Chapter 15 - Cinquième Leçon

180 17 0
                                    

third person side

Kompetisi cahaya sudah dimulai sejak kemarin. kompetisi hal kebaikan. siapa yang paling banyak berbuat baik maka dia akan menggantikan posisi ratu untuk sementara sampai sang ratu pulih.

kompetisi yang sedang di ikuti semua putra putri cahaya, dan hanya Aurora yang tidak mengetahuinya.

hari ini tentang Michael, yang sedang berpuasa.

Ruang utama dengan lampu istana yang sangat megah dan sapaan hangat dari kehijauan taman di sekeliling ruang.

hanya ada Arvi—putra cahaya ke 4 dan Michael yang sedang membicarakan bahan bahan perlengkapan perang.

"kita butuh banyak sekali mata panah" ucap Arvi memulai percakapan sambil melihat peta kerajaan cahaya.

"dimana aku bisa mendapatkannya?" Michael bertanya kepada Arvi

"ada pembuat mata panah terbaik di kerajaan ini, rumah nya berada sekitar setengah mil ke arah timur dari kerajaan ini" Arvi menjawabnya dengan mata yang masih tertuju pada petanya.

"baiklah aku akan pergi kesana" ucap Michael dengan semangat dan sudah beranjak pergi dari kursinya. Ia hendak ke kandang mengambil kuda hitam miliknya.

"bagus sekali, bawa peta ini. pembuat mata panah itu adalah seorang kakek tua dan rumah nya yang sederhana. berada diujung sungai Alinia—satu satunya sungai di kerajaan cahaya— awas jangan sampai tersesat" Arvi mengucapkannya juga sembari berdiri dan memberikan peta itu kepada Michael.

"terimakasih, aku berangkat"

"sungai ini sangat panjang bagaimana aku bisa menemui ujungnya?" Michael mengernyitkan dahinya bingung sambil melihat peta.

ia meneruskan perjalanan sekitar 15 menit dan ia yakin arah yang ia tuju adalah benar. sekarang ia sudah sampai ditujuannya. rumah sederhana di ujung sungai Alinia.

"Tepat sekali" ia menggumam senang karena sudah sampai ditujuannya.

ia mengikat kuda hitam nya di pinggir pagar rumah pembuat mata panah itu. ia berjalan memasuki pekarangan dan mengetuk pintu nya.

"permisi" ucap Michael sambil mengetuk pintu yang sudah terlihat tua itu.

tak ada jawaban ia mengulang ketukannya lagi dan mengucap permisi.

tak lama ada suara dari dalam, "tungguu" suara seorang pria yang usianya kira kira 60-70tahun itu.

pintu pun dibuka dan pria itu sekarang bertatap muka dengan Michael. Pria itu merasa tidak pernah melihat pemuda di hadapannya namun tetap membiarkannya masuk.

"silahkan masuk" sambut pria itu.

"hmm iya baiklah" Michael menjawab sambil masuk ke dalam rumah itu.

mereka sedang duduk di ruang tamu, namun kakek itu sudah menyuguhkan minuman hangat untuk Michael, Michael ingat ia masih puasa. sehingga ia tidak berani meminumnya. lagipula sang kakek belum menyuruhnya untuk minum suguhan yang ia buat.

"apa tujuanmu kesini nak?" kakek itu bertanya sambil memegang cangkir minumannya.

"aku putra cahaya yang ke 6 kek, aku ditugaskan untuk membeli mata panah di kakek" ujar michael menyebutkan tujuannya kesini.

"hmm begitu ya, lebih baik kau minum dulu minuman yang ku buat, nanti kalau sudah tidak hangat tidak enak" kakek itu menjawab sekaligus mempersilahkan michael untuk minum.

"aku sedang puasa tetapi tidak boleh terlihat sedang berpuasa, lagipula ini puasa ku sendiri bukan tuntutan dari orang lain, apa gunanya berpuasa jika ada makanan berlimpah, atau apa gunanya aku berpuasa tapi mengumumkan diriku sedang berpuasa, tidak enak juga jika aku menolak minumannya lalu menjadi terbuang, itu bukan puasa yang sesungguhnya"

Michael pun mengangguk dan meminum minuman hangat yang disajikan kakek itu.

—————————————————
Maaf yang sebesar besar nya baru bisa update, soalnya author nya lagi PTS + lagi buntu hehehe, tetep vote dan comment yaaa makaasihh - Author

LumièreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang