Three

27 4 1
                                    

Ddrrtt... ddrrttt...

Ara melihat ke layar ponselnya dengan nanar. Ia hanya bisa pasrah sekarang, di recents phone diallernya sudah ada lebih dari 67 nomor asing yang menelponnya dengan nomor telpon berbeda-beda. Dan lebih dari 75 pesan yang dikirim oleh si nomor asing tersebut.

Entahlah, Ara tak mempunyai niat untuk mengangkatnya sama sekali, karena menurutnya tidak penting sama sekali.

Tning!

Unknown number: apa kau sudah mulai bosan padaku? Maaf jika aku tidak pernah mengabarimu. :-(
H+1050

Cepatlah pulang, Di. Dan lacak keberadaan orang iseng ini yang terus menggangguku.

Di kampus, teman-temannya sibuk membicarakan tentang Ara dan Dion. Satu hal yang belum kalian ketahui,

Dion termasuk mahasiswa populer.

Banyak gossip tersebar bahwa mereka berdua putus, banyak juga mengatakan bahwa mereka hubungan LDR.

Ara tak terlalu mengambil pusing soal itu. Toh, menurutnya orang yang menyebarkan berita bohong seperti itu kurang kerjaan.

"Kau tidak ingin mengangkat salah satu dari sekian banyaknya nomor telpon yang menelponmu?" Tanya Olive. Ara hanya mengaduk-aduk es jeruknya menggunakan sedotan sambil menggelengkan kepala.

"Kenapa?"

"Karena itu hanya akan membuang waktuku saja." Ucap Ara santai. "Setidaknya kau bertanya lewat imessagemu."

"Kenapa kau ingin sekali aku mengirimnya pesan?" Tanya Ara yang kini mulai curiga, "aku hanya memberi pendapat, Ra."

"Bagaimana kabar Dion ya?" Tanya gadis itu mengalihkan topik. "Kenapa aku tidak melihatnya lagi? Ia menjauhiku?"

"Bukan begitu, um- lebih baik hari ini kita refreshing saja, kita ke mall."

Ara hanya mengangguk pelan sambil menyeruput es jeruknya yang hanya tinggal sisa.

"Ku rasa dosen sudah masuk, sampai jumpa." Pamit Ara sambil berjalan untuk ke kelas.

Di kelas, pikirannya kemana-mana. Boro-boro merhatiin, diliat papan tulisnya aja enggak.

Ddrrtt... ddrrtt...

"Ms. Callaghan!" Seru dosen yang sedang mengajar. Ara lantas tersentak dan menyembunyikan ponselnya. "Apa yang sedang kau lakukan? Matikan ponselmu, sekarang! Dan keluar dari kelasku."

Ara menunduk bukan karena takut, tetapi siapa yang tengah menelponnya yang sedang belajar ini.

Ah, nomor asing lagi. Dasar pembuat onar.

Ara mendengus dan mengambil tasnya lalu keluar dari kelasnya itu. Ia bingung, kali ini ia akan kemana. Satu-satunya tempat yang tidak pernah sepi pengunjung hanya kantin.

-

"Kau dikeluarkan dari kelas? Kenapa?" Tanya Olive seraya matanya yang masih fokus untuk menyetir. "Nomor asing itu menggangguku. Lumayan ada untungnya juga, otakku tak bisa mencerna apa yang tadi dosen itu ajarkan tadi, jadi plus minusnya dapat."

Olive hanya mengangguk, dan kini mereka sudah sampai mall. Mobil Olive sudah terparkir dengan rapih, dan kini mereka keluar lalu melanjutkan berbelanja.

Tetapi, pada nyatanya bukan 'mereka' berdua yang berbelanja, hanya Olive. Sedangkan Ara hanya menetap di toko buku hingga Olive selesai berbelanja.

"Sudah selesai?" Tanya Ara. Olive hanya mengangguk, sedangkan Ara membawa tiga buku cerita fiksi dan membawanya ke kasir.

"Kau beli apa saja?" Tanya Olive. "Hanya buku cerita biasa, satu thriller, satu romance, satu action." Ucap Ara sambil membaca kembali sinopsisnya.

Sampai rumah, Ara hanya berjalan lurus menuju kamarnya dan membuka plastik segel bukunya lalu membaca.

"Olive," panggil Jackson. "Ada apa, kak?"

"Ara kenapa lagi?" Tanya Jackson. Olive hanya mengerutkan dahi dan mengedikkan bahu sebagai jawaban. "Moodnya sekarang gampang berubah-ubah."

Jackson hanya menunduk sambil berpikir, memang beberapa minggu ini Ara menjadi anak yang pendiam.

Apa karena waktu itu aku tidak memberitahu dirinya? Batin Jackson.

"Jaga ia baik-baik, jangan sampai ia melakukan sesuatu yang tidak-tidak." Ucap Jackson memperingatkan, dengan tegas Olive mengangguk lalu pamit untuk ke kamar Ara.

Tok tok..

"Masuk saja." Ucap Ara dari dalam kamar. Olive membuka pintu dan melihat Ara yang sedang sibuk dengan komputernya. "Sedang apa?"

"Mencoba melacak nomor asing ini." Kata Ara cuek. "Untuk apa?"

"Untuk menasihatinya agar tidak menelpon dan mengirimku pesan seperti orang yang tidak mempunyai kerjaan."

Olive mendesah pasrah, kelakuan Ara kali ini benar-benar aneh. Pelit senyum, pelit ketawa, yang ada malah curigaan mulu sama orang.

"Memangnya kau bisa?" Tanya Olive lagi. "Olive, aku sedang berusaha, oke? Jangan ganggu aku yang sedang bekerja, tidak seperti orang itu yang tidak mempunyai kerjaan."

"Mungkin kerjaannya menelpon orang-orang random dan salah satu yang menjadi targetnya adalah kau."

Ara menatap malas Olive dan menautkan jari telunjuk dengan ibu jari membentuk huruf 'O'.

"Bagaimana ya tadi? Aku lupa apa yang kupelajari waktu itu bersama Dion." Gumam Ara yang masih terdengar oleh Olive.

Olive mengerutkan dahi, "memangnya apa yang kau pelajari bersama Dion?"

"Menjadi hacker," jawaban singkat Ara malah membuat Olive semakin pusing.

Tolong ruqiyah dia secepatnya.

Tning!

Unknown number: jika aku tidak bisa menemanimu lagi, aku ingin kau tidak bersedih untuk waktu yang lama. X

H+1050

-

Author's Note

Well, I didn't know that you read this one of any stories that better than, I was wondering when publish this story like, "wait, what am i doing 2 hours ago?"

Yup, 4 chapters in 2 hours are you crazy? This is insane.

【✔️】 No Caller IDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang