Part 27

3.5K 257 54
                                    


***

Krystal melemparkan tas gendong nya ke sembarang arah, nafasnya yang naik turun menandakan ia masih marah atas kejadian tadi.

Sebenarnya disini siapa yang harus disalahkan?

Siapa juga yang harus berjuang?

Seharusnya jika memang chanyeol sudah tak menginginkan kehadirannya, laki-laki itu tak perlu membuatnya begini. Berjuang sendirian ditengah kepedihan yang selalu ia terima. Begini-begini juga ia punya perasaan. Berjuang demi seorang laki-laki seperti chanyeol untuk pertama kalinya.

Krystal menggigit bibir bawahnya. Matanya berkelana dengan cairan bening menumpuk disana. Dan tanpa izin, liquid tersebut menetes makin banyak membelah pipinya yang tirus.

Ia memukul dadanya yang sesak. Meratapi dirinya sendiri yang begitu bodoh. Krystal menunduk, memeluk kedua kakinya dan membenamkan kepalanya disana dengan isakan yang menyayat hati.

***

'Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi.. Silahkan tinggalkan pesan--'

Tut.. Tut.. Tut

Chanyeol melempar ponsel miliknya sembarang arah. Sudah berkali-kali ia menghubungi krystal, namun gadis itu tak kunjung mengangkat telepon darinya.

Hari sudah menunjukan pukul 20.45 malam, dan chanyeol masih memakai baju sekolahnya. Ia baru saja pulang dari pelajaran tambahan disekolahnya. Dan sudah terhitung puluhan kali sejak tadi ia menelpon gadis yang terus ada dalam pikirannya membuatnya kocar-kacir tak menentu.

Sejak kejadian tadi, ia tak melihat lagi krystal. Bahkan sampai saat ia dengan sengaja datang ke kelasnya pun, gadis itu tak menunjukan batang hidungnya sedikitpun didepannya.

Baik, ia bersalah. Ia mengakui itu.

Ia hanya.. Tak tahu jika sikapnya tadi membuat krystal sakit hati. Ia mengerti gadis itu marah. Tak suka saat ia bersama dengan irene. Karena sejujurnya, ia pun tak menginginkan hal itu.

Beberapa hari ini irene selalu datang menemuinya dimanapun. Membuatnya tak bisa menolak ataupun bersembunyi karena kedatangan irene yang tiba-tiba. Dengan tak memberitahunya dahulu. Tak peduli jika chanyeol sibuk atau tidak, gadis itu selalu datang.

Chanyeol mengumpat, merutuki dirinya yang begitu plin-plan untuk sekedar menyadari perasaan yang sebenarnya pada krystal. Berulang kali ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia mencintai gadis itu. Ya, sangat mencintainya.

Tapi pikiran lain membuatnya ragu jika ia mencintai gadis itu. Ia laki-laki pengecut. Laki-laki yang hanya bisa membuat gadis itu menangis dan menyakiti perasaannya. Ia merasa krystal tak pernah bahagia saat bersamanya. Dan ia takut ia tak akan pernah bisa membuat krystal bahagia jika bersamanya.

"Astaga! Apa yang baru saja kulakukan." erang chanyeol.

Chanyeol lalu menyambar kunci mobil miliknya dan keluar dari kamarnya. Berjalan dengan tergesa untuk sampai dipintu utama kediaman keluarganya itu.

***

"Eunghh.." krystal terbangun.

Beberapa kali menggelengkan kepalanya yang terasa pening. Ia tertidur. Diliriknya jam dinding yang ada dikamarnya.

21.15

Ia tidak ingat kapan terakhir kali ia melihat jam dindingnya, karena seingatnya, ia menangis sejak pulang sekolah yang ia rasa masih terlalu siang.

Masa bodoh dengan itu. Krystal memilih turun dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuhnya terasa lelah.

-

Married YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang