Bos

11K 698 9
                                    

😎_____________________________😎

Jenna menatap dirinya di cermin kamar mandi, wajahnya kini semakin terlihat pucat dan semakin tirus. Ya Jenna tak pungkiri semua yang dikatakan oleh tantenya mengenai kehamilan di trimester pertama telah terjadi padanya. Dimulai dengan muntah-muntah diawal pagi, ataupun mencium bau-bau tertentu, ia akan langsung ingin muntah. Dan nafsu makan Jenna tiba-tiba menghilang, menyebabkan tubuhnya menjadi lebih kurus. Jenna merogoh saku celananya dan memoleskan lipbalm agar bibirnya tak terlihat pucat lagi. Sambil berjalan keluar kamar mandi, Jenna membuka ponselnya yang sejak tadi terdengar notifikasi chat.

Radhit;
Sore ini jadikan ketemuanya?

Jenn?

Kamu sibuk?

Jenna;
Enggak kok.

Iya jadi.

Radhit;

Ok. Aq tunggu di caffe biasa.

Belum sempat Jenna membalas chatnya, sebuah tangan menarik lenganya dengan paksa membuat Jenna terkejut.
Inginya Jenna menegur orang yang sudah membuatnya kesal karena menariknya dengan paksa, tapi segera Jenna urungkan ketika melihat siapa yang tengah berada di hadapanya.

"Si-ekm.. Siang Pak?" Jenna menjadi gugup kala pria di hadapanya itu menatapnya dengan tajam. Bahkan lenganya masih di cengkeram olehnya.
"Kau tau peraturan apa saja di perusahaan ini?"

"Ya?"

"Kau tidak tau, tidak mengerti, atau belum pernah membaca peraturan perusahaan?"

Aduh Jenna jadi bingung mau jawab apa? Masalahnya, dia juga tidak tau apa yang sudah dilanggarnya, sehingga seorang Altara Naufal Aldiaz  alias Bos besarnya, bisa langsung menegurnya seperti ini.  Atau bosnya ini sudah tau kalau dia sedang mengandung? Apa sebentar lagi Jenna akan dikeluarkan dari perusahaan? Jenna malah menundukan kepalanya. Ya Jenna tau sebentar lagi dia akan dikeluarkan.

Terdengar desahan kesal dari Altara saat cengkraman tanganya dilepaskan. Bahkan Jenna baru sadar sejak tadi lenganya dicengkeram oleh Altara.

"Jangan bermain ponsel saat berjalan, itu berbahaya karena kau tidak memperhatikan sekelilingmu" Altara menunjuk ke belakang Jenna dengan dagunya.

Jenna yang tadi baru memberanikan diri menatap Altara menoleh ke belakang, dan langsung menggigit bibirnya karena malu. Ada floor sign  yang memperingatkan kalau lantai masih licin sehabis dibersihkan.

"Maafkan saya Pak, saya..." belum selesai, tangan Altara sudah menginterupsi Jena untuk diam, Pria itu mengeluarkan ponselnya.

"Kembalilah bekerja" ujar Altara tegas sebelum menjawab panggilan di ponselnya.

Jenna hanya mengangguk saat Altara berlalu dari hadapannya. Jenna bernafas lega, ia kira hari ini adalah hari terakhirnya bekerja.

****

"Ada apa sebenarnya? Bukankah aku sudah bilang tidak bisa minggu-minggu ini Lang?" Tanya Altara langsung, saat ia sudah sampai di ruangan kerja dr. Langit Biru sahabatnya itu.

Bahkan Altara sedikit heran dengan beberapa dokter yang hadir juga di ruangan Langit.

"Begini Tara" Langit menegakkan tubuhnya siap menjelaskan.

"Tidak dr. Langit, biarkan kami yang menjelaskanya. Kami yang bertanggungjawab di sini" ujar dr. Prayoga.

Mata Altara langsung memicing tak mengerti ke arah dr. Prayoga yang sudah ia kenal beberapa minggu ini.

"Lalu apa yang ingin kalian jelaskan pada saya" Tuntut Altara.

Altara tak mau membuang waktu hanya untuk membicarakan perihal yang berputar-putar tak langsung pada intinya. 20 menit kedepan ia harus sudah memimpin meeting direksi, jadi waktunya sangat sempit sekarang.

"Sebenarnya, sudah terjadi kesalahan saat proses inseminasi. Maksud kami bukan prosesnya. Tapi Sang calon ibu"

"Bukankah si calon ibu sudah dinyatakan baik dari serangakian tes yang kalian lakukan"

"Ya, tapi bukan itu masalahnya Pak Tara"

"Lalu?"

"Kami telah salah menyuntikkan sperma anda"

"Salah? Maksud kalian?"

"Awalnya kami kira proses ini gagal, tapi ternyata ada kesalahan. Data pasien tertukar saat pemeriksaan terakhir, sampai prosesnya"

"Jadi maksud kalian sperma itu kalian suntikan pada calon ibu lain? Bukan calon yang sudah kalian persiapkan?"

"Ya"

"Dan apa hasilnya?"

"Kami belum tau, kami kehilangan data pasien"

"Jadi maksud kalian. Kalian tidak tau pada siapa kalian menyuntikkan sepermaku?"

"Ini kelalaian kami" ujar dr. Prayoga dengan nada bersalah.

"Kami sedang berusaha menemukanya." Lanjut dr. Prayoga.

"Baiklah, aku mau kalian menyelesaikan semua ini dengan cepat. Aku harus secepatnya kembali ke perusahaan.  Dan Lang tolong bantu mereka" ujar Altara.

"Ya" jawab dr. Langit mengangguk saat dengan gerak cepat Alyara sudah beranjak pergi.

***

Sambil berjalan ke mobilnya yang terparkir di baseman rumah sakit, Altara segera menghubungi seseorang yang bisa ia andalkan.

"Lan, secepatnya cari tau siapa wanita itu. Semua informasi ada pada dr. Langit" Perintah Altara tanpa jeda. Bahkan tanpa menunggu jawaban Alan, Altara sudah mematikan ponselnya.

Tbc

Vote & comentnya di tunggu.

JENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang