AKU MENCINTAI TAKDIRKU
Bastian Ali Syarief
Riwayati Prilly Consina
Sekali lagi Ali memperhatikan dandanannya di depan cermin, merapikan kemeja batik yang ia pakai. Sebelum akhirnya suara seseorang memanggilnya, mengharuskan ia menyudahi apa yang sedang ia lakukan.
"Kak..."
"Bentar..." Jawab Ali sedikit berteriak saat mendengar sang adik memanggilnya.
Ali segera keluar dari kamarnya. Ternyata beberapa orang sudah berkumpul di ruang tamu menunggunya.
"Lama banget sih?" Protes sang mama saat Ali sudah berada di dekatnya.
"Hehe... maklum Ma mau ketemu sama camer... jadinya pingin terlihat gantenglah..." Jawabnya sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Ya sudah ayoo... Pasti kita sudah ditunggu." Instruksi sang papa.
Rombongan keluarga Ali yang hanya terdiri dari empat orang tersebut segera berlalu dari rumahnya.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk mereka sampai pada tempat tujuan. Hanya butuh waktu 10 menit saja jika mereka berjalan kaki, berhubung mereka menaiki sepeda motor, jadi ya paling dua atau tiga menit sudah sampai karena mereka bertetangga.
"Assalamualaikum...." Ucap Pak Syarief setelah sampai di halaman rumah calon besannya.
"Waalaikumsalam..."
Waktu menunjukkan pukul 07.10 malam saat mereka tiba di tempat tujuan. Molor 10 menit dari yang telah mereka janjikan.
"Maaf kami terlambat." Ucap Bu Ressi saat Bu Ully menyambut kedatangan mereka dan mempersilakan masuk.
"Oh, tidak apa-apa. Ayo silahkan duduk." Jawab Pak Syarief dan mempersilahkan mereka duduk.
Tak lama kemudian Bu Ully kembali dengan membawa beberapa cangkir teh hangat serta camilan untuk menyuguhi kedatangan calon besannya.. Dan mengalirlah cerita para orang tua dari kedua belah pihak. Saling menceritakan kebiasaan baik dan buruk anak masing-masing. Hingga dirasa acara basa-basi itu cukup, Pak Syarief pun memulai pembicaraan pada intinya.
"Pak Rizal, kedatangan kami ke sini pertama untuk silaturrahmi. Kedua, kami ingin meminang salah satu anak gadis bapak untuk putra kami, Ali."
Suasana yang tadinya ramai karena gelak tawa mereka pun kini berubah menjadi sedikit tegang.
Pak Rizal menyambutnya dengan senang hati. "Terima kasih Pak Syarief, silaturrahmi Bapak sekeluarga kami terima dengan senang hati. " Ucap Pak Rizal seraya tersenyum lebar.
"Dan untuk masalah pinangan, kami sangat menghargai niat Bapak sekeluarga. Kami juga pasti senang bisa besanan dengan Bapak. Namun, anak gadis kami ada dua. Jadi yang mana yang Bapak maksud untuk dijadikan menantu? Si mbak apa adiknya?" Lanjutnya meminta penjelasan.
"Untuk itu biar Ali yang menjawabnya pak." Pak Syarief menoleh ke arah Ali yang duduk disampingnya.
"Si Ragil Pak." Jawab Ali dengan jantung yang berdegup kencang.
"Apa kamu serius ingin menjadikan si Ragil istrimu?" Tanya Pak Rizal memastikan.
"Iya Pak." Jawab Ali yakin.
"Tapi Ragil baru kelas X lho Nak... Apa kamu sanggup menunggunya lulus dua tahun lagi?"
"Saya sanggup Pak." Jawab Ali lagi meyakinkan.
"Apa boleh Bapak memberikan saran?" Ali mengangguk dan tersenyum saat Pak Rizal menawarkan untuk memberi saran.
"Bagaimana jika dengan si mbaknya saja?" Ali terbelalak mendengar ucapan Pak Rizal yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Senyum diwajahnya pun pudar seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
The One
Short StoryKamulah satu-satunya. Satu-satunya yang aku sayang, aku rindu, aku cinta. Hanya kamu satu cintaku. Kumpulan cerpen yang suatu saat akan dibuat versi panjangnya) 😁