4. Dia Siapa?

482 115 17
                                    

Irene hanya sempat meminum segelas susu putih dan membawa setangkup roti isi selai kacang yang dibuat oleh adiknya dan bergegas menuju halte. Jam di pergelangan tangan kirinya masih menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit, tapi Irene sudah diburu oleh sang Direktur menuju lokasi survey karena klien mereka sudah menunggu 15 menit yang lalu.

Setelah duduk manis di kursi penumpang paling belakang, mulut mungil Irene masih terus meracau dengan napas yang tersengal-sengal karena kesal. Pasalnya, Oh Sehun –Direktur iblis itu- tidak memberi tahu kalau jadwal bertemu klien yang seharusnya mereka lakukan tiga hari mendatang akan dilakukan hari ini dan sepagi ini, seolah Sehun tidak rela kalau seminggu terakhir Irene pulang tepat waktu tanpa ada lembur dan memiliki waktu istirahat yang cukup.

Tiba di lokasi survey Irene langsung berlari menuju tempat yang disebutkan oleh Sehun di telepon saat di bus tadi. Dilihatnya Sehun sedang membicarakan sesuatu dengan lelaki yang perawakannya lebih tinggi beberapa senti darinya. Sepertinya Sehun sedang menjelaskan detail rancangan gedung yang akan dibangun di atas lahan seluas 2.500 meter persegi itu.

"Selamat pagi sajangnim." Sapaan Irene menginterupsi obrolan kedua pria yang langsung menoleh saat mendengar suaranya seraya menyunggingkan senyuman tipis.

"Jadi ini sekretaris barumu?" Lelaki di samping Sehun memperhatikan Irene dari atas sampai bawah. Dress selutut yang dipadukan dengan blazer biru muda terlihat sangat pas di tubuh Irene sehingga membuat lelaki itu tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala.

"Manis. Dari dulu kau memang tidak pernah salah memilih wanita untuk mendampingi pekerjaanmu." Kalimat barusan lebih terdengar seperti ejekan dibanding sebuah pujian di telinga Irene. Dia hanya merespon dengan senyuman masam.

"Aku yakin kalau nenek akan setuju dengan yang ini." Bisikan yang masih bisa didengar Irene membuat Sehun mendelik kesal dan sukses membuat lelaki di sebelahnya terbahak. Irene hanya menatap bingung kedua lelaki yang entah sedang membahas apa dan siapa. Dia memilih untuk mengacuhkan kebingungannya dan mencoba mengalihkan pembicaraan yang menurutnya sudah keluar jalur.

Pembicaraan berlanjut serius tanpa ada selingan obrolan yang tidak penting seperti tadi. Mereka benar-benar membahas detail rencana pembangunan, mulai dari design bangunan sampai perusahaan kontruksi yang akan mereka ajak kerjasama serta orang-orang yang akan memantau pembangunannya. Sehun melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Sudah masuk waktu makan siang dan menolak dengan halus saat temannya menawarkan makan siang. Sehun memilh untuk langsung kembali ke kantor karena masih ada yang harus dikerjakan. Irene yang juga ditawarkan pulang bersama sang Direktur sempat menolak dan bilang kalau dia bisa naik taksi ke kantor. Setelah menawarkan diri beberapa kali, Irene sadar kalau seorang Oh Sehun –Direktur iblisnya itu- tidak bisa ditolak dan berakhir dengan Irene yang duduk di sebelah Sehun dalam kondisi canggung dan sunyi tanpa obrolan apapun sepanjang perjalanan.

***

Irene yang keluar bebarengan dengan Sehun dari mobil sang Direktur menghadirkan tatapan penuh tanda tanya dari para pegawai yang baru saja keuar untuk menikmati makan siang di luar. Selama Irene bekerja di perusahaan itu, baru kali ini mereka melihat Irene keluar dari mobil Direkturnya. Tanpa menghiraukan tatapan aneh para pegawai, Irene berlari kecil menuju kantin setelah membungkuk hormat pada Sehun.

Tiba lantai 2 Irene langsung menuju tempat duduk paling pojok dan mendapati Sunkyu yang sudah berhadapan dengan menu makan siang. Kantin kantor lumayan ramai siang itu, bahkan hampir penuh. Irene menyapa Sunkyu sebentar dan meletakkan tas tangannya di kursi yang bersebrangan dan berlalu untuk memesan makanan.

"Tumben bisa makan siang tepat waktu?" Tanya Sunkyu begitu Irene duduk dengan senampan makanan dan minuman seraya menghela napas.

"Survey dadakan, dan si iblis sukses membuat beberapa pegawainya 'menghadiahi'ku tatapan horror." Jawab Irene sambil menyeruput minuman hingga setengah gelas.

Kacamata Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang