#DR19 - Tertarik dengan yang dihindari (2)

694 76 11
                                    

Lantunan lagu Dewi dari dewa 19 melingkupi ruang kerja Mondy, makanan ringan dan minuman yang dibelikan oleh Ifan menemani obrolan antara Raya dan Mondy yang masih berkutat dengan biaya perbaikan motor kesayangan Mondy yang Raya buat lecet. Waktu kian melaju bahkan apa yang Raya dan Mondy obrolkan sudah tidak lagi pada satu fokus pembahasan.

"Ray, kok kayaknya kamu gak sibuk latihan buat balap sih? Minggu-minggu ini kan ada even road race Jawa Barat. Kamu ikut kan?" selidik Mondy heran

Raut muka Raya yang sedari tadi dihiasi senyuman langsung berubah bak langit yang digelayuti awan hitam legam yang mendung.

"ada apa Ray?" suara Mondy lembut menanyai Raya sekali lagi

"ah, aku gak ikut Road Race lagi Mond" nada suara Raya terdengar lirih

"kenapa? Sudah capek? Atau kamu ada alasan lain?" cerca Mondy yang masih gigih ingin tau

Sejenak Raya menatap kedua binar mata gelap Mondy yang tajam, mengurai desakan rasa yang memekikkan hatinya.

"huh..." helaan napas panjang yang terdengar dari Raya membuat Mondy makin yakin bahwa wanita yang sedang bersamanya sekarang tidak dalam keadaan perasaan yang baik

"aku dan kamu memang baru mengenal Ray tapi ketika kamu ada masalah aku siap untuk mendengarkan, siapa tau aku punya solusi yang berguna bahkan mungkin kamu butuh bantuanku" jelas Mondy panjang

"terima kasih, tapi tid..."

"jangan sungkan Ray, aku yakin hati kamu bisa dengan baik merasakan kalau niatan aku tulus supaya beban yang kamu rasakan bisa berkurang himpitannya ketika kamu mau menceritakannya"

Lagi dan lagi, Raya memandang lekat Mondy. Memupuk rasa percaya pada Mondy untuk dirinya. Benar, Raya memang butuh saran dan didengarkan oleh orang lain. Biasanya Raya akan dengan mudah membaginya kepada Daffa tetapi akhir-akhir ini Daffa amat sulit untuk dihubungi, entahlah ada apa dengan Daffa. Apa Raya harus rela membagi kisahnya pada Mondy? Pertanyaan itu mengulang dengan sendirinya dibenak Raya pasti.

"aku hanya ingin membantu tetapi jika percayamu belum bisa kamu berikan untukku, it's oke Ray. Aku maklum dan paham" Mondy mengatakannya dengan tulus sembari senyum yang lembut menghias diakhir kalimatnya

Ada hal berbeda yang mulai Raya rasakan ketika melihat senyuman Mondy yang setulus itu, hatinya goyah akan kebiasaannya membagi cerita hanya untuk Daffa. Lalu benaknya kembali bertanya, kenapa Mondy? Kenapa aku ingin Mondy mendengarkan ceritaku?

"sebenarnya aku tidak terbiasa menceritakan permasalahan yang aku hadapi untuk orang lain kecuali hanya pada Daffa" Raya mulai mengutarakan apa yang berputar pada otaknya itu pada Mondy

Ada rasa nyeri yang Mondy rasa direlung hatinya, Raya sebegitu tergantungnya pada Daffa. Bahkan Raya begitu menimbang dengan berat untuk cerita dengannya.

"lalu?" buka Mondy penasaran yang sudah berhasil mengenyahkan rasa nyeri hatinya agar Raya mau membuka ceritanya lagi

"aku tidak bisa semudah itu membagi pada orang lain Mondy"

"Raya, aku bukan lagi orang lain buatmu. Aku itu temanmu, iya kan?" kedua bahu Raya kini dalam kekuasaan tangan Mondy, maksud hati Mondy menyalurkan kepercayaan pada Raya bahwa ia juga bisa menjadi tempat Raya berbagi bukan hanya Daffa

"walau awal pertemuan kita kurang baik tapi memang benar aku sudah menganggap kamu temanku Mond" balas Raya mantap

"lalu hal apa yang membuat kamu masih meragukan temanmu ini, hem?"

Raya mengubah posisi tubuhnya yang otomatis membuat pegangan tangan Mondy dibahunya terlepas, memandang tembok bercat warna lembut di ruang kerja Mondy dengan lurus serta fokus. Ruang kerja Mondy masih dihiasi lagu-lagu dari dewa 19 yang mengalun bebas menuju celah pendengaran keduanya

Don't ReachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang