Terlupakan

12K 686 3
                                    







"Ya mba...jangan kasih tau mama.. beneran kok, Hera gak bohong" rengek Hera pada Jenna yang masih asik menonton acara TV.

"Kalau gak bohong kenapa gak mau sampai tante tau"

"Ih.. mba kok gitu sih, Ares tu
pemaksa. Kalau Hera nolak, dia bakalan ganggu Hera terus"

"Jadi maksudnya sebagai syarat perjanjian?"

"Ya gitu, Hera cape digangguin terus, Hera janji dech kalau habis ini dia masih gangguin. Hera bakalan ngomong sama Mama"

"Jadi mba harus sekongkolan sama kamu gitu"

"He'em"

"Janji cuma dua jam aja"

"Iya, nonton doank kok"

"Di mana?"

"Time Square"

"Ok.. mba ikut"

"No.."

"Loh kenapa?"

"Areskan kenal mba. Pasti dia nanti tau"

"Loh kalau tau emang kenapa?" Goda Jenna agar Hera semakin sulit untuk menjawabnya.

"Mba Jenna!!" Hera benar-benar tidak tau lagi harus membujuk sepupunya yang sudah ia anggap kakak kandungnya itu..

"Hmm. Ok. Dua jam terhitung dari kamu berangakat"

"Ok" jawab Hera semangat. Masa bodo nanti kalau terlambat, yang Hera harus pastikan adalah Ares harus menepati janjinya setelah ajakanya terpenuhi.

Jenna sedikit lega karena apa yang dikatakan Hera memang benar kalau mereka hanya menonton. Tapi kelegaan Jenna terhenti kala melihat film apa yang akan di tonton kedua remaja itu. Film horor, dan Jenna mengalah. Cukup saja sampai disini jenna menguntit. Demi apapun Jenna baru kali ini menguntit dan yang lebih memalukan lagi adalah menguntit sepasang remaja.
Ya ini semua demi amanat dari tantenya untuk menjaga Hera.

Sambil menunggu, Jenna memutuskan untuk mengisi perutnya yang tiba-tiba lapar. Jenna masuk kesebuah restoran cepat saji dan segera memesan makanan begitu ia mendaptkan spot yang bagus untuk mengawasi kapan Hera dan Ares keluar.

Sambil mengunyah kentang gorengnya, Jenna memperhatikan sepasang suami istri dan juga balita yang mungkin baru berumur 2 tahun di samping mejanya. Sang suami yang duduk di samping istrinya itu mengusap-usap perut buncit sang istri, membuat Jenna tersentak akan kenyataan. Wajahnya tiba-tiba saja memucat dan nafasnya mulai tak beraturan. Sungguh ia lupa dengan apa yang tengah terjadi padanya. Ya ia melupakan janin yang tengah tumbuh dalam rahimnya. Seketika Jenna berdiri dan langsung pergi, pikiran Jenna tidak lagi terfokus untuk mengikuti Hera.

****

Jenna masih termenung di dalam taxi yang tengah membawa dirinya dan juga Hera pulang. Walau otak dan hatinya tengah berkecamuk tapi Jenna sadar ia tidak boleh membiarkan Hera sendiri. Jadi tadi saat ia memutuskan untuk pulang, Jenna malah berbelok ke arah toilet untuk menenangkan diri. Setelah merasa tenang, barulah Jenna kembali. Tapi bukan kembali ke restoran itu lagi, tapi langsung menunggu di pintu keluar bioskop. Begitu melihat Hera keluar bersama Ares, tanpa basa-basi Jena menarik tangan Hera sambil melemparkan tatapan tak suka pada Ares.

Celotehan Herapun tentang cerita film horor yang habis ditontonya itu tak Jenna tanggapi sedikitpun, pikiranya sedang melayang-layang pada ingatan direstoran tadi.
Jenna menatap perutnya yang masih rata dan dengan ragu mengusapnya. Jenna sudah melupakan janinnya yang tengah tumbuh satu minggu ini.

"Kau melupakanya" bisiknya dalam hati."tidak lebih tepat sengaja melupakanya" bisik yang lain dalam hatinya.

Jenna tersadar dari lamunanya saat Hera memintanya untuk turun.
"Mba kenapa sih. Seharian ini aneh banget"

"Apanya?"tanya Jenna menutupi kegamangan hatinya.

"Ya aneh aja, pagi tadi mba keliatan baik-baik aja, truz tiba-tiba nyusul aku sampai kesana. Aku ngoceh sepanjang jalan gak dikomen sedikitpun"

"Udah sana mandi udah sore" hanya itu yang bisa Jenna katakan sekarang, sunggu ia butuh menenangkan diri kembali.


TBC

JENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang