Page 15

914 47 5
                                    


Acil ku sebelumnya mengatakan kalau di depan rumah sudah hadir seorang wanita yang mengendarai sebuah kereta kencana yang di kawal oleh pasukannya. Rupanya acil dan om ku sudah kenal dengan beliau.

Kembali pada diriku...

Aku langsung merubah cara dudukku. Tadinya aku duduk bersila, sekarang jadi duduk seperti tahiyat akhir, atau duduk wanita pada umumnya. Lebih kalem.

"Assalammualaikum..." suaraku berubah pelan dan berlogat jawa.

"Waalaikumsalam, apa kabar Eyang Putri..." jawab acilku dan om ku.

"Alhamdulillah sae sae mawon (baik baik saja)..." jawab ku dengan lemah lembut dan tersenyum.

Ibu yang melihat perubahanku, hanya tersenyum. Sepertinya beliau senang.

Si demit yang tertunduk tadi langsung di ajak bersalaman lagi dengan Eyang Putri. Belum menyentuh tanganku saja dia sudah ketakutan. Setelah ditarik paksa tangannya baru demit tadi menyembah juga.

"Punopo panjenengan wantu ngganggu turunan kulo?" (Kenapa kamu berani ganggu turunanku?)

"Niki sedanten keluargi kulo... Nopo maleh panjenengan wantun ngantos teng kalimantan..." (ini semua keluargaku... apalagi kamu berani sampai ke Kalimantan.)"

"Bakalanipun piyambake mboten panjenengan (jodohnya dia bukan kamu)" tiada putus wejangan ala Eyang Putri, suara dan tutur kata beliau benar-benar membuat orang bisa terhanyut.

Si demit hanya mengangguk dan menyembah-nyembah memohon ampun.

"Leres panjenengan kerso kaleh putu kulo niki? ampun wantun2 maleh nggehtumindak engkang ngerepotaken, lek mboten njenengan mirengngake mangke rencang-rencang kulo sedanten nggruduk kerajaan jenengan kaleh punakawan jenengan sami, bakalanesampun wonten, dados ampun neko-neko" tambah Eyang Putri. (Yakin kamu mau dengan cucu ku ini, jangan beranimengganggu ya, kalau tidak pasukanku semua yang menyerang kerajaanmu dan semuaanak buahmu juga. Jodohnya sudah ada, jadi ga usah macam-macam)

Suara dan tutur katanya enak didengar. Biar Eyang Putri lagi mengomel serasa menyanyi, jadi betah menungguinya.

Akhirnya sang Eyang Putri berpamitan. Dan akupun tersadar. 

"Kenapa aku Cil, Om?" tanya ku pada Acil dan Om ku kebingungan.

"Itu eyang putri *** **** *****, beliau hanya mampir tadi. Sementara nanti beliau yang mendampingimu, itu pesan beliau." Kata acilku.

WOW...aku tambah bingung, belum jelas dengan kejadian yang sudah-sudah, eh ditambahi lagi yang hadir barusan. Antara bangga dan kepo. Bangganya yang hadir bersamaku tadi sosok yang benar-benar legend, dan kepo nya kok bisa ya dia mau hadir? Wallahua'lam.

Ok lanjut ke Mas Karyo dan demitnya.    

SANTET ONLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang