16. Park Nara

336 87 14
                                    

Adakah yang masih stay di FF ini? 😁 karena malam ini aku gabut dan inget udah 4 bulan lebih nggak up, so here the new part ^^
Enjoy!







Irene kembali disibukkan dengan rapat pembahasan proyek baru dan temu klien. Setelah minggu lalu hanya menghadiri dua sampai tiga rapat dalam lima hari kerja, minggu ini hampir setiap hari jadwal rapat direktur tercatat di agendanya. Bahkan di akhir pekan nanti ada dua agenda rapat yang harus mereka hadiri karena alasan pribadi klien. Tentu saja Irene harus siap menanggung resiko sebagai sekretaris direktur salah satu perusahaan besar Korea Selatan.

Memperhatikan Irene yang serius berkutat dengan layar tablet membuat saran Jimin dan nasehat Chanyeol minggu lalu terlintas berbarengan di kepala Sehun. Menjadikan Irene kekasih dan membuka hatinya untuk wanita itu demi melupakan Haera? Sehun tentu tidak setega itu menjadikan wanita baik seperti Irene sebagai tempat pelariannya dari Haera. Jahat kalau dirinya benar melakukan hal itu, membuka hatinya untuk orang lain sementara didalam hatinya masih terpatri nama Haera dengan sangat jelas. Tidak mungkin Sehun melakukannya.

"...dan meminta kita untuk mengundur pertemuannya." Sehun tergagap tidak mendengar jelas perkataan Irene. Berapa lama dirinya tidak fokus sampai apa yang dikatakan Irene barusan dia tidak mendengar.

"Hm! Bisa kau ulang?" Sehun berdeham menetralkan raut mukanya yang ditanggapi dengan gelengan samar dari Irene. Tidak biasanya Sehun tidak fokus pada apa yang sedang mereka bahas.

"Nyonya Kim tidak bisa menemui kita akhir pekan ini karena ada hal mendadak yang tidak bisa ditinggalkan dan meminta kita untuk mengundur pertemuannya." Terang Irene mengulang kalimat yang beberapa detik lalu ia ucap.

"Kau punya semua jadwalku kan? Atur dan sesuaikan pertemuan dengan Nyonya Kim, lalu kabari aku. Ini sudah lewat waktu pulang. Lebih baik kau bersiap."

***

"Apa yang sedang kau lakukan calon Nyonya Park?" Irene masuk menyunggingkan senyum saat melihat adiknya sedang memperhatikan cincin di jari manisnya. Cicin yang mengikat Seulgi dan Jimin minggu lalu.

Seulgi tersenyum seraya bangkit dan duduk sila di atas kasur. Memperhatikan Irene meletakkan tas kerjanya di atas sofa lalu membuka lemari dan mengganti baju kantornya dengan baju rumahan.

"Aku tidak percaya kalau aku akan segera menjadi istri kekasihku." Ekor mata Seulgi mengikuti pergerakan Irene menuju meja rias guna membersihkan sisa makeup di wajahnya.

"Tentu saja kau akan menikahi kekasihmu. Memangnya kalian hanya akan menyandang status pacaran sampai tua?"

"Bukan itu maksudku. Kau tahu sendiri kan bagaimana sikap calon mertuaku?"

"Wow, kau bahkan sekarang berani menyebut calon mertua pada Ibu kekasihmu." Keduanya tertawa. Irene menghampiri Seulgi dan duduk dengan posisi yang sama saling berhadapan.

"Bagaimana persiapan pernikahan kalian?"

"Akhir pekan ini Jimin mengajakku memilih cicin pernikahan kami. Kau mau ikut?"

"Maksudmu kau ingin menjadikanku wanita malang dengan mengikuti sepasang calon pengantin memilih cincin pernikahan mereka? Tidak, terimakasih." Raut muka Irene dibuat kesal yang justru membuat Seulgi terkekeh geli.

"Jimin mengajak Nara, jadi kau bisa bermain dengan Nara."

"Nara benar-benar seperti sudah memberi perekat pada Jimin, ikut kemanapun pamannya pergi." Irene tersenyum, membayangkan dirinya benar-benar bertemu Nara akhir minggu ini.

"Bagaimana, kau mau ikut?"

Irene mengedikkan bahu dan bangkit dari kasur menuju kamar mandi. Tubuhnya butuh air hangat setelah seharian sibuk dengan pekerjaan. "Akan aku pikirkan."

Kacamata Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang