Ada seorang pria yang tampan, berahang tegas, bersorot mata lembut, dan lengkung senyum yang minim juga mimik tipis tak berekspresi. Katanya pria ini dingin sekali, beku dan sulit tersentuh hatinya. Sukar didekati.
Pria ini nyatanya pecinta alam, petualang sejati, melanglang buana menembus cakrawala di antara petak-petak pegunungan tinggi dan bersuhu rendah. Karena itu hatinya sekeras baja.
Akan tetapi siapa sangka pria ini pemalu, diam-diam menyembunyikan rona ketika bertemu wanita pujaan. Gugup beretika, sekuat mungkin mengambil tindakan hati-hati. Manis sekali.
Ada seorang pria yang tegas; dalam tutur katanya, dalam sikap dan cara berpikirnya, dalam setiap langkah dan pijakan-pijakan lebar. Meski pria ini terkadang kehilangan arah, meski hatinya seringkali tergores luka dan perih. Tetapi wanita di sampingnya, dengan tabah menunggu dan memberi kekuatan.
Empat puluh enam tahun silam, pada tanggal tiga belas Oktober, saya belum bertemu dengan pria ini. Kemudian empat puluh enam tiga belas Oktober tahun ini, kami jarang bertukar peluk dan cerita. Tapi katanya rasa sayang itu tak perlu diucapkan secara lisan. Cukup seperti ini, cukup seperti ini.
Pa, selamat ulang tahun.
Tetap sehat sampai putrimu ini menjadi seorang manusia sesungguhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
dari bait kecil ini, aku menulis
Poetrysuatu hari, aku bermimpi; "untuk apa aku menulis?" . . . [Antologi Puisi dan Cerpen]