Ini adalah hari, dimana Dion telah lahir, pada tanggal 4 Desember 1997.
Ara sudah siap dengan pakaian yang serba hitam serta jaket musim dinginnya. Tak lupa, Ara memasukkan secarik kertas yang kemarin ia temukan di kamar Dion.
"Ara? Kau sudah siap?" Tanya Ellie dari luar, dengan cepat Ara keluar dari kamar dan langsung dirangkul Ellie untuk masuk ke mobil.
"Kenapa Ara harus memakai pakaian serba hitam? Dion tidak begitu menyukai pakaian yang gelap." Tanya Ara penasaran. Tetapi apa daya, bahwa kedua orangtua Dion benar-benar kehabisan kata untuk menjawab pertanyaan. "Um, tak ada salahnya kan? Dion sudah mulai beradaptasi dengan warna yang gelap."
Ara hanya bisa mengangguk dan melihat pemandangan dari kaca mobil. Perjalanan yang bisa dibilang jauh karena yang pertama, Ara tidak tahu jalan, kedua, dilanda kemacetan, dan yang ketiga, sedang musim dingin.
"Sebentar lagi kita akan sampai, bersiaplah. Oh iya, jangan lupakan ini," Ellie memberi penutup mata pada Ara. Ia menerima dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.
Kenapa kita ke taman?
Kenapa tidak ke apartmentnya saja?
Setelah Ara sudah selesai memakai penutup mata, tepat mobil berhenti dan semuanya turun. Ara dibantu oleh Ellie, sedangkan John memimpin jalan.
"Apa kita sudah sampai? Aku sudah tidak sabar, ini juga hari ulang tahun Dion. Kenapa aku yang harus memakai penutup mata?"
Ellie hanya bisa diam dan terisak, ia tidak pernah sanggup melihat sesuatu yang membuatnya akan semakin jatuh kedalam lubang yang amat dalam.
"Sekarang, duduklah." John akhirnya membuka suara. Ara duduk, tangannya meraba sesuatu.
Tanah, dan batu. Itu yang ia rasakan saat ini.
"Apa ini?" Tanya Ara. Dan kini tangis Ellie terdengar melalui indera pendengaran Ara. Ia pun langsung membuka penutup matanya.
Terkejut, airmata telah siap terjun membasahi pipinya.
Ara menangis didepan Dion.
Pemakaman Dion.
"Dion.. DION!!" Pekik Ara sambil masih menangisi Dion, ia terus mengusap batu nisan yang tertulis nama Dion dan tanggal kematiannya.
September 1st 2017
Ara menangis dengan sangat keras, airmatanya terus membasahi pipinya. Yang ada dipikirannya sekarang hanya penyeselan yang ada dan Dion.
"Sudahlah, tenang. Mama tidak ingin melihatmu menangisi Dion terlalu lama, itu hanya akan membuat Dion menjadi sedih di sana." Ucap Ellie menenangkan Ara sambil memeluknya dari samping.
Setelah membacakan doa untuk Dion, menyiram dan menaburkan bunga, akhirnya mereka bertiga pun pergi. Walau dengan hati yang begitu berat.
Di dalam mobil, mereka diliputi keheningan, tidak ada yang bersuara sama sekali. Menangis pun di pendam, tidak ingin dikeluarkan.
Sampai akhirnya, mereka sampai di sebuah gedung yang tinggi. Ketiganya membuka pintu mobil dan turun, lalu masuk dan menaiki lift untuk ke lantai 12.
KAMU SEDANG MEMBACA
【✔️】 No Caller ID
Short StoryNo description or summary, just read. Then comment how'd you feel after you read this story. Completed. Copyright reserved. 2017 No Caller ID © white-town.