Part 8 - Mulai dekat

7.5K 426 0
                                    

[Ali POV]

Memang sejak aku menolongnya di taman itu kita sempat bertukar nomer telpon. Entah kenapa seorang Prilly mampu membuat aku, seorang Aliando Putra Perdana yang dikenal dingin dan acuh menjadi cair seperti ini. Padahal baru 3 kali bertemu dan dia sudah bisa merubah aku. Memang ini aneh. Jika di hadapan dia aku mampu kembali kepada sifat asalku yang humble, tetapi jika di hadapan orang lain aku tetap menjadi Aliando yang dingin.

Aku dan Prilly memang belum sedekat itu, tapi kadang kali kita bertemu untuk sekedar makan siang. Seperti misalnya hari ini. Hari ini adalah weekend yang aku sengaja mengajak Prilly makan siang di sebuah Cafe. Dan dia menerima ajakan aku. Mungkin karena dia juga sedang bosan, dan wajah galaunya masih suka terlihat, sehingga dia ingin refreshing menenangkan pikiran.

Di Cafe..
"Makasih ya li. Kamu udah mau ngajakin aku keluar. Aku memang lagi bosen banget di rumah." Ucap Prilly sambil mengaduk minumannya. Kita memang menggunakan aku kamu saat berbicara karena memang aku tidak biasa dengan lo gue sejak menjadi CEO di perusahaanku, dan dia bisa memakluminya. Aku juga menolak dipanggil kaka atau apapun oleh Prilly, cukup Ali saja supaya terdengar akrab.
"It's ok. Aku juga memang lagi ga ada kerjaan aja, jadi bosen juga." Kataku.
"Kamu CEO di perusahaan apa sih li?"
"Aku bekerja di perusahaan periklanan, tepatnya perusahaan Perdana Corp" kataku.
"Oh ya, aku pernah denger. Itu perusahaan besar loh li, keren juga kamu jadi CEO disana." Kata Prilly.
"Biasa aja sih, aku cuma gantiin posisi papa di perusahaan keluarga." Kataku lagi.
"Emang papa kamu kemana li?" Kata Prilly
"Udah meninggal 5 tahun yang lalu. Kecelakaan pesawat." Jawabku menunduk.
Dia yang mengerti langsung merasa kikuk.
"Sorry li. Gue gatau." Ucapnya lagi.
"Gapapa kok." Jawabku tersenyum.
"Oya, kamu kuliah jurusan apa? Udah semester berapa?" Tanyaku.
"Aku di jurusan sastra unpad, lagi nyusun nih." Jawab dia.
"Ohh mahasiswa kolot ya, haha" aku tertawa renyah. Sumpah ini jarang banget terjadi sejak papa ga ada. Tapi didepan dia aku mampu beruba.
Prilly balas tertawa. Kita benar-benar menikmati suasana obrolan yang memang langsung cair ini. Tidak ada canggung atau apapun.

Tiba-tiba saja seorang pria datang menghampiri kami dan menarik kerahku.
"Ohh.. jadi ini Pril? Jadi dia laki-laki yang udah buat kamu berubah 180° ke aku? Iya? Hah?" Bentak lelaki ini.
Prilly langsung berkaca-kaca dan balas berteriak.
"Lo apa-apaan sih rel, lepasin Ali. Lo keterlaluan ya." Jawab Prilly yang sudah beruraian air mata.
"Siapa yang keterlaluan Pril? Sebenernya lo kan yang selingkuh? Pake nuduh-nuduh aku segala." Kata lelaki ini.
"Camkan baik-baik ya VERREL BRAMASTA. Pertama, gue mergokin lo sama cewek di cafe mall.. yang kedua, gue ngikutin lo yang lagi-lagi ketemuan sama cewek yang sama ke hotel. Terus sekarang lo nuduh gue selingkuh sama Ali? Sekarang disini jelas kan siapa yang SELINGKUH?" Balas Prilly lagi. Dan aku mulai paham sekarang apa permasalahannya, dan kenapa tiap kali aku bertemu dengan Prilly selalu dalam keadaan menangis.
"Pril.. lo.." laki-laki ini terlihat kikuk. Jelas sekali di wajahnya yang tergagap seperti orang yang benar-benar ketahuan selingkuh oleh pacarnya
"Cukup ya rel.. cukup. Gue gamau lagi denger penjelasan lo. Semua udah jelas. Mulai sekarang kita ga ada hubungan apa-apa lagi. Kita PUTUS." Teriak Prilly.
"Ayo li." Prilly menarik tanganku dan meninggalkan lelaki itu yang kutahu bernama Verrel. Akupun mengikuti Prilly. Dia masih menangis.

Aku membawa Prilly ke taman di jalan suci waktu itu, karena aku tahu dia biasa menenangkan pikirannya disana. Sesampainya di taman, kita duduk di bangku panjang dekat perosotan anak-anak di bawah pohon. Akupun membelikannya minuman.

"Minum dulu Pril." Kataku.
"Thanks li." Jawabnya.
"Sorry sebelumnya, siapa sebenarnya pria tadi Pril? Kamu ada masalah sama dia?" Tanyaku.
"Sebelumnya dia pacar aku li. Tapi kamu tau kan sekarang udah enggak lagi." Kata Prilly kembali menangis.
"Kalau kamu mau cerita, cerita aja Pril, biar kamu tenang." Kataku.
"Aku sebenernya masih cinta li sama Verrel, tapi aku kecewa banget sama dia yang udah khianatin aku. Dia tega selingkuhin aku li." Cerita Prilly.

Aku yang tak tega pun memeluknya, menyandarkan kepalanya di dada bidangku. Nyaman. Itulah yang aku rasakan. Dan sepertinya juga dia merasakan hal yang sama, karena kini tangisannya mulai mereda.

"Thanks banget ya li. Maaf kalau situasi tadi di cafe udah ngebebanin kamu." Kata Prilly.
"Gapapa pril, lagian aku juga ga suka ya sama cowok brengsek kaya gitu." Ucapku ketus memikirkan si Verrel-Verrel tadi.

"By the way, kamu sering ke taman ini juga li? Terakhir kamu waktu nolongin aku dari preman-preman itu juga kan di taman ini?" Tanya Prilly.
"Iya, aku sering kesini. Dari kecil aku memang tinggal di lingkungan ini, jadi udah buat aku nyaman aja." Jawabku tersenyum mengingat kenangan yang ada disini.
"Kalau aku entah kenapa selalu ngerasa udah akrab banget sama taman ini sejak aku kesini. Padahal aku kesini pertama kali baru 2 tahun lalu." Kata Prilly.

Banyak obrolan yang kami lakukan di taman ini sampai hari sudah sore. Sedikit banyak aku sudah memahami sifat gadis ini. Akupun mengajaknya pulang lalu mengantarkannya sampai rumahnya.

TBC...

My Perfect ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang