TRAUMA CINTA
Ahmad Ali Afrizal
Prilly Safira Erliani
Perlakuan kejam dan semena-mena yang selalu diterima Prilly membuatnya menjadi trauma dan ragu atas sikap baik Ali, suaminya. Apalagi yang ia tahu bahwa Ali tak pernah menganggap ada ikatan suci di antara keduanya karena pernikahan mereka hanyalah pernikahan di bawah tangan atau bahasa kerennya pernikahan siri. Bahkan, Ali tak segan membawa kekasihnya ke rumah, tak merasa sungkan pula untuk bermesraan di hadapan istri siri yang hanya diakuinya sebagai salah satu asisten di rumahnya.
"Dia, pembantu baru kamu ya honey?" Tanya Laila sesaat setelah Prilly membukakan pintu untuk mereka.
"Iya..." Jawab Ali malas dan menghendikkan kedua bahuanya acuh. Kemudian mengajaknya duduk di sofa. Lalu menyalakan televisi yang ada dihadapannya. Menyadari bahwa kekasihnya tak membuka suara lagi, Ali pun menoleh...
"Kenapa sih love?" Tanya Ali begitu mendapati wajah Laila yang ditekuk.
"Awas ya kamu naksir pembantu barumu itu nanti!" Jawab Laila melayangkan tatapan tajamnya pada Ali.
"Hahaha...."
"Kok malah ketawa sih?" Tanya Laila kesal.
"Lagian kamu lucu love... Mana mungkin sih aku naksir sama dia? Ada-ada aja kamu nih." Jawab Ali sambil menowel dagu Laila. Kemudian mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir gadis itu.
Bahkan tak peduli dengan kedatangan Prilly yang menyuguhkan minuman serta camilan untuk mereka. Ali melanjutkan aksi ciumannya dengan melumat bibir seksi kekasihnya itu hingga suara decapan pun terdengar begitu mengerikan di telinga Prilly. Dengan secepat kilat ia pun bergegas meninggalkan ruangan itu yang telah membuat dadanya merasa sesak. Tak mau tahu lagi apa yang terjadi setelahnya pada pasangan mesum itu.
Selain suara decapan yang sangat mengganggu indera pendengarannya, tingkah gadis yang selalu bersandar dan bergelayut manja pada Ali itu pun merusak indera penglihatannya bahkan sampai terdengar suara gelak tawa yang begitu membahagiakan dari pasangan tersebut, namun memilukan untuk Prilly yang mendengarnya hingga akhirnya mereka berdua pindah masuk ke dalam kamar Ali yang berada di lantai atas sampai keadaan kembali senyap. Seperti itulah pandangan yang selalu tersaji di depan mata Prilly tiap kali Ali mengajak kekasihnya ke rumah.
"Yang sabar ya non..." Mbok Rum pun hanya bisa mengelus punggung si nona mudanya itu saat tubuhnya terlihat bergetar.
Belum cukup rasa sakit dan pedih yang Prilly rasakan, bahkan Ali menambahnya dengan rasa yang teramat pahit dalam hidupnya.
"Prilly... buka pintunya...." Ali berteriak dan menggedor pintu rumahnya saat menjelang dini hari.
Dengan tergagap Prilly bangun dari tidurnya karena kaget mendengar suara gedoran dan teriakan yang tak berhenti itu akhirnya Prilly membukakan pintu.
"Lama amat sih?" bentak Ali setelah pintu terbuka dan duduk di sofa ruang tamu. Tanpa merespon ucapan Ali, Prilly pun mengunci pintu kembali dan segera berlalu dari hadapan Ali.
Namun tak disangka tiba-tiba Ali membopongnya kemudian membanting Prilly ke atas kasur dengan kasar.
"Tt... Tuu.. tuan..." Suara Prilly tercekat dan ketakutan menghampirinya saat Ali dengan senyum seringaiannya mulai melepaskan bajunya satu persatu.
"Ja... Jangan tu...an." Prilly memundurkan tubuhnya berusaha melepaskan diri dari cengkraman Ali.
"Layani aku..." Dengan beringas Ali menyeret kaki Prilly hingga jatuh telentang kemudian menindihnya, menyobek baju tidur yang Prilly kenakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The One
Short StoryKamulah satu-satunya. Satu-satunya yang aku sayang, aku rindu, aku cinta. Hanya kamu satu cintaku. Kumpulan cerpen yang suatu saat akan dibuat versi panjangnya) 😁