[ Sebelas ]

12.1K 1.8K 42
                                    

"Lo tau dah jam berapa ini?" Wajah Amor terlihat bete di video call.

"Jam dua pagi." Sahut Anya mantap.

"So? Kenapa jam segini lo ga tidur malah video call gue?"

"Gue baru sampe nih. Nggak bisa tidur." Anya terkekeh sambil mengingat moment pertemuannya dengan Pasha. Sempat menyesal kenapa hari itu ia malah absen dandan. Untung Pasha masih memujinya 'cantik'. Coba kalau saat itu Anya dandan, Pasha mungkin akan langsung melamarnya saat itu juga. Hmm...Anya over percaya diri. Saat ini rasa percaya dirinya melebihi tinggi badannya.

"Terus kenapa lo belum tidur juga?"

"Gue lagi nenenin..."

"Daddy-nya?" Ceplos Anya.

"Sinting lo. Abis mabok ganja lo ya?"

Anya ngakak keras di dalam kamarnya, di atas ranjangnya di dekat kopernya yang baru ia bongkar untuk memisahkan pakaian kotornya. Baru dua jam yang lalu ia sampai di Jakarta.

"Gue lagi nenenin Everest. Lagi panas nih." Amor malah curhat sambil menurunkan layar smartphone-nya ke bawah, memperlihatkan Everest yang menempel di payudaranya.

"Ya Allah....tapi Ellora nggak ikut panas kan?"

"Untungnya nggak. Lagi dikelonin daddy-nya."

"Syukurlah."

"Lo kayaknya lagi bahagia banget..." Terka Amor tiba-tiba bikin Anya makin berbunga-bunga.

"Gue pengen cerita!" Anya menjerit kegirangan.

"Lo jadian sama Artha?"

Gubrak! Anya sampai jatuh dari kasurnya. Kaget.

"Bukan!" Jerit Anya kesal. Nggak terima banget. "Kenapa lo mikir sampe kesana? Amit-amit!"

"Artha post selfie kalian di ig. Ya nggak salah kan gue kira kalian..."

Anya tertawa bete.

"Itu mutant kutu dikasih kesempatan sukanya ngelunjak deh. Gue nggak jadian sama dia. Gue malah nyesel ngajak dia ke Aceh."

"Lho kenapa? Dia bikin onar?"

"Nggak. Dia nurut kaya puppies sih..."

"So?"

"Ini karena Pasha." Ceplos Anya menyebut nama pria yang sedang membuat perasaannya mabuk kepayang.

"Pasha Ungu? Yaelah, Nyaaaak. Laki orang tuh. Anaknya banyak lagi..."

"Hellew....kita bukan lagi ngobrolin Pasha yang punya kuncir ucul itu kaleee. Tapi Pasha Iskandar kawan bokap gue."

"Oooo...si datuk maringgih itu namanya Pasha Iskandar? Ceritanya besok aja gimana?" Amor menyahuti dengan wajah tidak antusias.

"Wait! Waiiiiit! Gue nggak bisa nunggu sampe besok!"

"Okay." Amor mengalah.

"Dia nggak setua itu sayang. Dia hanya lebih tua tiga tahun dari gue kok. Dan gantengnya masya Allah bikin gue pengen jerit-jerit sampek sekarang." Anya heboh sendiri.

Sementara Amor tidak merasakan sebaliknya. Maklum kurang fokus, karena anaknya lagi panas.

"Dan lo akhirnya suka sama pilihan bokap lo?"

"Dengan sangat menyesal. IYA!" Anya jerit-jerit lebay sampai jeritannya membuat Jovan membuka separuh matanya namun tidur lagi begitu tahu siapa pemilik suara cempreng itu.

LoveSickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang