JENNA SAFARINA

11.6K 752 7
                                    


Harap maklum kalau dalam cerita ini banyaaaak sekali typo yang bikin sakit mata. Dan juga perubahan nama-nama belakang pemerannya. Penulisnya masih amatiran dan juga suka galauan...
Hahaha....
Cuma bisa update weekend, itu juga kalau lagi mood. So jangan dibikin galau ya? Kayak penulisnya.

Happy reading!!!!!
Happy weekend!!!!



"Mereka sudah menghubungi keluarga Jenna?" Tanya Bima yang sudah menjenguk Jenna yang masih belum sadar akibat pengaruh obat.

Bima juga tadi sudah menjelaskan pada Alan bahwa yang tengah dirawat itu bukanlah sekretarisnya melainkan staff baru di divisinya.

"Ya. Mungkin sekarang dalam perjalanan kemari, tapi kau bilang dia  staff baru?"

"Ya. kenapa?"

Alan hanya menggeleng pelan, ia belum menjelaskan pada Bima bahwa  staff barunya itu hampir keguguran. Dan Alan ingat betul peraturan perusahaan milik sahabatnya itu.

Lamunan Alan langsung buyar saat dua wanita datang dengan tergesa dan menanyakan keadaan Jenna. Bima langsung mengantar keduanya untuk melihat keadaan Jenna.

***

Esoknya berita tentang Jenna yang pingsan di toilet langsung menjadi perbincanagan hangat di divisi pemasaran, apalagi awalnya yang diberitakan adalah Anggi sekretaris  dari Bima.

Bahkan berita itu juga sudah sampai ke ruangan Altara ketika pria yang hari ini mengenakan jas navy dengan kemeja dan dasi senada itu baru duduk di kursi kebanggaanya.

"Apa ini?" Tanya Altara saat Alan pagi-pagi sudah menghadapnya sambil menyodorkan sebuah map.

"Yang kau cari" Ujar Alan menyandarkan punggungnya.

"Kau menemukanya?"

"Mungkin sebuah kebetulan" Jawab Alan acuh tak acuh.

Altara menghiraukan sikap aneh sahabatnya itu dan lebih perduli dengan map yang baru disodorkan Alan. Segara ia buka dan matanya langsung membaca semua tulisan yang ada di lembaran kertas itu.

"Bagaimana bisa?" Gumam Altara tak percaya.

"Tentu saja bisa, ketelitianku itu sangat tinggi. Jangan lupa Tara" Ujar Alan membanggakan diri.

"Bagaimana kau medapatkan ini semua?" Tanya Altara akhirnya setelah menetralkan ekpresi terkejutnya. Ia butuh penjelasan.

"Awalnya aku hendak langsung pulang setelah berpamitan, tapi aku ingat perintahmu untuk mengurusi administrasinya juga. Dan yah di saat itulah aku menemukan nama lengkapnya. Aku hanya penasaran tapi rasa penasaranku terbayar dengan semua data yang aku dapatkan. Jenna Safarina. Ternyata wanita yang tengah mengandung anakmu itu ternyata karyawanmu sendiri" Jelas Alan panjang lebar.

"Kau sudah pastikan pada Langit?"

"Tidak hanya padanya, bahkan pada suster yang kemarin menjelaskan ciri-ciri Jenna, suster itu langsung mengiyakan foto yang aku tunjukan padanya. Yah kalau kau masih ragu, lakukanlah pengetesan kembali. Aku kira Langit dan dokter yang lain akan membantumu"

"Itu kesalahan mereka dan tanggung jawab mereka untuk memastikan kebenaranya" ujar Alatara tegas.

"Ok. Akan aku beritau mereka"

"Tugasmu sudah selesai Lan, ini tugas Langit"

"Aku hanya penasaran, tapi baiklah" jawab Alan bangkit. Toh nanti juga ia akan tau. Pikir Alan. Tapi langkahnya terhenti saat mengingat sesuatu.

"Ah... aku hampir lupa mengatakan sesuatu padamu"

"Apa?"

"Ny. Diaz mengetahuinya"

"Sial. Kau membocorkanya?" Tanya Altara tiba-tiba bangkit.

"Dia mengajakku makan siang waktu itu. Dan kau tau sendiri sifat ibumu yang yah you know" jawab Alan tanpa rasa takut melihat Altara terlihat berang. Lantas Alan langsung keluar setelah memberikan senyum setengahnya.

***

Subuh tadi Jenna baru siuman dan baru menyadari kalau ia sedang dirawat di rumah sakit. Tante Lena sudah menjelaskan apa yang terjadi padanya, dan Jenna merasa lega karena janin dirahimnya baik-baik saja. Mungkin Jenna mulai menyayangi janin yang tengah tumbuh di rahimnya itu.

Dokter baru saja menjelaskan kalau dia harus istirahat total untuk memulihkan keadaanya karena semalam ia mengalami sedikit pendarahan dan keadaan janinnya masih rawan.

Jenna mendesah pelan mengingat penjelasan tantenya tentang siapa yang sudah mengantarnya ke rumah sakit. Tentu saja orang-orang kantor, dan sudah dipastikan tak berapa lama ia pasti akan mendapatakan kabar bahwa ia dikeluarkan dari perusahaan.

Mungkin itu memang jalanya. Jenna akan memikirkanya lagi nanti, saat ini ia tidak boleh strez mengingat keadaan janinnya masih rawan. Ia harus banyak-banyak istirahat.

Belum sempat Jenna memejamkan mata, kamar rawatnya kembali terbuka. Jenna kira tantenya sudah kembali setelah tadi pamit untuk kekantin bawah.

Tapi malah beberapa dokter masuk bersamaan ke ruanganya, mereka menggunakan seragam putih yang sama dengan dokter yang tadi pagi memeriksanya.

"Selamat siang nyonya Jenna Safarina" Sapa salah seorang dokter dengan senyum ramah dan mendekat pada Jenna.

Tapi kenapa Jenna terkesima melihat senyum dan wajah tanpan dokter di depanya itu. Ya dokter yang tersenyum kearah Jenna ini sulit untuk diacuhkan ketampananya.

"Perkenalkan saya dr. Langit dan di sebelah saya dr. Prayoga" dr. Langit hanya memperkenalkan dirinya dan juga dokter yang ada di sebelahnya.

Jenna hanya mengagguk, ia merasa heran dengan kedatangan beberapa dokter di ruang rawatnya. Bukankah dokter yang memeriksanya tadi pagi mengatakan kalau ia hanya butuh istirahat saja? Lalu kenapa dokter-dokter ini mendatangi kembali ruanganya?

"Tidak usah cemas nyonya Safarina, anda baik-baik saja" Ujar dr. Langit menangkap ekpresi Jenna.

Jenna terlihat bernafas lega.

"Kami datang kemari untuk menjelaskan sesuatu pada anda"

"Menjelaskan apa?" Suara Jenna terdengar serak karena gugup ditatap oleh dr. Langit. Setelahnya Jenna berdehem untuk menetralkan dirinya karena terpesona.

"Tentang kehamilan anda yang terjadi tiba-tiba"

Wajah Jenna langsung menegang, kenapa dokter tampan di depanya ini tau kalau ia hamil tiba-tiba?.

"Apa maksud anda dengan hamil tiba-tiba dokter?" Suara tante Lena terdengar dari belakang. Membuat semua orang yang ada diruangan itu menengok ke arah pintu yang terbuka.

TBC



JENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang