Cupid

2.2K 277 1
                                    

Mataku mengerjap. Ketika sadar sesuatu kenindih sebagian tubuhku yang diselimuti.

Aku melihat sebuah tangan dan kaki yang menumpuk diatasku sempurna.




"Kau siapa?!!!" Kataku.

"apa yang.... ah! SEONGWOOOO!!!" Teriakku heboh.

Pria itu langsung membuka matanya. Terkejut.



"Apa-apa.. ada apa.." ucapnya sangat terkejut.

"Kau! Apa yang kau lakukan bodoh!!!?? Apa kau mau mati!" Makiku padanya.



apa-apaan dia ini. Aku tahu kami memang dekat, tapi kenapa ia tidur sekamar dgnku? Ahh tidak, seranjang-batinku.





"aku jelaskan, kau.."

"Ah berhenti mencari alasan! Aku benci tingkahmu seperti ini," potongku sambil bangun dari kasur dan menatapnya yang masih sibuk mengucek mata merah itu.


"Ahh, kau ini! Dengar dulu.."

"........."



Lelaki itu menari tanganku. Membuatku terbanting keatas kasur.

Kemudian ia memelukku dengan lekat. Menempelkan bibirnya pada puncak kepalamu. Hembusan nafasnya terasa disana.



"Ya! Kau.."

"Aku ini suamimu, mana mungkin kamu lupa itu hmm?" Balasnya.



Astaga?! Bagaimana lupa kalau kami sudah menikah?






"Ahh.. itu, astaga" kataku menyerah. Pelupaku memang semakin parah sepertinya.



"Hehe, aku tau. Kita belum terbiasa bukan? Menikah tanpa berpacaran memang berbeda ya?" Ucapnya masih dalam posisi memelukku.

Iya, kami baru saja menikah. Baru kemarin resepsi kami selesai. Apa aku terlalu lelah untuk mengingat sahabatku ini sebagai suamiku sekarang?

Aku tersenyum simpul.

Balas memeluknya. Menenggelamkan kepalaku pada dada bidangnya. Melakukan hal ini adalah keinginanku sejak dulu. Sejak kami masih bersahabat.




"Kau ini.." katanya setelah melihat tingkah manjaku.

Aku hanya menikmati aroma tubuhnya. Aku suka.




"Apa kau tidak lapar?" Tanyanya.







Aku mengangguk.













"Ahh!!"

"bukankah sudah aku bilang?! Diam dan perhatikan saja!"

Bentaknya seraya berjalan kearahku.

"Mana tanganmu?" Lanjutnya yang tiba-tiba sudah berada disaminhku.

Aku memberi tanganku dengan pasrah-- karena goresan pisau tadi, menyebabkan beberapa tetes cairan merah mengalir.









Pria bermaga ong itu mendekatkan bibirnya pada jariku yang berdarah.

Menghisap setiap tetesan darah yang mulai keluar-agak perih memang.



Aku tak berkata apapun. Ini adegan yang romantis bukan? Maksudku aku memang bodoh. Jadi aku berlagak seolah aku baik-baik saja saat ini. Walaupun aku yakin, jantungku sudah berdetak 10x lebih cepat.







"Sebaiknya dengarkan aku," ia berkata setelah selesai menyedot darah yg ada dijariku.


Aku hanya bisa mengangguk.




"ah iya! Satu lagi," tambahnya sebelum aku pergi keluar dari dapur.




Aku menoleh. Ia berjalan mendekat. Masih dengan celemek merah muda ditubuhnya.









Tubuh tingginya berada dihadapanku.

TAKK!!

Ia menyentil dahiku cukup keras. Aku meringis dan berniat memegang dahiku, sebelum salah satu tangannya menghentikan tanganku.


Sebenarnya kita bersahabat atau suami-istri? Kenapa sikapmu masih seperti ini-_-




Aku mendongak. Tubuh tingginya benar-benar terlihat sempurna dari sini.





"Apa itu sakit?" Tanyanya tanpa dosa.

"Ya! Apa ini?! Kau mau aku bunuh? Aku ini istrimu kau tau? Berhenti memperlakukanku dengan kasar tuan im..."


"Itu hukuman,"potongnya.

Ia menempelkan bibirnya pada dahiku yang semula ia sentil. Tidak ada 3 detik---namun sukses membuat serangan jantungku kambuh.


Aku menatapnya pekat. Seolah bertanya.




"A-ap.."

"Bagaimana? Apa masih sakit?" Kemudian aku hanya bisa menggeleng.


"Kembali lah kekamar, biar aku yg menyelesaikannya..." lanjutnya. Ia tersenyum begitu manis, sambil membelai puncak kepalaku.








            









Jangan terlalu baper gengs!


NOTE : KEEP VOMMENT dah itu aja💓💓






👃👃👃👃👃👃👃👃👃👃

IMAGINE🍭Wanna oneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang