Perebutan

12.6K 784 11
                                    


Happy weekend....

Terimakasih untuk temen-temen yang udah follow. Sorry belum sempat follback. Dan terimakasih juga atas votenya. Gak nyangka aja banyak yang suka sama cerita gaje ini.
Ok.. happy reading all...
Author mau cari inpirasi lagi...
semoga gak sakit matanya kalau nemu typo... hahahaha......

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷





Altara mengetuk-ngetuk stir mobilnya, beberapa kali ia juga memejamkan mata. Sesuatu harus ia putuskan sebelum mobilnya memasuki gerbang tinggi yang berada di samping mobil yang ia parkirkan.
Mungkin penjaga rumah juga terheran-heran kenapa mobilnya malah berhenti disamping dan bukanya langsung masuk. Itu tidak masalah, siapa yang berani mengetuk pintu mobilnya kalau ia sendiri salah satu penghuni rumah megah itu.

Ketukan tanganya terhenti saat usul gila lainya melintas di kepalanya.
"Sial!" Geramnya kembali, sulit baginya untuk mengambil keputusan. Hal itu tidak mungkin ia lakulan.

Kemarin ia sudah menyusun rencananya dengan baik, tapi munculnya Radhit membuat semuanya berantakan. Mungkin kalau Radhit hanya sekedar teman baik wanita itu tidak masalah, tapi mendengar sendiri dari Radhit bahwa hubungan mereka adalah sepasang kekasih membuat kepala Altara hampir pecah. Masalah ini lebih rumit dibandingkan memecahkan masalah pekerjaannya. Sungguh lebih baik disuguhi masalah perusahaan. Semisal isue perusahaan, pembatalan kontrak besar ataupun penurunan saham perusahaan. Mungkin otaknya akan lebih cepat bekerja dengan masalah-masalah itu, tapi masalah ini sangat berbenturan antara satu dan lainya. Apalagi Jenna menolak juga apa yang ia tawarkan.

Akhirnya setelah setengah jam berlalu, barulah mobil berwarna hitam metalic itu memasuki pelataran rumah megah itu.

Altara turun dan memasuki rumah itu dengan keputusan ditanganya. Dia harus menjelaskan dulu pada wanita yang telah melahirkanya, kemudian mengatakan keputusanya. Altara yakin wanita yang telah melahirkanya itu sudah tau segalanya hanya tinggal menunggu penjelasan dan keputusanya saja. Dan itu jelas terbukti saat salah satu pelayan kepercayaan rumahnya memintanya untuk langsung keruangan kerja rumah besar itu.

Altara berdiri ditengah ruangan dengan Ny. Diaz yang tengah duduk sambil menyeruput green tea kesukaanya.

"Mom sudah tau semuanya, bahkan siapa gadis itu bagi Radhit. So, Altara Naufal Aldiaz. Apa keputusanmu?" Tanya ny. Diaz pada Altara yang terlihat dingin dan datar seperti biasanya.

Altara sudah terbiasa dengan momynya yang tak pernah tertinggal satu beritapun tentang dirinya. And see langsung pada intinya. Bahkan ia tak perlu lagi menjelaskan panjang lebar.

"Radhit bisa menikahinya, tapi anak itu tetap anakku" jawab Altara masih berdiri di depan ny. Diaz. Bahkan Altara terlihat sedikit santai setelah mengucapkan itu dengan memasukkan kedua tanganya ke saku celana bahannya.

Ny. Diaz sedikit terbatuk dan seolah-olah terkejut dengan jawaban Altara. Tapi Altara tidak terpancing, ia tau ny. Diaz baik-baik saja.

"Oh. Anakku kenapa kau sulit sekali ditebak? Aku yakin para sahabatmu itu akan terkejut juga dengan keputusanmu ini. Mereka bukan yang sudah mengusulkan ide ini?. Kau seharusnya menghargai kerja keras mereka" ujar ny. Diaz sehalus mungkin. Karena sedikit kesal juga dengan pemikiran anaknya itu.

"Lalu momy berfikir kalau aku akan menikahi wanita itu?"

"Ya. Dan mengakhiri masa lajangmu itu."

"Berkomitmen bukan salah satu prinsipku lagi"

"Dan dengan dalih keluarga Aldiaz harus memiliki keturunan untuk melanjutkan perusahaan, kau berpikir untuk melakukan rencana itu. Memberikan cucu padaku dengan cara inseminasi pada wanita yang bukan istrimu? Kau sudah memperkirakan dampaknya Altara?"

"Ya. Semua bisa aku kendalikan" jawab Alatara tanpa ragu. Ya dia memang sudah memperkirakan dampaknya, baik perusahaan maupun keluarganya. Dan sampai anaknya lahir dan besar, orang-orang hanya akan tau kalau anaknya lahir dari hasil pernikahan yang sah. Hal itu bisa ia tangani dengan mudah.

"Itu rencana awalmu bukan? Tidak dengan sekarang. Gadis itu bukan wanita yang bersedia kau pinjam janinnya. Gadis itu memiliki keluarga, dan jangan lupa kalau gadis itu juga karyawan baru diperusahan"

"Gadis itu akan keluar begitu Radhit menikahinya?"

"Altara. Kau masih dengan keputusanmu?" Terdengar nada tak sabar lagi dari ny. Diaz, ia sudah kesal bukan main dengan anaknya itu.

"Ya" jawab Altara pasti.

"Dan mom pikir, Radhit juga akan tetap dengan keputusanya. Menikahi gadis itu dan mengakui kalau dia ayahnya".

"Anak itu akan tetap menjadi anakku dan aku ayah biologisnya"

"Kalau kau ingin memiliki anak itu dan menjadi ayahnya . Maka menikahi gadis itu adalah satu-satunya jalan Altara." Jelas ny. Diaz final.

Altara terdiam mencerna perkataan ny. Diaz.

"Mom akan menemui gadis itu besok. Mom sudah lelah mencarikan calon menantu. Dan hapus prinsip tidak berkomitmen itu dari hidupmu Altara." Ny. Diaz bangkit dan meninggalkan Altara yang masih termenung di ruangan kerja.

****

Jenna terbangun lebih segar hari ini dibanding kemarin yang masih terasa lemas dan tak bertenaga. Ia bahkan bisa ke kamar mandi sendiri tadi.

Jenna berharap dokter sudah bisa mengizinkanya pulang siang ini juga, ia sudah bosan diam di dalam kamar rawat.

Seperti hari kemarin dokter kembali memeriksanya dan kali ini dokter wanita yang baru Jenna ketahui namanya itu sedang menawarinya untuk chek USG.

"Bagaimana? Nyonya ingin melihatnya?"

"Memang sudah bisa dokter Casandra?" Tanya Jenna kembali mengeja nama itu setelah melihat nametag dokter cantik yang sudah merawatnya dua hari ini.

"Tentu, janin sudah bisa dilihat pada usia 4 minggu dan usia kandungan ny. Jenna sudah masuk usia 10 minggu bukan? Saya dengar anda sudah periksa beberapa kali. Tidak langsung di USG?"

"Tidak, saya kira kalau sudah 4 atau 5 bulan baru boleh"

"Tidak apa. Baiklah kalau begitu, saya akan kembali setelah mengambil alatnya" ujar dokter Casandra tersenyum ramah. Jenna mengangguk dan mulai tak sabar ingin melihat janin yang sedang berkembang dalam tubuhnya.

Kenapa Jenna jadi seantusias ini. Sebelumnya ia malah tidak percaya ia tengah mengandung bahkan Jenna akui awalnya ia menolak kehadirannya.

Apakah sekarang ia mulai menerimanya? Ya tentu saja, bahkan sudah timbul rasa memiliki dan melindungi agar janinya baik-baik saja.

Tbc.










JENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang