Part 11 - Dia kembali lagi

7.3K 394 0
                                    

[Author POV]

Sejak Prilly mengingat masa lalunya kembali, ia terlihat lebih dekat dengan Ali. Ali selalu mengunjungi Prilly di isitirahat jam makan siangnya. Seluruh karyawan kantor juga bingung melihat CEO dinginnya yang yang kini lebih sering tersenyum. Meski dia tidak tersenyum langsung kepada para bawahannya.

Siang ini lagi-lagi Ali menjemput Prilly dan hendak mengantarkannya ke kampus. Prilly akan mempersiapkan sidang akhirnya yang akan dilaksanakan besok. Dia merasa tegang dan takut untuk mengahadapi sidangnya. Akan tetapi Ali selalu mampu menenangkan Prilly dan meyakinkannya kalau dia bisa melakukannya. Itulah hal yang membuat Prilly semangat ingin segera menjemput gelar sarjananya.

Sesampainya di kampus...

"Li, aku takut ga lulus nih.. aku takut skripsi aku ngaco." Kata Prilly menatap Ali yang berada dibalik kemudi.

"Ga usah takut bie, aku yakin kamu pasti bisa. Kamu harus cepat lulus. Katanya kamu mau bekerja di kantor aku? Ayo kamu pasti bisa. Supaya kamu bisa cepat memberikan surat lamaran di perusahaan aku." Kata Ali meyakinkan Prilly.

"Tapi kalo aku ga lulus gimana li?" Kata Prilly lagi.

"Kamu positif thinking dong, kamu berusaha untuk berikan yang terbaik di sidang kamu nanti. Kamu pasti bisa." Prilly menatap Ali lalu tersenyum.

"Thanks ya li, kalo ga ada kamu, aku pasti udah stres banget buat menghadapi besok." Kata Prilly lagi.

"Iya kamu tenang aja, aku pasti doain kamu yang terbaik. Kamu semangat ya." Ali menggenggam tangan Prilly menguatkan.

"Yaudah aku masuk dulu ya li, kamu tenang aja, nanti aku pulang sama Mila, jadi kamu ga usah jemput. Kamu pasti sibuk" kata Prilly.

"Bener nih ga usah dijemput?" Kata Ali.

"Iya Ali... bye...." Prilly membuka seat belt nya dan turun dari mobil Ali lalu melenggang masuk ke kampusnya tercinta.

[Prilly POV]

Besok aku akan menghadapi masa yang benar-benar menegangkan. Masa dimana saat penentuan awal dari masa depan ku. Aku harus bisa melewatinya dengan baik sehingga tidak mengecewakan mereka semua. Mereka menaruh harapan yang besar padaku.

Hari ini aku menemui dosen pembimbingku lagi untuk memastikan segala persiapan untuk menghadapi besok. Aku harus lulus dengan nilai yang memuaskan. Aku ingin bekerja dengan Ali. Sahabat masa kecilku. Belakangan ini memang kami dekat kembali seperti dulu, apalagi sejak ingatanku pulih.

Ternyata peristiwa penculikan yang terjadi padaku dulu  membawa dampak yang besar bagiku sehingga aku mengalami amnesia parsial. Traumaku melihat preman-preman mungkin belum hilang hingga sekarang. Aku kembali teringat akan kejadian beberapa waktu lalu ketika aku didekati oleh dua pria bertato di taman jalan suci. Mengingatnya membuatku kembali bergidik. Untung saja saat itu ada Ali yang menolongku. Mengingat Ali yang dulu sempat dingin membuatku terkekeh. Ali ku yang dulu sangat periang menjadi kaku seperti itu, sungguh menggemaskan.

Oke, setelah lama berkutat dengan laptop ku dengan dosen pembimbingku, akupun mencari Mila. Dia sempat berkata padaku di telepon bahwa dia sedang berada di kampus, katanya dia mau mengantarku pulang. Setelah bertemu dengannya akupun mengajaknya pulang.

"Hay Mil.. ayo kita pulang." Kataku.
"Lo udah beres Pril?" Kata Mila.
"Yaudahlah, makanya gue ngajak lo pulang." Jawabku.
"Elaahh, santai kali pril.."

Setelah itu Mila mengantarku pulang. Sesampainya di depan rumahku, aku turun dari mobil Mila dan berterima kasih padanya.

Tapi tak lama setelah Mila pergi, sebelum aku memasukki rumahku, tiba-tiba saja sebua mobil yang kukenali datang menghampiri. Aku meliriknya malas dan tetap melenggang pergi menuju rumah. Itu mobil Verrel.

"Pril, tunggu pril, aku mau ngomong sama kamu." Teriak Verrel sambil setengah berlari mengejarku. Dan menarik pergelangan tanganku.

"Mau ngomong apalagi sih lo. Gue capek, mau masuk." Kataku.

"Semua ga bener Pril. Aku ga seperti yang kamu pikirin. Aku ga...." belum selesai Verrel berbicara, Prilly sudah menyelanya.
"Cukup rel, minggir!" Kataku tajam.
Verrel malah mengeratkan cengkramannya padaku.
"Verrel apa sih, sakit tau gak.." kataku.
"Gak Pril, kamu harus dengerin aku." Kata Verrel.
" oke. Sekarang kamu jelasin." Verrel melonggarkan pegangannya padaku.

"Dia itu bukan siapa-siapa aku pril, dia itu sepupu aku yang dateng dari Bogor. Aku ga mungkin selingkuhin kamu." Jelas Verrel.

"Gue ga percaya, kalo sepupu kenapa mesra banget? Sampe dibawa ke hotel lagi." Aku tercekat saat magatakan itu. Dia terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu.

"Kenapa diem? Ga bisa jawab kan? Semua udah jelas rel. Kita udah ga ada hubungan apa-apa lagi. Kita putus." Kataku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya.

Tanpa diduga Verrel menubrukku, dia memelukku sangat erat bahkan berusaha menciumku. Aku meronta ingin dilepaskan. Aku memukul-mukul dadanya dan mendorongnya. Tapi dia sangat kuat tapi aku tetap memaksa sampai akhirnya aku terjatuh dan melukai siku ku.

Tetapi saat aku jatuh dan menangis, tiba-tiba saja seseorang datang dan memukul Verrel. Ali. Ya.. Ali datang dan memukuli Verrel habis-habisan karena melihatku menangis dan jatuh terdorong. Aku tetap menangis hingga..

"Cukup li, cukup. Kamu bisa bunuh Verrel." Aku memeluk Ali dan dari belakang.

"LO DENGER YA, SEKAI LAGI GUE LIHAT LO KASARIN DIA, GUE GA SEGAN-SEGAN BUAT ABISIN LO. INGET ITU." Kata Ali lalau aku membawanya masuk ke rumah.

"Kamu gapapa kan bie?" Tanya Ali.
Aku masih menangis.
"Tangan kamu luka, sebentar aku obatin." Ali bangkit dan mengambil kotak P3K
"Aw, pelan-pelan li." Aku meringis.
"Kenapa dia datang lagi, mau apa dia." Kata Ali yang seperrinya bergumam sendiri.
Aku masih sedikit menangis dan kemudian bibi datang mengantarkan minuman
"Diminum dulu non, den." Kata Bibi.
"Makasih bi," kata Ali.
"Minum dulu ya bie." Kata Ali lagi.
Aku hanya menerima minuman itu dan meneguknya. Setelah itu aku merasa sedikit tenang.
Kemudian Ali menyandarkan kepalaku di dada bidangnya.

TBC....

My Perfect ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang