#DR18 - Kenyataan yang Tersembunyi

1K 83 6
                                    

Malam yang kian larut, dimana banyak manusia diantaranya yang sudah terlelap dalam tidurnya. Menikmati atau tidak dalam mimpinya, bermimpi atau tidak dalam tidurnya yang jelas kondisi malam begitu lengang. Tapi tidak untuk Daffa yang justru berusaha keras melawan rasa sakit yang ia rasa, makin larut justru ia makin menekan perutnya yang terasa sakit, tertusuk-tusuk, perih bahkan seperti tercengkram kuat.

"hah.. hah.. sakkitt" rintih Daffa yang kini sudah tertidur di ranjang dengan posisi tubuhnya yang miring

"mamah mohon Daf, bertahan. Sebentar lagi dokter datang" Farah sang mamah tidak dapat lagi menahan tangisannya

Daffa anak satu-satunya yang ia cintai harus mengalami kesakitan luar biasa di hadapannya, putranya mengerang kesakitan dengan tangan yang meremas kuat perut membuat hatinya sungguh tak dapat lagi menyembunyikan kesedihannya.

"suster... dokter... tolong cepat tangani anak saya, tolong.. tolong anak saya" Farah begitu tak bisa membendung rasa khawatirnya, suara teriakannya bahkan kian melemah bersamaan dengan derasnya air mata yang mengalir.

Para perawat datang bersamaan dengan sang dokter yang berjalan didepan mereka untuk segera memeriksa pasiennya.

Entah sudah berapa puluh kali langkah Farah sang ibu yang berada didepan ruang penanganan Daffa dan dokter belum juga memberikannya izin bahkan sang dokter belum memberikan tanda-tanda untuk keluar dari ruang perawatan Daffa.

"ya Allah, tolong anak hamba. Angkat rasa sakitnya, jangan buat hidupnya kian sakit. Jika bisa, sungguh aku rela mengambil serta mengemban rasa sakit yang anak hamba rasakan" perkataan tulus seorang ibu yang begitu menyayangi anaknya sungguh membuat setiap orang yang melihatnya tak tega juga tersentuh secara bersamaan. Kasih sayang seorang ibu yang nyata terlihat.

Tiga Puluh menit berlalu

Ruang penanganan Daffa terbuka dan keluarlah dokter yang mengangani Daffa

"dok, anak saya?" tanya Farah tak sabar

"ibu orang tua pasien bernama Daffa?"

"iya dok, saya ibunya"

"silahkan ikut saya keruangan"

Tanpa menunggu lama Farah mengikuti langkah dokter yang menangani anaknya barusan, ia sungguh penasaran kenapa Daffanya bisa merasakan kesakitan yang amat? Padahal selama ini Daffanya tidak bermasalah selain sakit biasa seperti demam dan flu.

Melewati lorong – lorong lurus rumah sakit berbelok beberapa kali akhirnya Farah dan dokter anaknya sampai diruangan yang di tuju. Ruangan dengan pintu berwarna putih terdapat kaca kecil diatas dorongan pintu.

"silhakan masuk ibu" ramah sang dokter mempersilahkan Farah untuk mengikutinya masuk ke ruangannya yang khas rumah sakit

"baik dok" Farah mengiyakan dengan langkah kakinya cepat

"duduk bu"

"iya dok, terima kasih"

"jadi begini ibu, Daffa merupakan pasien dirumah sakit ini. Saya yang menangani riwayat penyakitnya dan saya sudah menawarkannya untuk melakukan perawatan intensif tapi anak ibu itu justru menolaknya, jadi..."

"tunggu dok, anak saya baru masuk kerumah sakit ini. Bagaimana dokter bisa bilang Daffa anak saya merupakan pasien dokter?" Farah tampak bingung dengan apa yang dokter katakan, Daffanya baik-baik saja jadi kenapa disebut sebagai pasien rumah sakit ini? Ada apa ini ya Allah..

"satu bulan yang lalu Daffa datang memeriksakan kondisinya, saya yang memeriksanya dan menyarankan Daffa anak ibu untuk melakukan pemeriksaan Gastroskopi karena gejala yang dituturkan anak ibu perlu pemeriksaan lebih teliti"

Don't ReachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang