siap.

            "Oke, mari bekerja," katanya dengan penuh semangat dan aku tertawa mendengarnya.

***

            FABLO...

            Aku terbangun dan segera mandi untuk ke kantor. Setelah berpakaian, aku turun ke bawah untuk sarapan. Gracia sedang membersihkan buffet yang ada di ruang TV. Aku segera menyapanya dan duduk untuk makan roti hari ini, meskipun aku tak berselera.

            "Lana sudah pergi kerja tadi."

            Aku tergamam dan aku tak jadi memasukkan roti ke dalam mulutnya. Sebagai gantinya, aku hanya menyesap kopi. "Benarkah?"

            "Ya, ia pergi awal sekali. Aku sampai bingung."

            Dia menghindariku, aku tahu itu. Dan aku akan membiarkannya. Idenya untuk memintaku melakukan pendekatan dengan Donna adalah ide gila.

REMEMBER ME... ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang