Part 2 - Ketahuan

10.7K 490 0
                                    

[Prilly POV]

"Ma... Prilly ke kampus dulu ya. Verrel udah jemput nih."
"Sarapan dulu sayang, nanti maag kamu kambuh lagi." Kata mama.
"Nanti aja ya ma, Prilly makan sama Verrel aja. Nanti keburu telat. Prilly harus ke perpustakaan skripsi nih ma, biar cepet kelar. Prilly gamau jadi maba."
"Maba apa sih sayang?" Tanya mama
"Mahasiswa abadi ma"
"Ya ampun sayaaang.. yaudah sana berangkat, jangan lupa makan. Jangan jadi mahasiswa abadi ya." Kata mama lagi.
"Siap bu bos, Prilly berangkat. Bye."
Aku pun keluar menghampiri Verrel di ruang tamu. Aku tak ingin membuatnya menungguku lama.
"Hay." Sapaku
"Hay sayang, udah siap?" Kata Verrel.
"Udah nih, yuk."
Kami pun keluar dan menghampiri mobil Verrel yang terpakir di halaman rumahku. Kami langsung bergegas dan menuju kampus tercinta Universitas Padjadjaran.

Sesampainya di kampus, verrel membukakan pintu mobil untukku, membuatku tersanjung. Akupun turun dari mobil. "Makasih ya?" Ucapku.
"Anytime babe." Jawab Verrel.
"Aku langsung ke perpus ya, nanti jemput aku ya sayang." Ucapku.
"Kamu telpon aku aja ya kalo udh selesai. Aku mau temuin temen2 aku dulu." Kata Verrel.
"Ok"
Aku pergi meninggalkan Verrel dan mencari sahabat seperjuanganku di ruang skripsi. Ya, aku menghampiri Mila. Mila adalah sahabat terdekatku sejak aku masuk perguruan tinggi ini.
"Doooorrrr." Aku mengagetkan Mila.
"Ya ampun prilley.. lo ngagetin gue aja sih. Kalo gue jantungan lo mau ngehadirin pemakaman gue apa ?" Omel Mila.
"Ya elah mil, lo ga bakalan mati kali, kalo lo mati siapa lagi yang nemenin Gue." Ucapku sedih.
"Tuh mang Ono supir odong lo temenin."
"Eh sialan lu." Kesalku.
"Sssssssttttt.. kalian ribut sekali, mau saya hukum?" Kata penjaga perpus pak ujang.
"Maaf-maaf pak." Ucap kami, kemudian kami terkikik geli.
Selanjutnya kami pun berkutat dengan kumpulan-kumpulan skripsi memusingkan yang ada di rak itu.

Setelah kami dari perpustakaan skripsi, kamipun berniat hangout ke mall yang ada di Bandung. Aku hendak menelpon Verrel untuk mengabarinya. Tetapi nomer Verrel sedang tidak aktif, aku terheran, dan tidak ambil pusing. Kemudian aku dan Mila langsung ke mall mengendarai mobil Mila.

Setibanya di mall, Mila memarkirkan mobilnya dan kamipun berlalu menuju sebuah cafe untuk mengisi perut, maklum saja tadi pagi aku belum sempat sarapan. Kami langsung memesan makanan dan duduk di sudut cafe sambil memakan makanan kami. Ketika kami sedang bercanda dan bergosip seru, tiba-tiba saja mataku menatap punggung seorang pria yang sangat ku kenal, ya.. siapa lagi kalau bukan kekasihku Verrel. Aku hendak memanggilnya sampai ada sebuah tangan dari seorang wanita seksi yang bergelayut manja di lengan kokoh Verrel. Ia tak menolak tangan itu, bahkan ia malah merangkul pinggang wanita itu posesiv. Mataku tak bisa berkompromi lagi, aku tak kuasa menahan air mataku yang jatuh begitu saja di depan Mila sambil menatap nanar punggung pria itu.
"Mil, kita pergi dari sini." Kataku yang menarik tangan Mila dan bergegas meninggalkan cafe itu.
"Lo kenapa Pril? Lo kenapa tiba-tiba kaya gini? Whattt..? Mata lo kenapa? Lo nangis?"tanya Mila.
Aku tak kuasa menjawab semua pertanyaannya dan malah tetap menarik tangan Mila dan berlari untuk keluar dari mall itu. Sampai aku merasa tubuhku menabrak seseorang dengan keras hingga aku terjatuh..

Bruuuuukkk

Aku jatuh terduduk, dan tak sanggup lagi berdiri. Bukan karena fisikku terluka atau apa, melainkan aku terlalu bersedih mengingat kejadian tadi di cafe. Aku pun menangis tersedu.
"Prilly, ya ampun." Mila menghampiriku.
"Anda bisaa lebih berhati-hati lagi bukan? Ini tempat umum, bukan arena bermain." Ternyata pria itu adalah orang yang kutabrak tadi. Akupun mendongak dan menatap pria itu tajam. Tak berniat membalas kata-katanya. Tak lama pria itupun pergi meninggalkanku yang masih terduduk dan Mila.
"Eh, lo ga punya otak apa? Lo ga liat temen gue jatuh? Dasar pria dingin ga berperasaan." Teriak Mila kesal. Pria itu tak menghiraukan ucapan Mila dan tetap berlalu. Mila membantuku bangun dan kami meninggalkan tempat itu.
"Kita mau kemana Pril?" Tanya Mila lagi.
"Kemana aja mil, asal bukan disini, di mall ini." Kataku.
"Oke, kita ke taman deket rumah lo aja ya." Kata Mila.
Aku hanya diam.

Sesampainya di taman, aku langsung memeluk Mila sambil menumpahkan semua emosiku melalui air mata yang sedari tadi memang tak bisa kutahan.
"Gue ga nyangka Mil, gue ga nyangka.." kataku terbata.
"Lo kenapa? Lo cerita sama gue. Ada apa?" Tanya Mila khawatir.
"Verrel mil.. diaa.... dia.. gue tadi ngeliat dia sama cewek Mil di cafe.. Verrel selingkuh." Kataku lirih.
"Hah? Lo yakin Pril? Lo bener ga salah liat? Bukan Verrel kali.." kata Mila.
"Ga mungkin Mil.. gue ga mungkin salah ngenalin cowok gue sendiri.. dia lagi peluk2an sama perempuan lain di mall itu. Gue bener-bener ga nyangka mil.." ucapku lagi.
"Lo yang sabar ya pril, mending lo tanya baik-baik dlu sama Verrel, minta penjelasan dia dulu, lo jangan berprasangka buruk dlu ya, siapa tahu itu sepupu Verrel kan ?" Kata Mila.
"Semoga aja emang gitu Mil.." kataku lagi.
Mila terus menghiburku sampai aku tenang. Lalu pembicaraan kami teralih mengenai pria dingin di mall tadi yang tak sengaja kutabrak. Memang tadi kesalahanku yang berlari sambil menangis tanpa melihat jalan dengan benar. Tapi akupun merasa kesal sendiri akan perlakuan pria itu yang terkesan tak berperasaan. Memang saat kutatap wajahnya tak bisa kupungkiri bahwa pria itu sangatlah tampan, apalagi dengan pakaian formalnya itu, terlihat gagah. Tapi karena pikiranku yang memang sedang kalut saat itu tak bisa membuat otakku berjalan normal. Lalu aku tak lagi ambil pusing soal pria itu.

Tak lama kami pun pulang dengan Mila mengantarkanku terlebih dahulu...

TBC...

My Perfect ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang