19. Selamat Ulang Tahun Sajangnim

346 78 14
                                    

Seteguk air atau sesuap nasi pun belum ada yang masuk ke mulut mereka tapi seperti sudah diaba-aba mereka semua kompak tersedak. Sang Nenek berhasil membuat orang-orang dewasa yang ada di meja makan kaget dengan Nara yang menatap bingung sekelilingnya.

"Ada yang salah dengan ucapanku?" Pertanyaan justru dilontarkan untuk semua anak cucu menantu yang menatapnya heran.

"Kalimat yang baru saja nenek ucapkan membuat kami semua bingung." Ucap Jimin setelah meneguk segelas air di hadapannya.

"Apa ibu serius dengan ucapan ibu barusan?" Timpal Ayah Jimin.

"Apanya yang harus dibingungkan, dan kenapa aku harus bercanda? Memangnya pertanyaanku tadi terlihat kalau aku sedang bercanda dengan kalian semua?"

Sehun yang duduk di sebelah Neneknya berdeham lantas mengambil tangan Nenek kesayangannya itu, "Lebih baik kita sarapan. Bukan saatnya kita membahas hal yang seperti tadi. Nanti bubur nenek dingin, kasihan Irene sudah membuatnya kalau nenek tidak memakan bubur itu. Nenek tidak suka kan kalau buburnya dingin?"

"Ah iya, ayo makan." Semua tiba-tiba sibuk mengambil lauk pauk dan menikmati santap pagi seolah tidak terjadi apa-apa beberapa menit lalu. Lain halnya dengan Irene yang merasa canggung dan sesekali mencuri pandang ke arah Sehun yang duduk diseberangnya. Irene benar-benar merasa tidak enak dengan direkturnya itu. Rasanya ia ingin cepat pulang bahkan kalau bisa Irene akan meminta pada Tuhan untuk skip hari ini. Ulang tahun Sehun adalah hari yang tidak baik bagi Irene, mungkin.

Selesai sarapan Irene menghampiri Wendy yang sedang berbincang dengan Bibinya di pinggir kolam renang. "Eonni, apa kita jadi pergi belanja?" Irene menyapa dengan senyum canggung pada Ibu Jimin.

"Jadi, kamu bisa bawa mobil kan? Kita pakai mobil Chanyeol, aku sudah bilang tadi."

"Ya aku bisa. Kalau begitu aku bersiap dulu, mungkin sepuluh menit."

"Santai saja, tidak perlu buru-buru. Aku tunggu di ruang tengah." Setelah berpamitan Irene langsung meninggalkan cucu dan menantu keluarga Oh yang kembali melanjutkan perbincangan mereka.

***

Chanyeol, Sehun, dan Jimin menatap tidak minat pada acara televisi di depan mereka. Terutama Chanyeol dan Jimin, mereka lebih tertarik membahas perkataan Nenek saat sarapan tadi.

"Jadi bagaimana hyung, mau menjadikan Irene sebagai istri atau tidak?" Tawa Jimin mengudara bersamaan dengan bantal sofa yang melayang tepat ke mukanya. Chanyeol yang melihat itu hanya tersenyum. Ada sesuatu yang mengganjal tentang perbincangan Irene sebagai istri Sehun ketika sarapan tadi. Entah apa, Chanyeol juga tidak tahu.

"Bercandamu sama sekali tidak lucu." Sehun bersungut kesal sementara Chanyeol menepuk pundak Sehun yang duduk di sebelahnya.

"Kau tahu kalau nenek tidak pernah tidak serius dengan ucapannya. Kalau nenek bilang seperti tadi itu artinya nenek menyukai sekretarismu. Kenapa tidak mencoba mempertimbangkannya?" Chanyeol mengangkat kedua alisnya, berniat meledek adik iparnya.

"Hyung! Kalian ini kenapa sih? Aku bahkan tidak pernah berpikir menjadikan Irene istriku. Aku memang sudah selesai dengan Haera, tapi bukan berarti aku bisa menggantikan posisinya secepat itu. Kenapa pula harus Irene yang menjadi bahan perbincangan di keluarga kita? Mungkin saja ada wanita lain yang akan menjadi istriku nanti."

"Oh Sehun adik kesayangan istriku, jangan seperti itu. Siapa tahu Irene adalah wanita lain yang akan menjadi istrimu seperti katamu tadi. Kita tidak pernah tahu bagaimana Tuhan membolak-balikan hati kita. Sekalipun orang itu sangat kita benci, tapi kalau Tuhan sudah menggariskan kalian untuk bersatu kau tidak bisa apa-apa lagi selain menerima takdir itu."

Kacamata Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang