#DR21 - Menemui ia yang hilang

506 67 5
                                    

"Pagi tante"

"wah Raya?"

"iya tante, maaf yah pagi-pagi Raya sudah main saja kerumah tante"

"gak apa-apa sayang justru tante seneng anak perempuan tante akhirnya inget main juga"

Raya tersenyum mendengar penuturan tulus ibu Daffa ini

"Raya selalu inget tante kok Cuma kalau mau main takut tantenya gak dirumah, apalagi Daffa susah dihubungi sekarang ini" raut wajah Raya jelas sekali terlihat semburat kekecewaannya

"Daffa mungkin lagi sibuk sama kuliahnya sayang, tapi sekarang Daffa masih tidur loh dikamarnya"

"yang bener tante?" kedua binar mata Raya tampak antusias bahagia mendengarnya

"iya, gih sanah kekamar Daffa"

Setelah dipersilahkan menuju kamar Daffa, Raya pamit segera menuju kamar Daffa berada.

Tanpa mengetuk pintu Raya langsung saja masuk layaknya motor yang tak mengenal remnya

"Daffaaaaaaaaa" teriak Raya setelah sepenuhnya masuk kekamar Daffa

Orang yang dipanggil merasa terkejut karena sebenarnya ia tidak bisa tertidur sejak semalam karena kondisi perutnya yang kian nyata terasa sakit dan untuk menyamarkan rasa sakit yang menderanya Daffa memilih memejamkan mata seolah ia masih terlelap tidur

"ih Daffa bangun, udah pagi nih. Jogging yuk?"

Raya menyibak selimut tebal yang membungkus rapat tubuh Daffa, mengguncang tubuh Daffa heboh bahkan loncat-loncat seenaknya pada area kasur yang kosong. Apapun Raya lakukan agar Daffa mau bangun.

"ish.. mamah ada orang aneh dikamar Daffa" teriak Daffa yang pura-pura tidurnya keganggu

Raya duduk bersila dengan menghadap wajah bantal Daffa

"orang tante udah kasih izin kok, wleee" ledek Raya dengan menjulurkan lidahnya meledek

Daffa masih ogah-ogahan untuk bangun dengan makin membenamkan diri sepenuhnya dalam selimut

"ya ampun malah makin heboh tidurnya, bangun Daf"

Dalam hitungan detik Daffa bangun dan membelit Raya dengan selimut yang barusan ia kenakan dan Raya menjerit-jerit tak karuan karena kaget juga nafasnya yang mulai susah dipasok sedangkan Daffa menuju kamar mandi dengan gemaan tawanya yang menggelegar tak henti

"ish rese, dasar manusia antah brantah" teriak Raya yang kesal terhadap ulah Daffa terhadapnya

Daffa dari balik kamar mandi menyauti apa yang Raya ucapkan "situ kali manusia antah brantah, bangunin cowok cakep dengan sikap absurdnya yang kian menjadi"

"siapa suruh gak bangun-bangun" balas Raya ngotot yang tak mau kalah begitu saja

"na..na..na..." Daffa tak menggubris perkataan Raya justru ia menyalakan air dari showernya sembari bersenandung sengaja untuk mengejek Raya

"mandinya jangan kelamaan yah Daf, aku tunggu di taman rumahnmu"

Derit pintu kamar Daffa yang menutup menandakan Raya sudah tak berada dikamar, Daffa keluar dari kamar mandi dengan air mata yang lolos begitu saja

"maafin aku Ray, tapi aku harus merahasiakan apa yang aku derita sekarang dari kamu. Merahasiakan rasa sakit yang menggerogoti tubuh juga rasa rindu yang teramat jiwaku padamu Ray" lirih Daffa yang terduduk di depan pintu kamar mandinya

---

"nih biar gak ngambek"

Daffa memberikan satu loli besar untuk Raya padahal Daffa tau kalau Raya tak suka permen loli penuh warna itu

"ngledek yah Mas?"

"hahaa... Cuma bikin orang ini kesel aja" balas Daffa yang mencubit hidung Raya dengan gemas

"ishh rese tau gak sih" tepis Raya cepat

"ya Sorry deh, terus kenapa tuan putriku main kerumah nih?"

"kamu aneh deh Daf, biasanya kalau aku main pasti gak ditanyain kaya gitu" selidik Raya

"yah itu kan dulu saat kamu Cuma berteman sama aku kalau sekarangkan kamu udah punya temen yang baru"

"ih ngarang yang ada itu kamu Daffa, kamu kemana aja pas aku telpon gak diangkat terus pesanku justru kamu cuekin?"

Daffa mulai mengayun Raya yang sedari tadi menunggunya berada pada ayunan, membiarkan rambut hitam Raya yang tergerai bebas disapa angin

"aku sibuk dengan kulaihku Ray, maaf yah?"

'Sesuai dengan apa yang tante katakan' bisik hati Raya

"sesibuk itu yah sampai gak sempet buat aku?" rajuk Raya yang memang akan tampil manja pada Daffa temannya sekaligus kakak yang ia anggap sepihak

"iya, lagian aku cemburu ah sama temen cowok kamu yang waktu itu ajak makan bareng kita"

"hah cemburu?" balas Raya dengan menengok Daffa dari tali ayunan yang masih dilajukan Daffa

"iya Raya, kamu sekarang makin deket kan sama itu cowok dari pesan-pesan yang kamu kasih tau ke aku"

"oh gitu yah, baca pesan aku tapi gak dibalas"

"ish jawab dulu, aku ngerasa tersisih nih" Daffa menghentikan ayunan dan mengurung Raya tepat dihadapannya

"aku sama cowok yang kamu maksud, ah lebih enaknya sebut nama aja kali yah?"

"hem" balas Daffa singkat

"aku sama Mondy gak deket-deket amat kok, aku Cuma tanggung jawab karena bikin motor dia rusak Daffa"

"terus tentang cerita kamu yang mau jadi asisten dia buat road race nanti, apa itu bukan pertemanan?" cerca Daffa penasaran juga diselimuti rasa khawatir Rayanya akan jatuh hati pada laki-laki selain dirinya

"hah... itu aku anggap kerja Daf, mau bagaimanapun aku menghindari dunia balap tetapi hati aku masih ingin berlabuh pada balap dan aku rasa bukan hanya jadi pembalap untuk berada pada sirkuit, menjadi orang dibalik kesuksesan pembalap juga aku ingin merasakannya"

"aku tau Ray" balas Daffa lembut

Kedua mata Daffa dan Raya terkunci saling menatap, membiarkan angin menerpa keduanya lembut

"Daffa, kamu ikut yah?"

"ikut?"

"ikut bersamaku dalam road race nanti karena selama ini hanya kamu yang ada memotivasiku saat di sirkuit"

"kalau aku tak dikejar masa kuliahku pasti aku sudah ikut menemani kamu Ray, tapi..."

"please..." bujuk Raya tak ingin menyerah

"nanti kalau jadwalku sesuai dengan road race tersebut aku pasti langsung berada disana. Jangan khawatir yah?"

"he'em"

Keduanyamenikmati waktu di taman rumah Daffa dengan berada di ayunan masing-masing yangberdampingan, menikmati jatuhnya daun yang mengering dari pohonnya. 


Part 20 - Privat yah

silahkan follow terlebih dahulu untuk membacanya

selalu ditunggu vote dan komen dari kalian yah

silahkan koreksi typo dan kata yang kurang tepat

Don't ReachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang