[ Satu ]

39.1K 2.6K 156
                                    

"Anyaaaaa!!!! My darling..." Artha merentangkan kedua tangannya saat melihat Anya nongol di lorong Rumah Sakit. Menengok Amor sahabatnya yang habis melahirkan bayi kembar.

"Norak lo kutu monyet." Desis Anya dengan wajah jengah. Mendorong Artha dengan buket bunga mawar untuk Amor. Suasana hatinya sedang tidak baik. Telepon dari sang ayah semalam di kampung halaman begitu mengusik hatinya.

Anya masuk ke dalam kamar inap Amor. Mencoba menarik senyum sewajar mungkin. Anya tidak ingin Amor menyadari ia sedang dalam keadaan bad mood parah.

Artha sudah terbiasa dengan sambutan judes bin pedes dari Anya. Karena sejudes-judesnya Anya, bagi Artha perempuan bermata indah itu punya sisi menggemaskan yang haqiqi. Dan satu-satunya perempuan yang nggak pernah lumer dengan setiap gombalannya. Tapi herannya Artha nggak akan pernah bosan menggombal apalagi sekedar mencandai Anya. Suka pegal-pegal kalau sehari melewatkan tanpa mengirim gombalan receh pada Anya.

Artha menyusul masuk ke dalam kamar inap. Tampak pemandangan Anya yang sedang mencandai salah satu bayi Amor dalam gendongannya.

"Iiiggggh....lutcuuu banget sih kamyuuu. Ututututuuuuu....Onty gemesss jadinya. Onty bawa pulang mauuu?"

Pemandangan yang langsung bikin naluri kebapakan Artha mendadak bangkit.

"Bawa pulang? Bikin sendiri sana!" Amor menimpali dengan geli.

"Bagi dong resepnya. Gimana caranya bikin baby semanis ini? Bahan-bahannya apa aja Moy?"

"Lo kira bikin bayi kayak bikin nasi gudeg. Bahan-bahannya ada dijual di pasar induk? Cari calon bapaknya dulu. Yang berkualiti super tentunya." Celetuk Artha menyerobot. "Kayak gue..." Sambil duduk menopang kaki.

"Elo? Berkualiti super? Nggak salah? Kualitas super elo masih kalah jauh kalo dibandingin ama kualitas super biji jagung bisi dua." Timpal Anya sambil meletakan bayi Amor di box.

"Biji jagung? Lo kira gue sebangsa palawija? Bapak Budi pun tahu gue pria berkualiti. Garansi seumur hidup, digilai banyak wanita. Tua muda, anak kecil. Single, janda sampai yang masih bersuami."

"Hahahaha....ngaca dulu lo sono di pantat kuali. Kasihan kalo ngaca di cermin bikin pecah!"

"Sudaaah sudaaaah! Kalian kapan akurnya sih? Nanti di depan penghulu kalian juga cekcok begitu?" Amor menengahi dengan geli. Dua sahabatnya ini memang nggak pernah akur tiap ketemu.

Mata besar Anya sempurna terbelalak lebar. Bahkan Amor pun ikut berkonspirasi mendukung Artha.

"Demi bumi dan langit! Bayanginnya aja gue ilfil!"

"Lo lagi PMS ya Nyak? Biasanya lo kalo ejek-ejekan ama Artha nggak sampai sesensi ini."

Tuh kan...Amoy tetap aja tahu.

"Keabisan pensil alis kali Moy." Celetuk Artha dibalas pelototan mata Anya.

"Artha lo diem di situ. Jangan ngomporin Anya terus. Kalo mau cekcok lagi silahkan cari tempat yang jauh. Jangan di depan bayi-bayi gue. Nanti mereka nangis."

"Siap mommy!" Artha mengangkat tangan hormat.

"Tha...tolong belikan Anya softdrink gih." Pinta Amor.

"Siap!" Artha berdiri lalu nyengir ke Anya. "Neng Anya mau babang beliin apa? Kiranti, beras kencur dingin atau gula asem?"

"Apa aja. Yang penting lo cepetan angkat kaki dari sini. Pliss kalo bisa belinya yang jauhan. Beli di Labuan Bajo juga boleh." Sahut Anya sambil mengibaskan tangan mengusir Artha.

"As you wish my lady..." Artha membungkuk sambil tersenyum dengan wajah tengil. Sosok Artha hilang dibalik pintu.

Anya menarik nafas panjang, setelah mereka hanya berempat di kamar. Amor, kedua bayi kembarnya dan Anya.

LoveSickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang